I. EXTRA PART: Kakak Ipar?

17.4K 528 31
                                    

Hari ini hari pertama setelah pernikahan gue dan om Darren. Tadinya om Darren eke 'kak' Darren-- karena om Darren gak mau gue manggil dia pak 'om' lagi--nyuruh gue istirahat dirumah. Tapi tidak begitu yang terjadi, si curut alias Rabea, bestie beban gue ini malah ngajakin keluar. Buat nongkrong di cafe, katanya dia lagi gabut. Jadi yah.. disinilah kita berdua.

Kita berdua duduk berhadapan dicafe tempat pertama gue bertemu om- kak Darren, cafe ini udah jadi langganan kita berdualah, juga kak Darren. Didepan kita masing-masing ada segelas minuman favori dan dua hidangan manis. Wafel ice cream strawberry.

Gue mengangguk-angguk sesekali meneguk minuman ketika mendengarkan Rabea yang bercerita, dia akhirnya dibolehin bokapnya untuk kuliah dijurusan bisnis. Itu adalah jurusan impian dia sejak lama, karena gue juga mau masuk bisnis, peluang kita bakal sekelas pasti ada. Apalagi kita alumni SMA yang sama.

Rabea mencopot potongan wafelnya, kembali berbicara mencomot topik lain.
"Jadi gimana, kak Martha sama kak Gaston gak curiga kan dengan resepsi pernikahan kalian?"

Gue menggeleng. "Kayak enggak, mereka malah kelihatan bahagia. Katanya sih, biar gue sama kak Darren makin mesra,"

"Aelah.." Gue mengangkat bahu acuh.

"Sebenernya kan om Darren belum tua. Dia baru 26 tahun, kak Gaston seumuran, kak Martha baru 24," ucap Gue.

"Iyaa.. tapi lo juga baru 18 tahun jencek!"

Bibir gue mengerucut. "Umur hanya angka!" Gue dengan malas mengaduk-aduk sedotan.

Rabea juga sudah mengenal kak Martha. Gue juga cerita bahwa wanita yang pernah kita ketemu di toko buku yang membuat gue gelalapan itu juga kak Martha. Rabea mengangguk mengerti sambil memuji kecantikan kak Martha, wanita itu juga terlihat elegan dan menawan. Maklum penduduk belanda walau keturunan indo. Gue gak terlalu banyak membahas kak Martha, toh gue gak tahu latar belakangnya apa. Yang pasti kak Martha itu baik dan pengertian, kalau punya kakak kayak kak Martha asiklah.

"Gue tuh bosen ya, nunggu kuliah tuh gak ada kerjaan. Lo juga diajak magang kaga mau,"

"Ya gimana. Kak Darren pasti enggak akan ngizinin gue, yang ada gue malah dikurung suruh istirahat dirumah."

Rabea terdecih. "Mentang-mentang punya suami sultan," Ia mengaduk-aduk minumannya. "Oh iya.. lo udah nikah ya," ia meneguk minuman itu. "Gimana sa malam pertamanya?"

Gue melotot. "Heh mulut,"

"Ya bener, kan lo udah nikah. Gak aneh ini,"

"Tapi jangan ngomong keras-keras dong, gue masih muda nih. Yang ada orang-orang lihat gue curiga,"

"Emang udah curiga sih. Orang ada bukti secara langsung. Noh," Rabea memayukan dagunya melirik leher Gue, menyeka sedikit pakaian.

Gue menolot, reflek menutup leher. "Bajiangan om Darren!"
"Jadi daritadi kelihatan?"

"Uh jelas banget." Seru Rabea.

Gue menepuk dahi bergerutu. Demi apapun ini semua salah om Darren! Gue make lupa menutupi tanda 'kepemilikan' yang dibuat kak Darren semalam.

'Bruk'

Gue membanting kepala gue keatas meja membuat suara cukup keras. Beberapa pelanggan lain menoleh kaget, namun mereka kembali melanjutkan aktivitas sesaat kemudian.

"Kayaknya om Darren ganas ya. Sampe merah banget gitu,"

"Rabea!!" Gue menutup wajah malu. Sumpah demi alek rasanya mau kabur aja ke perut bumi.

***


Beberapa tahun kemudian

Sebuah mobil berputar lalu berhenti didepan pintu utama mansion tepat ketika Ansa keluar dari dalam bersiap pergi kuliah. Gadis itu tersentak menoleh kearah wanita yang mengendarai mobil itu, keningnya berkerut.

Hai Om! Husband?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang