Brak!
Gadis itu bergidik saat kertas ujiannya di banting ke atas meja keras.
"Khansa! Kamu tau nilai kamu semuanya merah!?""T-tau bu.."
"Terus kenapa setiap ujian nilai kamu merah?! Kamu ini perempuan tidak malu apa?! Gazza saja masih lebih pintar dari kamu! 50 terus tiap hari! Pokoknya kalau ujian harian dapat merah kamu tidak akan ibu izinkan ikut ujian kelulusan!" Tegas Wali kelasnya bernama Dhira.
Ansa membulatkan mata panik. "Tapi bu.. kalau saya gak ikut ujian saya gak Lulus dong bu?!"
"Itu sih terserah kamu! Mau lulus nilai kamu harus diatas KKM. Minimal lah, ibu gak berharap nilai kamu sempurna. Yang penting kamu lulus lah, ibu bahagia Nsa" Kata Ibu menepuk pundak Ansa dramatis.
Ansa mengangkat sebelah alisnya. Kali ini khawatiran nya hanya pada nilai, dia menghela nafas. Entah bagaimana dalam waktu dekat ini Ansa bisa berusaha mendapat nilai bagus sementara kelulusan beberapa bulan lagi.
KRINGGGG
Seluruh murid SMA LAKSAR keluar dari kelas masing-masing begitu bel pulang sekolah berbunyi.
***
Gadis itu berjalan menuju gerbang dengan lesu, sejak tadi pikirannya terisi oleh nilai dia yang dibawah kkm.
Hari ini Rabea tidak masuk sekolah karena sakit, alhasil gadis itu harus pulang sendiri. Namun karena bosan Ansa memilih mampir ke kafe yang biasa ia dan Rabea datangi sepulang sekolah.
Setelah turun dari bus. Ansa masuk kedalam kafe, menduduki kursi yang biasa dia tempati. Setelah memesan, dan secangkir ice chocolate tersaji diatas mejanya sambil membaca novel yang belum ia selesaikan. Pintu kafe dibuka, seorang pria berjas hitam lagi-lagi datang di waktu yang sama.
Ansa tidak menyadari kehadiran pria itu, ia malah asik membaca tanpa menghiraukan apapun di sekitar. Hingga, sebuah tangan meletakkan sebuah benda di hadapannya.
Gadis itu praktis menoleh, ketika melihat pemilik tangan yang meletakkan name tag miliknya diatas meja. Dia adalah orang yang sama dengan yang terakhir kali ia temui di kafe yang sama.
"Elo?" tunjuk gadis itu dengan bola mata melebar.
Pria itu kini tak lagi mengenakan kacamata hitam, hanya kacamata tipis biasa yang malah membuat wajah tampan nya terlihat jelas. Tak heran banyak pengunjung lain yang melirik kearahnya.
"Anda."
"Hah?"
Pria itu menatap Ansa, "Kok bisa ada di--.." Ansa bingung mau memanggil pria itu dengan apa karena dia tidak tau namanya. ".. anda? Om ini nyuri ya?!"
Dia menggeleng, "Kemarin benda itu tertinggal, dan saya membawanya untuk mengembalikannya. Namun sejak saat itu kamu tidak pernah datang lagi," ujar Pria itu menjelaskan.
Ansa mengangkat kedua alisnya paham, dia lalu mengangguk pelan. "A-ohh.." Gadis itu mengambil name tag itu, memasukannya kedalam saku seragam.
Kedua orang itu keluar dari kafe bersama, mereka masih sama-sama diam membuat suasana semakin canggung.
"Terima kasih, mm.." Ansa menoleh kearah wajah pria itu yang tidak banyak berekspresi.
Dia kemudian mendapatkan ide untuk sekedar basa-basi penghilang kecanggungan. Karena sejujurnya dia benci suasana seperti ini.
"Mmm... lain waktu kalau kita ketemu lagi biar saya traktir es coffe. Mau?" cetus Ansa.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Om! Husband?!
Romansa[END] "Jodoh gue itu sugar daddy. Om-om kaya berduit, gak ada modelan beban keluarga kayak gitu.." "Elehh.. emang ada om-om yang mau sama lo?" "Eh jangan salah. Gue cantik lhoo.." *** Khansa Jovanka, gadis yang duduk dikelas 12 SMA. Sang papah mende...