QS. Fatir [32] : 32
ثُمَّ اَوْرَثْنَا الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَاۚ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚوَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ ۚوَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِالْخَيْرٰتِ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيْرُۗ
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ صَخْرِ رضي الله عنه قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ : مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ, وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ, فَاِنَّمَا أَهْلَكَ الذين مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلَافُهُمْ على أَنْبِيَائِهِمْ.
Dari Abu Hurairah, 'Abdurrahman bin Shakhr Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, 'Apa yang aku larang terhadap kalian, maka jauhilah, dan apa yang aku perintahkan kepada kalian maka kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya yang membinasakan umat sebelum kalian hanyalah karena mereka banyak bertanya dan menyelisihi para nabi mereka'." HR. Bukhari No. 7288 dan Muslim No. 1338
***
Setiap orang punya amalan favorit masing-masing. Ada yang suka shalat, mereka akan memperbanyak shalat sunah. Ada yang senang wirid dan zikir. Ada yang senang berdekatan dengan Al-Qur'an. Ada yang suka puasa. Ada yang istiqomah bersedekah. Ada yang lebih memilih bershalawat, dll.
Setahuku nggak ada larangan untuk mengkhususkan suatu ibadah, yang penting ibadah wajib nggak tinggal. Dan tidak memaksa orang lain untuk melakukan hal yang sama hanya karena bagi dia ibadah yang dilakukannya itu membawa suatu kemaslahatan besar buat dia. Lalu dia memaksa orang lain untuk ikut melakukan amalan yang dia lakukan. Dalam beragama itu kan nggak ada paksaan ya, jadi kurang patut sebenarnya untuk memaksakan orang lain dengan tujuan agar ia dapat keutamaan amal jariyah karena memperpanjang amal dia ke orang seandainya amal yang dia lakukan itu, diamalkan juga oleh orang lain. Yang benar itu menganjurkan, menyarankan. Karena tidak setiap orang bisa dapat faedah yang sama dengan si pelopor tadi. Atau jangan-jangan, mampu saja tidak bagaimana bisa sampai ke tahapan berfaedah. Contohnya satu orang sukses dengan amalan puasa sunahnya, dia memaksa ke orang lain agar melakukan hal serupa. Apabila orang itu bukan tipe yang kuat sering puasa sunah gimana? Ada orang yang sukses dengan amalan sedekah, dia memaksa orang lain untuk melakukan hal serupa. Jika orang itu adalah orang miskin gimana? Ada orang yang sukses dengan amalan wirid secara jahr, memaksa orang lain untuk melakukan hal serupa. Jika orang itu tipe yang lebih suka secara siir?
Amalan akan jadi ikhlas dan diterima Allah SWT jika amalan itu dilakukan dengan kesadaran bahwa dia mampu, dia lakukan sepenuh hati, niat kokoh. Amalan paksaan bukannya lebih sering dilakukan setengah hati ya? Wallahu a'lam. Kecuali mendidik shalat, harus dipaksa memang. Tapi itu pun kata paksaan kayaknya kurang tepat. Menyadarkan bahwa shalat wajib adalah rukun islam, nah itu baru pas.
Jelas sekali sama hadits di atas bahwa, beramal baik itu lakukan apapun yang sekiranya mampu oleh satu individu. Itu berarti, yang penting berbuat baik aja. Sekecil apapun akan dicatat oleh Allah. Pahala apa, ganjaran apa yang akan diterima itu rahasia Allah. Islam tidak pernah memaksakan suatu perintah kebaikan. Seluruh ayat tentang ibadah, amalan, intonasi dan pilihan katanya ditulis dengan redaksi anjuran. Seperti kalau kita dinasihati oleh seorang ibu. Beda dengan ayat tentang larangan Allah. Secara eksplisit dan jelas, larangan itu ditegaskan untuk dijauhi. Seluruhnya.
Kadang sebuah kesalahan itu memang tidak bisa ditolerir untuk kedua kalinya. Kesalahan yang diberi ruang untuk eksis kembali malah akan menimbulkan kesalahan yang lain. Berbohong. Orang yang bohong akan menutupi kebohongannya dengan kebohongan yang lain, itu satu contoh. Kesalahan sekecil apapun tetap memberikan efek. Dan kadang di suatu titik, kesalahan kecil justru malah memiliki adiksi yang mengerikan. Memicu orang untuk mengulangi kesalahan tersebut. Karena anggapan itu tadi, "ah nggak seberapa kok!". Pernah suatu waktu larangan itu butuh waktu lama untuk dijauhi secara perlahan. Tapi tetap tujuan akhirnya adalah larangan itu sepenuhnya ditinggalkan dan tidak ada lagi keinginan untuk mengulanginya.
Apapun amal yang dipilih, niatkan untuk ibadah. Kebaikan sekecil apapun tetap dilihat oleh Allah SWT. Lebih baik sedikit demi sedikit melakukan satu amal sampai akhirnya menanjak ke amal lainnya dari pada tidak sama sekali. Tidak perlu mempertengkarkan amal siapa yang paling baik. Semua amal memiliki keutamaan. Yang akan jadi masalah adalah tidak melakukan suatu kebaikan pun karena ingin bebas dari kebingungan mana yang utama mana yang tidak.
🕌
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Ramadhan 1443 H
Non-FictionRamadhan, bulan suci yang selalu dinanti. Udah mau nyiapin apa nih buat ngisi bulan penuh keberkahan? Ramadhan jadi media untuk pelatihan keimanan, penambah kuantitas dan kualitas ibadah, serta media introspeksi diri. Ramadhan adalah waktu saat seti...