Jeonghan memegang erat tangan Seungcheol sepanjang perjalanan. Kali ini, mereka pergi berdua untuk pertama kalinya sejak tahun baru. Seungcheol dan Jeonghan memiliki rencana untuk pergi berjalan kaki sambil mengunjungi tempat makan, dan akan pulang nanti setelah melihat matahari tenggelam di jembatan dekat rumah susun mereka.
"Bagaimana kalau kita pergi ke luar? Seungcheol, apa kamu mau melakukannya?" ujar Jeonghan ketika melihat Seungcheol yang hampir saja akan kembali tidur setelah selesai mandi. Ajakan Jeonghan itu seketika membuat kedua mata Seungcheol berbinar, ia segera berlari ke dalam kamar untuk mencari pakaian yang rapi sehingga Jeonghan tertawa melihat kekasihnya yang bersemangat seperti anak kecil.
Cuaca pada hari itu kelewat bagus. Matahari bersinar dengan terik, angin sepoi-sepoi berhembus, ditambah dengan lalu lintas yang tidak begitu ramai meski jalanan penuh dengan pejalan kaki. Seungcheol yang sangat menyukai suasana ini sesekali memejamkan mata untuk menikmati sinar matahari, dan Jeonghan berusaha untuk melakukan hal yang sama namun perasaannya masih diterjang dengan ketakutan yang mendalam.
Ia takut jika ada seseorang yang menyadari keberadaan Seungcheol dengan dirinya. Meskipun mereka sedang berada di kawasan yang jauh dari keramaian, Jeonghan berusaha untuk tidak lengah. Seungcheol mungkin mengira jika Jeonghan ingin bermanjaan dengannya, tetapi Jeonghan memeluk lengan Seungcheol supaya tidak ada yang bisa menarik kekasihnya secara tiba-tiba.
Tidak ada yang mampu mengambil Seungcheol dari hidupnya. Tidak ada yang bisa.
Jeonghan seketika kebingungan melihat Seungcheol yang tiba-tiba berhenti berjalan. Ia mendongak ke arahnya, dan sadar jika Seungcheol berhenti di depan sebuah kafe kecil. Keduanya memang berangkat tanpa sempat sarapan karena Jeonghan malas memasak, dan Seungcheol menurut ketika Jeonghan memberitahunya kalau ia tidak perlu sarapan untuk hari ini.
"Seungcheol ingin makan sekarang?" tanya Jeonghan sambil mengelus-elus bahu Seungcheol, "Lebih baik kita pergi membeli makanan ringan saja ya? Kamu bebas memilih mau yang mana untuk kali ini."
Seungcheol menganggukkan kepalanya, lalu ia mengecup pipi Jeonghan. "Baiklah," ujarnya. "Apa aku boleh memilih lebih dari dua?"
"Boleh, Cheolie." Jeonghan kembali menarik tangan Seungcheol, "mari kita berjalan kaki lagi. Masih kuat, kan? Toko tempatku biasa berbelanja berada di dekat sini."
"Aku masih kuat. Mungkin hari ini aku merasa terlalu bahagia karena Jeonghan membolehkan aku ikut pergi." ujar Seungcheol dengan senyum yang masih tidak luntur dari wajahnya. Jarang sekali Seungcheol bersikap seperti ini di depan Jeonghan selama berada di rumah, mungkin Seungcheol memang terlalu menyukai kencan mereka.
Jeonghan terkikik, "Memangnya selama ini aku selalu melarangmu?"
"Bukankah kamu pernah mengancamku untuk memotong tangan kananku kar—"
Ucapan Seungcheol tersebut terpotong setelah Jeonghan mengecup bibirnya tanpa aba-aba. Ia tidak perlu mendengar kalimat tersebut di publik, lebih baik orang-orang disana menganggap dirinya sedang dimabuk cinta daripada menatapnya aneh setelah mendengar apa yang Seungcheol katakan padanya.
Apa yang terjadi di rumah, seharusnya tetap berada disana tidak peduli seaneh apa. Tetapi mengapa Seungcheol tidak pernah paham? Apakah ia sengaja mengatakannya agar orang-orang seketika menyadari kehadiran mereka lalu menelepon polisi karena mereka menemukan pelayan pria yang ternyata sudah menghilang lebih dari seminggu?
Seungcheol dapat merasakan jika Jeonghan menjadi kesal setelah ia hampir saja berbicara seperti itu. Ia menghela nafasnya panjang, menyesal sudah menghancurkan mood Jeonghan yang sejak pagi sudah senang. Tangan Seungcheol merangkul bahu Jeonghan, dan ia bisa semakin merasakan jika kekasihnya sedang marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
confound | cheolhan
Mystery / ThrillerOrang baik yang terlalu baik pada orang lain, akan terlihat jahat diantara sekumpulan orang baik. Begitu juga dengan orang jahat yang baik diantara orang-orang jahat lain, meski niat bengis mereka hanya berbeda tipis dengan satu sama lain. Maka keti...