#16 (18 April 2022) : Pesimistis

3 1 0
                                    

QS. Ali Imran [3] : 139

وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

****
Tantangan lain saat lagi membangun mimpi adalah godaan minder; rendah diri; insecure, apa pun itu sebutannya. Aku timbul minder ketika melihat orang yang sebaya atau setaraf aku dapat suatu keberhasilan. Keberhasilan yang seharusnya aku bisa rasakan pada saat-saat sekarang--umur awal dua puluh, dapat nikmatin jalan karir, sukses sebelum menikah. Parahnya lagi, aku pakai bandingkan diri aku sama pesohor lain yang sebaya aku di seluruh penjuru dunia. Praktis tambah minder.

Pernah aku keceplosan menyuarakan kegelisahan itu, tahu-tahu malah dimarahi karena bukan bidang aku atau secara nggak langsung aku dianggap kurang waras karena punya impian sebegitu modern.

Mimpi aku cuma satu yaitu mandiri. Baru setelahnya aku berusaha sukses.

Sebagian orang akan mengukur pencapaian orang lain sebagai motivasi mereka agar semangat maju. Itu kata kuncinya : semangat. Hampir tidak ada yang tidak mungkin jika di dalam diri sudah punya tekad, semangat, dan restu Allah SWT. Apa pun jalannya, seberapa lama prosesnya suatu hari pasti akan naik podium. Menikmati kesuksesan sendiri dan mensyukurinya. Semangat yang besar itu secara tidak sadar jadi tameng mental dari berbagai godaan-godaan setan yang berupa itu tadi : membandingkan nasib.

Akan jadi masalah kalau sedang capek dan/atau lagi mandek. Namanya melangkah pasti nggak seterusnya lancar. Namanya jalan pasti nggak semuanya aspal mulus. Ada kerikil, tidak rata, ada juga lubang yang tak tampak. Sama dengan diri, semangat nggak tiap hari berapi-api. Di saat capek yang memaksa berhenti itulah godaan melemahkan mental datang. Bikin bete.

Ada yang sanggup move on sendiri. Sedangkan yang tidak, tentu perlu dukungan orang lain. Mereka perlu memahami kalau insecure itu bukan karena mereka mengada-adakan derita. Perhatian hanya teralihkan oleh lelah dan kadang kesedihan karena tidak ada yang mendukung.

Pesimistis ini perasaan yang membahayakan. Aku sendiri saat merasakan pesimis, rasanya apa saja yang dilakukan seperti tidak berguna. Sejauh apa pun melangkah kekhawatiran itu terus mengikuti. Khawatir tidak tercapai, khawatir banyak pihak yang menghalangi, khawatir ini, khawatir itu. Overthinking kayak gini juga termasuk mengganggu kepercayaan diri. Trik setan yang lain agar tidak maju dan mungkin saja menumbuhkan benih permusuhan. Misalnya memusuhi rekan yang lebih sukses, memusuhi lingkungan sekitar, dan paling gawat adalah memusuhi Allah karena menganggap dunia tidak berjalan adil.

Menuju pencapaian itu perlu kesabaran. Asal terus melangkah dan berdoa, perlu meyakinkan juga pada diri sendiri bahwa setiap langkah dan proses menuju pencapaian adalah prestasi. Saat berhasil memperbaiki yang kurang di hari kemarin adalah pencapaian yang perlu di reward sendiri. Hal lain yang diperlukan adalah ada orang yang juga menyakinkan diri ini bahwa tujuan, tekad dan kemauan untuk mencapai sesuatu itu baik. Menjadi mandiri itu baik, setidaknya orang lain tidak perlu lagi mendapat singgungan dari aku dan aku tidak perlu lagi merepotkan mereka. Yang perlu dijelaskan pada mereka adalah untuk berhenti menahan langkah aku untuk mandiri. Akan menjadi hal baik jika antar sesama berusaha meminimalisir keributan yang mungkin terjadi.

🕌

Catatan Ramadhan 1443 HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang