QS. Al-Ahzab [33] : 33
وَقَرْنَ فِيْ بُيُوْتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْاُوْلٰى وَاَقِمْنَ الصَّلٰوةَ وَاٰتِيْنَ الزَّكٰوةَ وَاَطِعْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗاِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًاۚ
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
***
Ya Allah, pas lihat tangkapan gambar ini aku merasa malu, miris, prihatin. Lebih malu lagi liat salah satu komentar yang mengatakan : Dis! Hadeh capek capek demo RUU PKS, wanita-wanita malah menurunkan derajatnya sendiri. See? Kalau dipikir lagi emang benar kan?
Marah sih marah, kesal sih kesal, cuma nggak habis pikir aja ternyata efek dari marah, kesal dan capek membuat mereka ini berani nulis hal berbau seksis kayak gini. Atau mungkin orang lain yang nulis, mereka cuma bantu pampangin aja? Entahlah.
Tahun kemarin aku sempat ngeluh gara-gara risih sama tabiat beberapa laki-laki yang hobi cat-calling. Jujur aja nih, mungkin karena aku orang yang sensitif-an, jadi aku paling nggak suka di cat-calling sama laki-laki asing yang resek. Sekadar cat-calling pun aku nggak tahan, apalagi lebih dari itu-- dan terus terang, nasibku nggak bagus karena aku ngalamin abusement lebih dari sekali. Kalau ditanya kok bisa? aku sendiri nggak ngerti. Seingat aku ya, aku ini bukan orang yang suka lakuin hal-hal yang nyerempet bahaya itu. Contohnya gini : aku itu kalau di tempat orang banyak, udah kayak otomatis aku itu lebih suka nunduk-nunduk, jarang mau merhatiin wajah orang. Aku juga sangat jarang pakai kostum sejenis jeans gitu, karena insecure--bawaannya kayak nggak cocok terus sama potongan badan. Nah, kok bisa aku disiul-siul gitu? Karena baik penampakan dan sikap, aku nggak merasa terkesan mengundang. Jauh malah. Mengingat aku bukan perempuan yang overactive, aku sangat tersinggung jika menerima perlakuan yang menjurus oleh makhluk yang bernama laki-laki.
Aku bangga menjadi seorang perempuan. Aku juga bangga pada perempuan masa kini yang tidak lagi dianggap warga kelas dua. Aku bangga pada perempuan yang sudah banyak berdaya, jadi pelopor, tak kalah terhormat dari kaum lelaki. Perempuan seperti itu yang menginspirasi perempuan yang lain untuk tetap anggun, menyadari bahwa perempuan itu berharga jadi apa pun mereka. Aku juga salut karena sudah banyak perempuan yang berani memulai inisiatif tentang sesuatu. Itu artinya citra perempuan bukan lagi sekadar kaum yang hanya dapat berpangku tangan dan menunggu tanpa melakukan aksi nyata.
Tapi, kalau dalam urusan semacam ini, aku belum bisa mengiyakan. Anggap aja aku kuper. Kalau dilihat dari makna tersirat pun aku nggak bisa nangkap pesan positifnya apa, beneran. Aku cuma melihat rasa kekesalan yang dipenuhi oleh keisengan dan dark jokes. Lebih karena aspek kurang patut aja sih seorang perempuan--berhijab-- memperlihatkan pendapat seperti ini. Dan sebenarnya ini lebih karena gara-gara tulisan yang tercetak. Adilnya, memang terlalu dark dan tidak pantas untuk dipamerkan oleh siapapun. Perempuan dan laki-laki. Ya, pesan moralnya apa coba?
Kejadian kayak gini paling sederhananya anggap aja mereka ini lagi nggak berpikir panjang. Mereka cuma keliru doang. Lagipula mau bercanda atau serius maksud tulisan tersebut, sama-sama tidak ada makna baiknya. Yang tambah miris justru ada komentar yang lagi-lagi menuding ke arah jilbab dan cadar yang digunakan oleh orang di dalam foto tersebut.
Berjilbab memang syariat. Bercadar memang sebuah sunnah. Menggunakan keduanya adalah sebuah itikad baik untuk memperlihatkan citra seorang muslimah. Tanda bahwa muslimah taat pada perintah Allah SWT. Jilbab juga merupakan identitas. Tapi jangan sampai memberi label seseorang dengan menempelkan atributnya. "Malu dong sama jilbab" atau "Percuma pakai jilbab" . Memang sebuah atribut harus dibarengi dengan tindakan; ini memang jadi suggest nya. Tetapi jika seseorang belum memiliki akhlak yang sempurna dan memutuskan untuk berhijab, dan suatu saat dia terjerumus dalam suatu kesalahan, jilbab bukan sebagai kambing hitam. Jilbab adalah niat dan sebuah proses. Bukan semata hasilnya.
Aku juga berjilbab. Dan aku memang masih jauh dari sempurna. Setiap orang pasti pernah dan masih tersandung pada sebuah kesalahan. Kesalahan itu adalah kealpaan. Silap. Lupa. Berjilbab bukan berarti tidak boleh salah-- syukur-syukur bisa sempurna mawas. Yang tidak dibenarkan adalah jika sengaja menjerumuskan diri pada kesalahan atau membiarkan diri lebih lama pada kesalahan ketimbang bangkit menjauhinya.
Yok, yok, sama-sama lah kita untuk lebih berhati-hati, menyadari bahwa kita memang berharga, dan terlalu berharga untuk menyerempet bahaya se-riskan sebuah dark jokes.
🕌
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Ramadhan 1443 H
SachbücherRamadhan, bulan suci yang selalu dinanti. Udah mau nyiapin apa nih buat ngisi bulan penuh keberkahan? Ramadhan jadi media untuk pelatihan keimanan, penambah kuantitas dan kualitas ibadah, serta media introspeksi diri. Ramadhan adalah waktu saat seti...