PULANG

5.3K 303 8
                                    

"Ehhh... anak-anak mama udah pulang... gimana nih liburannya?" tanya Arsya sambil merangkul bahu Niskala dan menggiringnya masuk ke dalam rumah.

Sementara itu, Dipta masih memarkirkan mobil dan mengeluarkan tas milik mereka berdua.

"Ya gitu, deh... di Bali hujan, jadi gak terlalu bisa keluar hotel sering-sering. Tapi seru kok! Oh iya, paketnya udah nyampe kan, Ma?"

Niskala mendudukkan diri di atas sofa, tepat di sebelah Arsya yang baru saja kembali membawa dua buah kotak besar yang masih tersegel rapi.

"Kalian ini bener-bener deh! Kok bisa-bisanya ngirimin oleh-oleh dari Bali pake jasa kurir! Emang kalian gak bisa bawa sendiri?"gerutu Arsya sambil menatap menantu dan putranya.

"Idihh... Mama kok sewot sih?! Ya jelas dong kita gak bisa bawa sendiri. Nanti pulangnya ribet, Ma. Masa Mama tega ngebiarin kita bawa banyak barang setelah honeymoon? Kan capek, Ma..."

Arsya mencebik ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh putranya. Berbeda dengan Niskala yang tertawa geli ketika mendengar perdebatan yang terjadi di antara ibu dan anak itu.

Mereka berdua memang mencari oleh-oleh untuk orang di rumah lebih dulu dan berniat membawanya ketika pulang. Tapi ternyata rencana mereka berubah ketika Dipta mengajak dirinya kembali karena pernikahan Tiara. Jadi lah, Dipta mencetuskan ide untuk mengirim oleh-oleh yang telah mereka beli menggunakan jasa kurir. Bisa repot jika mereka membawanya ke apartemen, lalu membawanya kembali ke rumah.

"Biar kita gak bawa-bawa banyak barang. Rempong tau..."

Itulah yang dikatakan Dipta ketika istrinya menyarankan untuk membawa saja semua oleh-oleh yang mereka beli ke apartemennya.

"Niskala... kita unboxing bareng-bareng, yuk!" ajak Arsya sembari duduk di atas karpet dan meletakkan kardus-kardus yang tadi di bawanya dengan posisi berjajar.

"Tolong ambilin gunting, ya. Dipta, tolong ambilin dua kardus lagi di kamar mama..."

Baik Niskala maupun Dipta langsung melesat mengambil barang-barang yang diucapkan Arsya. Selang beberapa saat, mereka kembali bersamaan dan ikut bergabung duduk di atas karpet.

Niskala dengan senang hati membantu mertuanya membuka plastik pembungkus yang cukup tebal menutup kardus oleh-oleh di depannya. Tangannya bergerak dengan cekatan, tapi juga sangat berhati-hati ketika menarik plastik-plastik itu.

Sedangkan Dipta, pria itu hanya memerhatikan apa yang kedua wanita itu lakukan. Sesekali senyum kecil juga terukir ketika Niskala dan Arsya saling bercanda, seolah mereka adalah pasangan ibu dan anak kandung.

"Ini buat papa, kata Dipta papa suka banget sama pie susu. Jadi Niskala beliin tiga kotak gede, biar bisa dibagi-bagi juga. Terus ini ada patung perak, bisa dibuat pajangan di rumah atau ruang kerja. Bagus loh, Ma..."

Niskala mengeluarkan benda-benda yang ada di dalam kardus sambil menjelaskan alasannya membeli barang-barang tersebut.

"Dan ini... taraa... kacang disco pesenan Mama..." 

Kedua mata Arsya melebar sempurna ketika melihat kudapan favoritnya berada di tangan menantunya. Sementara itu, Niskala terkekeh geli dan menyerahkan makanan itu kepada mertuanya.

"Jangan langsung dihabisin ya, Ma... gak baik makan kacang terlalu banyak," peringat Niskala sambil tersenyum lebar.

"Ihh... Mama juga gak mungkin ngabisin ini sendiri. Biasanya sih, join sama papa kamu..."

"Eh? Papa juga doyan?" tanya Niskala sambil mengerjap, kemudian meringis ketika Dipta tanpa berdosa mencubit sebelah pipinya dengan gemas.

"Doyan dong... apalagi kalau makan sambil gendong cucu..."

AFTER 100 [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang