June, 2nd.

152 15 1
                                    

Badan Jeonghan merosot ketika punggungnya menabrak tembok di belakangnya. Ia duduk dengan nafas yang tidak beraturan, bahkan tangannya terlihat bergetar hebat ketika memegang erat tongkat bisbol yang Jeonghan gunakan untuk memukul pria di depannya yang kini tergeletak tidak sadarkan diri.

Jeonghan tertawa hambar sambil merangkak mendekati badan Seungcheol yang terkapar dengan buku-buku yang jatuh berantakan di sampingnya. Jeonghan mengangkat kepala Seungcheol perlahan dan memangkunya di atas kaki Jeonghan, mengelus-elus wajah tersebut dengan tenang meskipun perasaannya kacau tidak karuan. Ia takut jika kali ini dirinya melewati batas sehingga mungkin saja Seungcheol tidak akan kembali lagi padanya.

"Seungcheol?" Bisik Jeonghan. Jemarinya masih menyisiri rambut hitam legam milik pria di pangkuannya, dengan hati yang berharap agar Seungcheol membuka matanya dan mungkin mencium bibirnya seketika. "Aku baru saja pulang dari supermarket. Bagaimana kalau kita memasak pasta lagi? Atau mungkin membuat float? Aku juga tadi membeli es krim vanilla."

Meskipun badan Seungcheol jauh lebih besar daripada badannya, Jeonghan berusaha keras untuk mengangkat Seungcheol dengan sekuat tenaga. Tetapi ketika dirinya belum sampai ke dalam kamar, Jeonghan memutuskan untuk menyeret badan Seungcheol karena ia tidak kuat untuk membawanya.

Jeonghan terkesiap ketika melihat ada bekas darah memanjang yang berasal dari kepala Seungcheol, seperti memberikan petunjuk kepada siapapun yang melihat atau mungkin masuk ke dalam rumah tersebut. Menunjukkan kalau Jeonghan sudah melakukan hal yang tidak wajar kepada Seungcheol untuk entah-keberapa-kalinya. Menunjukkan kalau Jeonghan memang sayang kepada Seungcheol dan tidak ingin melepaskannya sampai kapanpun. Ia sayang Seungcheol.

Jeonghan berlari ke kamar mandi untuk mengambil handuk mandi agar bisa menutup kepala Seungcheol supaya darah tersebut berhenti mengotori lantai keramik di ruang tengah. Setelah sekuat tenaga menyeret badan Seungcheol berkali-kali, Jeonghan akhirnya bisa mengangkat pria tersebut ke atas kasur dan memastikan Seungcheol dalam posisi yang nyaman.

"Sialan.." Jeonghan menutup pintu kamar Seungcheol dan menguncinya. "Tidak sadarkan diri saja menyusahkan sekali. Apa ini salahku juga karena aku banyak memberi makan Seungcheol sampai ia memiliki badan yang kuat?"

Ia melemparkan kunci ke atas meja sambil mengambil perabotan juga botol-botol pembersih lantai untuk menghapus bekas darah Seungcheol di dalam kabinet. Jeonghan menghela nafas sekaligus mengerang saat sadar barang-barangnya juga kini berantakan dimana-mana. Tinggal dengan Seungcheol yang tidak mau diam sama saja seperti tinggal dengan anak berumur lima tahun.

Jeonghan mulai merapikan rak-rak buku dan juga barang kecil lainnya kembali ke tempat. Lalu ia mengambil air dari kamar mandi dengan hati-hati sambil menuangkan cairan pembersih bersama pewangi ruangan kesukaan Seungcheol. Jeonghan sudah terlebih dahulu mengenakan masker, sehingga hidungnya tidak tertusuk aroma tajam saat ia mengepel lantai.

Dengan telaten, Jeonghan mengepel lantai sambil menggosoknya pelan. Ketika Jeonghan memeras bekas air dari kain lap, air di dalam ember berubah warna menjadi gelap karena darah Seungcheol masuk ke dalamnya. Jeonghan kembali mengepel seisi ruangan dan menyemprotkan pengharum ruangan setelah selesai agar setidaknya tidak ada yang sadar dengan aroma besi sebelumnya.

Jeonghan tiba-tiba sadar dengan tongkat bisbol miliknya yang masih diam menjadi saksi bisu di dekat rak sepatu. Ia segera mengambil tongkat tersebut dan membersihkannya menggunakan tisu basah dan disinfektan, mengelapnya keras-keras agar bersih dari darah milik Seungcheol. Meskipun terlihat agak aneh karena masih ada bekas lekukan, Jeonghan memutuskan untuk menyembunyikan tongkat tersebut di dalam tong besi untuk menyimpan payung-payung besar.

Sesudah Jeonghan membereskan ruang tengah dan memastikan semuanya sudah bersih tidak ada sisa apapun, ia menaruh reed diffuser kesukaannya di koridor pintu masuk untuk menambah harum rumahnya. Akhirnya Jeonghan duduk kecapekan di sofa, sambil merasakan betisnya yang kaku karena terlalu banyak berdiri dan berjongkok berkali-kali.

confound | cheolhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang