Ansa menghela nafas menatap jam lewat layar ponselnya dengan gusar. Rabea sedang piket menatap heran gadis itu yang uring-uringan sejak tadi.
"Kenapa si. Bimbang amat hidup, lo?" Ujar Rabea tengah mengepel bersama beberapa siswi lain.
Ansa berdecak, menatap Rabea kesal. Ini masih terlalu siang untuk waktu dia pulang, Ansa tadi sudah berbicara kepada Martha bahwa ia akan pulang sore. Tapi ini masih menunjukan pukul 13.03 siang, dimana seluruh murid sudah meninggalkan sekolah. Jika ia pulang ke mansion Darren sekarang, Martha pasti akan mengira ia berbohong karena alasan menolak dijemput olehnya.
"Bea, gue pulang kerumah lo dulu ya. Ini masih siangan,"
"Bagus dong pulang, biasanya juga lo seneng, kenapa dah?" Tanya Rabea menyahut.
"Bukan gitu." Ansa mencoba memutar otak, agar bisa membuat Rabea tidak curigaan padanya. "Gue.. cuman gabut aja dirumah, iya!.. ya, gabut 100%, lo tahu kan dirumah gak ada siapa-siapa?"
"Baguslah, biasanya juga gue ajak kerumah, lo kaga mau. Sibuk sama drakor dan novel mulu!" Rabea kembali mendorong pelan ke kanan dan kiri, menggeleng-gelengkan kepala.
"Tapi kali ini gue lagi bosen sama mereka. Jadi kita main dulu gak sih?" Cetus Ansa memandang Rabea.
"Kesambet apaan dah lo, tiba-tiba berubah gini?" Tanyanya mengangkat sebelah alis.
Kesambet setan ganteng!!
Ansa berdecih, mengibaskan tangan. "Halahh, udah gak usah banyak tanya. Gue boleh kerumah lo gak?"
"Ya, kalau kerumah gue si enggak boleh. Soalnya hari ini papih gue lagi ada tamu,"
Ansa berdecih kecewa, membuang muka. "Gimana kalau kita jalan-jalan aja, sa." Cetus Rabea membuat gadis itu meliriknya.
"Boleh tuh! Ke toko buku ya?!" Sahut Ansa menaikan nada bicaranya.
Rabea balas mengangguk, "Oke, asal lo traktir gue satu buku novel."
"Ck gitu." Rajuk Ansa.
"Ayolah sa, kali-kali lo traktir gue. Kan lo yang ngajak! Gue nggak jadi ikut nih.." ucap Rabea menaik-turunkan alisnya.
Ansa berdecak. "Iya iyaa! Terserah lo deh. Buruan piket nya!"
Rabea tersenyum sumringah, "Iyaa siap ibu negara!"
***
Kedua gadis itu masuk kedalam toko buku yang berada di mall yang ada di Kota Jakarta. Saat pertama kali menginjakan kaki di sana suara musik jaz langsung tertangkap di indra pendengaran mereka membuat suasana nyaman. Pandangan mereka langsung menyapu untuk menelusuri seluruh buku yang ada disana, Ansa dan Rabea berjalan sambil menggandeng satu sama lain melihat-lihat buku yang mereka lewati.
Ansa berhenti sejenak didepan rak 'best seller', lalu meraih satu buku berwarna merah. "Nih bagus nih," seru gadis itu membalik-balikan cover bukunya.
"Wah tentang apa nih?" Tanga Rabea antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Om! Husband?!
عاطفية[END] "Jodoh gue itu sugar daddy. Om-om kaya berduit, gak ada modelan beban keluarga kayak gitu.." "Elehh.. emang ada om-om yang mau sama lo?" "Eh jangan salah. Gue cantik lhoo.." *** Khansa Jovanka, gadis yang duduk dikelas 12 SMA. Sang papah mende...