Jia pun berjalan ke arah kursi kosong, ia membeli kue bukan untuk dirinya, melainkan hari di mana Yeji membelikan Jia kue pertama kalinya.
Walaupun kue yang ia beri tidak seberapa harga nya, dengan kue pemberian Yeji, ya. Kue yang Yeji berikan mahal dan besar, sedangkan Jia memberikan kue kecil.
.
Jia pun bersemangat ke arah kamar rawat ibu nya, walaupun ia tidak kunjung sadar dari koma nya.
Ia memeluk kue dengan hasil kerja keras nya sendiri, pasti ibu nya senang.
Tetapi, senyuman nya itu berubah saat ia melihat ayah nya keluar dari kamar rawat ibu nya dan lari terbirit-birit. Jia pun berlari dengan kue yang ia bawa.
Saat di depan pintu, suara alat bantu ibu nya tuk bernapas bersuara lurus. Air matanya tumpah dan tangan nya lemas, sampai kue yang ia genggam terjatuh dan berhampuran.
Dengan lemas dan tangisan sedeguk nya membuka pintu kamar ibu nya, dan terlihat alat oksigen nya tercabut, dan alat impus nya juga terputus. Lalu meninggalkan bekas luka darah di tangannya.
Jia pun semakin parah dan berlari memeluk ibu nya yang sudah meninggal kan nya dengan secepat ini. "Ibu jangan pergi bu, jangan tinggalin Jia sendiri bu, Jia takut ayah dateng nemuin aku lagi bu. Ibu!"
Tangisan nya semakin histeris.
Tetapi, tuhan menyayangi nya sampai jantung ibu nya kembali berdetak dan Yeji membuka matanya memperlahan.
Mungkin Jia yang terlalu banyak menangis sampai tidak menyadari bahwa, ibu nya sudah di kembalikan lagi. Walaupun wajah Jia ada di dada sang ibu.