1. Om ganteng

41.7K 1.5K 40
                                    

Brak!

Gadis itu bergidik saat kertas ujiannya di banting ke atas meja keras. Tertunduk dalam, takut-takut.

"Khansa! Kamu tau nilai kamu semuanya merah!?"

"T-tau bu.."

"Terus kenapa setiap ujian nilai kamu merah?! Kamu ini perempuan tidak malu apa? Gazza saja masih lebih pintar dari kamu! Lima puluh terus tiap hari! Pokoknya kalau ujian harian dapat merah lagi kamu tidak akan ibu izinkan ikut ujian kelulusan!" teriak Wali kelasnya bernama Dhira.

Ansa membulatkan mata panik. Membelalak. "Tapi bu.. kalau saya gak ikut ujian saya gak Lulus dong bu?"

"Itu sih terserah kamu. Mau lulus nilai kamu harus di atas KKM. Minimal lah, ibu gak berharap nilai kamu sempurna. Yang penting kamu lulus lah, ibu bahagia, Nsa" kata Ibu menepuk pundak Ansa dramatis. Siapa juga yang mau menampung gadis seperti Ansa berlama-lama di sekolah.

Ansa mengangkat sebelah alis. Menghela nafas. Kali ini khawatirannya hanya pada nilai. Entah bagaimana dalam waktu dekat ini Ansa bisa berusaha mendapat nilai bagus sementara kelulusan beberapa bulan lagi.

KRINGGGG

Seluruh murid SMA LAKSAR keluar dari kelas masing-masing begitu bel pulang sekolah berbunyi. Bubar.

***

Gadis itu berjalan menuju gerbang dengan lesu, sejak tadi pikirannya terisi oleh nilai dia yang dibawah KKM.

Hari ini Rabea tidak masuk sekolah karena sakit, alhasil gadis itu harus pulang sendiri. Bosan hari ini, di rumah sendirian, Ansa memilih mampir ke kafe yang biasa ia dan Rabea datangi sepulang sekolah.

Setelah turun dari bus. Ansa masuk kedalam kafe, menduduki kursi yang biasa dia tempati bersama Rabea. Selesai memesan, secangkir ice chocolate tersaji di atas mejanya sambil membaca novel yang belum ia selesaikan. Pintu kafe dibuka, seorang pria berjas hitam lagi-lagi datang di waktu yang sama.

Ansa tidak menyadari kehadiran pria itu, ia malah asik membaca tanpa menghiraukan apapun di sekitar. Hingga, sebuah tangan meletakkan sebuah benda di hadapannya.

Gadis itu praktis menoleh, ketika melihat pemilik tangan yang meletakkan name tag miliknya diatas meja. Dia adalah orang yang sama dengan yang terakhir kali ia temui di kafe yang sama.

"Elo?" tunjuk gadis itu dengan bola mata melebar.

Pria itu kini tak lagi mengenakan kacamata hitam, hanya kacamata tipis biasa yang malah membuat wajah tampan nya terlihat jelas. Tak heran banyak pengunjung lain yang melirik kearahnya.

"Anda." Pria itu mengkoreksi. Dia tidak suka seseorang yang lebih muda memanggilnya seperti itu.

"Hah?"

Pria itu menatap Ansa, "Kok bisa ada di el—" Ansa bingung mau memanggil pria itu dengan apa karena dia tidak tau namanya. "..anda? Om ini nyuri ya?!" Ansa ngegas.

Dia menggeleng, "Kemarin benda itu tertinggal, saya membawanya untuk mengembalikannya. Namun sejak saat itu kamu tidak pernah datang lagi," ujar Pria itu menjelaskan. Karena Ansa sibuk ulangan harian.

Ansa mengangkat kedua alisnya paham, dia lalu mengangguk pelan. Mengubur tuduhan tak berdasarnya "A-ohh.." Gadis itu mengambil card holder itu, memasukannya kedalam saku seragam.

Kedua orang itu keluar dari kafe bersama, masih sama-sama diam membuat suasana semakin canggung.

"Terima kasih.." Ansa memangut canggung. Menoleh kearah wajah pria itu yang tidak banyak berekspresi.

Hai Om! Husband?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang