Jeonghan keluar dari kamar tidur sambil berjinjit. Ia memutar knop pintu dengan perlahan, memastikan agar kekasihnya masih terlelap dan tidak bangun kebingungan melihat sisi di sebelahnya kosong. Dada Jeonghan berdegup kencang sembari menutup pintu kamar, berharap supaya Seungcheol tidak bangun dalam waktu yang dekat.
Pria itu berjalan menuju koridor dekat pintu masuk, tepatnya untuk mengambil telepon rumah. Sejak sore tadi hingga sekarang, pikirannya sudah dipenuhi dengan keinginan untuk menelepon Joshua. Kegiatan sembunyi-sembunyi ini seringkali Jeonghan lakukan di belakang Seungcheol, termasuk pertemuannya dengan Hansol kemarin. Ia tidak tahu bagaimana reaksi Seungcheol nanti jika tahu tentang apa yang Jeonghan lakukan.
Jeonghan menahan nafas kesakitan setiap kali melangkah maju, ditambah rasanya seperti telepon tersebut terletak di ujung dunia. Cara bagaimana Jeonghan berjalan pun menjadi aneh, sebab ia tertatih-tatih sambil memegangi pinggul bagian atasnya. Sesekali pria tersebut menggigil karena lupa tidak mematikan AC sejak pukul dua siang.
Jeonghan cukup menyesal sudah mengiyakan ajakan Seungcheol tanpa bertanya apa yang akan mereka lakukan. Kini ia harus menanggung apa yang sudah disetujui, dan Jeonghan pun tidak bisa menyalahkan tenaga kekasihnya. Jeonghan merutuki dirinya sendiri dalam hati karena hanya menggunakan kaos kebesaran milik Seungcheol dan tidak sempat untuk mengenakan apa-apa lagi karena terburu-buru.
Lebih tepatnya, terburu-buru karena sudah merasa ketakutan.
Tangannya menggenggam gagang telepon erat, sambil menekan tombol-tombol untuk menghubungi satu-satunya teman yang masih mendukung rencana gila Jeonghan. Ia memperhatikan bagaimana jarinya bergetar pelan seperti orang gila, entah karena masih menggigil kedinginan atau karena Jeonghan adalah orang yang tidak sabaran.
Nada tunggu dari telepon perlahan membuatnya semakin merasa waswas dan ingin segera melepas seluruh isi benaknya. Jeonghan tidak bisa merasa benar-benar tenang setelah Wonwoo menatap lurus ke arahnya pada hari itu dengan tatapan yang sama pada Desember tahun lalu. Penuh dengan kebencian yang tidak pernah pudar juga rasa dendam yang memenuhi seisi dadanya. Seperti tewas karena dikuliti hidup-hidup dengan kedua mata yang awalnya sempat membuat Jeonghan jatuh cinta.
Sejak insiden bertemu dengan Wonwoo lima hari yang lalu, perilaku Seungcheol berubah menjadi seseorang yang jauh lebih berbeda dari sebelumnya. Mungkin bisa dibilang kelewat protektif kepada Jeonghan yang kini malah merasa ketakutan. Hampir setiap gerak-gerik yang dilakukan Jeonghan harus selalu ditemani oleh Seungcheol, termasuk di dalam toilet.
Jika Jeonghan pernah berdoa kepada Tuhan untuk memberikan dirinya seseorang yang akan selalu menjaganya setiap saat, ia ingin berteriak kepada Tuhan agar menarik kembali doa tersebut. Karena sekarang, Seungcheol jauh lebih menyeramkan daripada sebelumnya. Rasanya seperti Jeonghan adalah korban dari semua ini, seolah Jeonghan adalah sosok yang diculik oleh Seungcheol dan bukan sebaliknya.
Seluruh isi kepalanya kini menjadi alasan besar kenapa Jeonghan buru-buru menelepon Joshua tepat setelah Seungcheol tertidur, karena ia ingin semua masalah ini selesai tanpa jejak. Jeonghan tahu apa yang ia awali seharusnya ia akhiri, namun Jeonghan sudah tidak tahan lagi dengan semua 'kebetulan' yang terjadi. Bahkan fakta dimana Wonwoo melihat Seungcheol bersamanya dan Seungcheol tahu Wonwoo mengenalinya semakin memperkeruh suasana yang ada.
Jeonghan ingin mati secepatnya untuk kabur dari semua ini.
Jeonghan ingat bagaimana gilanya seorang Jeon Wonwoo jika pria tersebut sudah kelewat jengah karena ada sesuatu yang mengganjal di dalam benaknya. Luka yang ada di tengkuk Jeonghan menjadi saksi, dan ia tidak mau hal itu kembali terjadi lagi tahun ini. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan jika Wonwoo-yang-tukang-main-tangan bertengkar dengan Seungcheol-yang-ternyata-seorang-pemarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
confound | cheolhan
غموض / إثارةOrang baik yang terlalu baik pada orang lain, akan terlihat jahat diantara sekumpulan orang baik. Begitu juga dengan orang jahat yang baik diantara orang-orang jahat lain, meski niat bengis mereka hanya berbeda tipis dengan satu sama lain. Maka keti...