June, 15th - PART TWO

112 10 0
                                    

Joshua mengusap wajahnya dengan kasar. Ia tidak bisa melihat Wonwoo tanpa perasaan ingin mengancurkan wajahnya dengan tongkat. Rasanya Joshua ingin mengoyak wajah pria itu hingga habis tidak tersisa, membuat hancur senyuman sinis Wonwoo yang tidak kunjung luntur.

Ia tidak bisa berpikir dengan baik jika perasaannya cukup terguncang seperti ini. Joshua menarik nafas panjang hingga terasa ke dalam rongga tenggorokannya, lalu menghembuskannya pelan. Ia kembali duduk di hadapan Wonwoo yang kini merogoh sakunya untuk mengambil rokok.

Tanpa berbicara apapun, sebuah asbak berwarna pink pastel ditaruh dengan kasar di atas meja oleh Joshua. Wonwoo mengangguk pelan sambil menyalakan rokoknya, dengan perasaan yang sedikit terkejut. Asbak ini mirip dengan asbak yang pernah ia lihat di masa lalu, tetapi Wonwoo tidak bisa ingat tepat darimana–

"Ini milik Jeonghan." ucap Joshua seraya bersandar, lalu melipat kakinya ke atas sofa. "Matamu terlalu terbelalak untuk seseorang yang masih membenci mantannya."

"Lalu, jenis perjanjian apa yang kamu mau?"

"Pertama, aku ingin sesuatu yang tidak akan membuatku dan adik laki-lakiku rugi besar secara finansial."

Wonwoo menyesap rokok tersebut, "kau menjadikan adikmu sebagai jaminan? Menarik."

"Kedua, aku ingin dia masih bekerja di rumah sakit yang sama denganmu. Paling tidak, berada di bawah yayasan yang sama agar kau dan dia jatuh bersama jika sesuatu terjadi padaku." ujar Joshua. Bibirnya yang tersenyum tipis membuat Wonwoo kembali merasakan gejolak api yang panas di dalam dadanya. Ia benar-benar ingin menghancurkan semua gigi milik Joshua.

"Apa kau lupa kalau aku ini hanya dokter biasa? Gaji yang aku miliki tidak sebanyak harta kekayaanmu yang kau dapatkan dari pencucian uang."

"Dokter Wonwoo yang terhormat, jika kamu membawa semua ini ke meja hijau bersamaku dan seluruh bukti yang aku punya, Jeonghan bisa saja membayarmu dan Seungcheol sampai ia jatuh miskin." Joshua mengambil kotak rokok milik Wonwoo, "kalau kamu punya permainan, aku juga sama. Kamu tidak seistimewa itu hanya karena memiliki akses untuk menemui aku di rumah."

Hembusan asap rokok dari Wonwoo sudah cukup membuat Joshua senang. Ia suka melihat seseorang merasa frustasi hanya karena perkataannya yang berisi kebohongan. Joshua tidak akan sungguh-sungguh memberikan apapun yang ia miliki hanya karena ada dokter di depannya yang menyedihkan.

Wonwoo sama sekali tidak menjawab apa-apa, ia bergelut dengan pikirannya hanya karena masalah yang menyangkut Seungcheol. Apakah semua ini akan berguna untuknya di masa depan? Tidak ada yang tahu dengan hal tersebut. Hanya saja, Seungcheol adalah sosok kunci yang benar-benar Wonwoo butuhkan. Namun jika Wonwoo mengatakan hal tersebut, ia yakin Joshua akan memutar kalimat-kalimat yang sebelumnya ia katakan.

"Baiklah. Aku akan transfer lima puluh juta melalui wire."

Kalimat tersebut menarik perhatian Joshua. "Lima puluh juta untuk menutupi pembunuhan berencana, penculikan, kekerasan seksual, dan perusakan benda milik seseorang? Kurasa tidak. Naikkan lagi."

Dahi Wonwoo berkerut mendengar kekerasan seksual. "Maksudmu?"

"Lebih baik periksa sendiri saja. Kuulangi lagi, naikkan angka tersebut atau aku sama sekali tidak akan membantu."

"Joshua, aku sama sekali tidak—"

"Aku bisa menghubungi Jeonghan." Joshua melemparkan kotak rokok tersebut ke arah Wonwoo dan bergerak mendekatinya, "aku bisa mempersulit keadaan. Aku mampu membuat semua ini lebih sulit daripada sebelumnya. Aku bisa membuat Seungcheol pulang hanya dengan namanya saja. I could do anything to destroy you, Wonwoo."

Yang dipanggil hanya diam dengan tangan mengepal keras. Ia menahan keinginannya untuk menonjok wajah Joshua sampai habis ketika sang pemilik rumah berjalan di belakangnya. Kedua tangan Joshua menggenggam erat bahu Wonwoo seraya mendekatkan wajah ke telinganya. Ia akan habis malam ini jika tidak mau bekerja sama dengan Joshua.

Keparat.

Bibir Joshua kembali tersenyum tipis. Pelan-pelan saling bergesekan dengan telinganya, seperti kucing yang menginginkan perhatian dari majikannya. Wonwoo sama sekali tidak bergerak ketika kedua tangan Joshua menjulur kebawah, dan berhenti tepat di atas perutnya.

"Seratus lima puluh juta, tunai." Joshua mengecup pipi Wonwoo, "atau Seungcheol akan muncul di restoran sebagai mayat."

Hidup Wonwoo sudah dipastikan hancur sejak ia menginjakkan kakinya di rumah Joshua.

confound | cheolhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang