Seungcheol berusaha mengatur nafasnya perlahan.
Rasa sakit luar biasa di tangan kirinya membuat Seungcheol tidak mampu fokus untuk berpikir dengan cepat. Seluruh badannya terasa remuk, seperti habis tertabrak kereta dan dipaksa untuk kembali bangun hanya untuk tertabrak lagi kedua kalinya. Selama ia bekerja paruh waktu sebagai pelayan dan kasir, baru kali ini Seungcheol merasakan capek yang terasa hingga nadinya. Semua ini sudah keterlaluan, namun ia tidak tahu bagaimana cara untuk menghentikannya.
Lagipula saat Seungcheol sadarkan diri tadi, kedua tangannya sudah terikat di belakang. Posisinya bersandar pada tembok dengan kedua kaki diluruskan ke depan, dan anehnya Seungcheol sudah tidak mengenakan seragam kerjanya yang kumal. Mungkin saja penculiknya merasa jijik kepadanya sebab tadi Seungcheol menyatu dengan kantong plastik selama berada di bagasi, sehingga hati nuraninya memilih untuk mengganti pakaian Seungcheol.
Bau sampah bercampur dengan keringat? membayangkannya saja sudah membuat Seungcheol ingin mengeluarkan seluruh isi perutnya, mungkin hingga seluruh organ dalamnya ikut keluar.
Namun jika dihadapkan dengan kondisi seperti ini, Seungcheol tidak bisa berharap terlalu banyak kepada Tuhan. Digantikan pakaian saja ia sudah merasa sangat bersyukur, walau ia harus mengenakan ringer tee putih yang kekecilan dengan celana piyama berwarna merah muda entah milik siapa. Seungcheol juga tidak tahu jika pakaian dalamnya diganti atau tidak. Rasanya seperti menjadi sebuah manekin yang didandani hanya untuk dipajang di etalase toko, tetapi tidak ada yang melihatnya dipermalukan seperti ini.
Memikirkan pakaiannya yang tidak masuk akal cukup membuat Seungcheol merasa tenang dan lupa dengan apa yang sedang terjadi walaupun itu tidak akan merubah apapun dalam segi situasi dan kondisinya sekarang. Ia menyandarkan kepalanya ke tembok sambil menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan. Ruangan ini terlihat jelas seperti sebuah basement di rumah yang minimalis. Perabotannya pun ditata dengan rapi, bahkan lantainya cukup bersih untuk sebuah basement yang jarang didatangi.
Mungkin penculiknya baru selesai mengepel, sebab Seungcheol tahu betul bagaimana aroma cairan pembersih lantai yang belum sepenuhnya mengering. Lima tahun bekerja di minimarket membantu Seungcheol paham dengan kebersihan. Aromanya persis seperti sedang membiarkan sesuatu yang basah dan tajam menusuk-nusuk ke dalam rongga hidung. Seungcheol mengernyitkan dahi karena bau menyengat itu semakin menyakitkan, membuatnya berusaha untuk berpindah tempat.
Sayangnya, ia malah jatuh terguling ke samping seperti bayi yang akan belajar merangkak. Seungcheol langsung mengerang kesakitan sebab tangan kirinya tertiban dan sekarang malah terlihat seperti ulat bulu yang terjebak di sarang laba-laba. Karena pergerakannya terbatas, Seungcheol memutuskan untuk berguling sedikit demi sedikit hingga ia bisa merasakan badannya mengenai kabinet tua di pojok ruangan.
Dengan melakukan teknik menatap ke satu titik sebelum berputar agar tidak pusing, akhirnya ia mampu menabrak kabinet tersebut sambil tidak sengaja menjatuhkan vas bunga yang ternyata terletak di atas kabinet. Seungcheol tidak tahu jika ia harus bersyukur karena vas itu terjatuh tepat di sebelah sehingga tidak mengenai kepalanya, atau merasa panik karena benda tersebut kini pecah berkeping-keping menghantam lantai.
Sialan, kenapa Seungcheol tidak sadar dengan kehadiran benda itu dari awal tadi?
Seungcheol memejamkan mata erat-erat karena dadanya mulai terasa sesak dan berharap penculiknya tidak akan masuk untuk mengecek apa yang baru saja terjadi. Ia menahan nafas sambil berhitung mundur, menduga-duga kapan manusia keji itu akan tiba untuk memarahi Seungcheol habis-habisan. Mungkin saja ia akan dibunuh langsung menggunakan pisau, tetapi ada kemungkinan jika Seungcheol hanya akan dimaki-maki. Keduanya dapat terjadi sekaligus pada malam ini, mengingat Seungcheol tidak memiliki harapan lain selain bernafas saja.
Pikirannya tentu benar, saat Seungcheol sudah menghitung hingga ke angka sepuluh, tiba-tiba saja pintu basement terbuka secara paksa. Suara derap kaki terdengar semakin dekat dan sudah semakin terasa seperti hitung mundur untuk menyambut kematiannya. Ia bukan seseorang yang sangat religius untuk berdoa dan meminta pertolongan, namun sekarang mulutnya sibuk mengucapkan doa apapun itu agar dirinya bisa diselamatkan oleh siapapun, setidaknya Seungcheol dibolehkan untuk hidup meski harus tinggal dengan sengsara di tempat ini hingga ia meninggal.
"Selamat malam, Cherry." Sosok itu berjongkok di sampingnya. Manusia itu tiba-tiba saja tertawa terbahak-bahak ketika menyadari apa yang sedang dilakukan oleh Seungcheol. Ia mendorong pelan badan tersebut hingga Seungcheol telentang, dan kembali berdiri sambil menatap rendah ke arah Seungcheol dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.
Melihat pria di bawahnya yang tidak memberikan respon apapun dan malah menatapnya kebingungan, pria itu kini merendahkan badannya pelan-pelan tanpa melepas tatapan dengan Seungcheol, lalu duduk tepat di atas pinggang Seungcheol. Ia sedikit menggodanya dengan bergerak maju mundur, beralasan mencari tempat duduk tetapi tidak ingin membuat Seungcheol keberatan.
"Ingin makan malam apa?" Dagu Seungcheol digenggam erat, dan bibir bawahnya diusap-usap menggunakan jempol. "Ingin makanan cepat saji, ubi rebus buatan Joshua, atau aku?"
Kedua mata Seungcheol terbelalak. Dengan sekuat tenaga, ia mencoba untuk membalikkan badan agar bisa setidaknya kabur dari situasi ini. Ia sama sekali tidak bisa fokus untuk menjawab pertanyaan pria tersebut, karena selain tatapannya yang semakin lama semakin dalam, Seungcheol dapat merasakan celananya yang menyempit di bagian depan.
Bibir bawahnya yang semula diusap kini ditarik pelan, dan pria itu meludah tepat di bibir Seungcheol. Sebelum Seungcheol sendiri dapat protes atau menggeram kuat, jemari itu menutup paksa bibirnya dan menekannya kuat. Tatapan tersebut kini hilang dan ditambah dengan seringai yang menyeramkan.
Seungcheol benar-benar kebingungan.
"Baiklah, jika tidak ada jawaban." Beban di atasnya kini hilang bersamaan dengan bangkitnya pria tersebut, "Aku akan membawakan kamu makanan nanti, tepatnya setelah Joshua selesai memakanku."
Kemudian ia berjalan menjauh dari Seungcheol menuju pintu, lalu mematikan satu-satunya penerangan yang ada sehingga meninggalkan Seungcheol dalam keadaan gelap gulita. Perasaan Seungcheol yang semula waspada kini menjadi fight or flight setelah melihat semuanya hitam dan sepi. Cukup membuat hatinya yang lemah kini berdetak dengan sangat kencang, membuatnya sesak nafas.
Namun sepertinya pria tadi masih mengasihani Seungcheol sedikit, karena ia kerap mendengar suara teriakan nikmat yang tertahan beserta tamparan berkali-kali. Seungcheol dapat merasa tenang sedikit, karena selain dirinya yang sedang tersiksa, kemungkinan besar pria tadi pun sama tersiksanya karena kedua telinga Seungcheol menangkap desahan yang tertahan dari atas basement.
KAMU SEDANG MEMBACA
confound | cheolhan
Mystery / ThrillerOrang baik yang terlalu baik pada orang lain, akan terlihat jahat diantara sekumpulan orang baik. Begitu juga dengan orang jahat yang baik diantara orang-orang jahat lain, meski niat bengis mereka hanya berbeda tipis dengan satu sama lain. Maka keti...