#15 (17 April 2022) : Rendah Hati

2 1 0
                                    

QS. Luqman [31] : 18

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ

Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.

****

Keep humbling kayaknya mulai jadi motto aku hari ini. Dengan semua mimpi aku yang kelihatannya ketinggian, bukan berarti harus mengubur mimpi itu--kita toh boleh punya mimpi kan? Yang perlu kuingat mulai hari ini adalah suatu saat nanti jika aku sudah dapat meski satu saja impian yang tercapai, tetaplah bersahaja. Rendah hati. Low profile.

Baru-baru ini aku memperhatikan tentang seseorang yang punya daftar resolusi yang lumayan banyak, dikecam sama pengguna sosmed. Aku perhatikan, benarkah apa yang dikatakan oleh netizen ini? Atau hanya sebatas perasaan kaget-nggak-nyangka-campur-sedikit-julid aja? Kalau ku perhatikan dari sisi orang yang bermimpi ini, secara objektif aku nilai ya biar aja lah,untuk ukuran dia kayaknya hal yang ingin dia capai toh memang besar dari orang kebanyakan. Walau dilihat ada angka-angka yang lumayan jadi pertanyaan "ini serius mau sebesar ini?" . Sedangkan kalo dilihat dari sisi pengamat kayak netizen--aku sampai diskusikan sama Mama aku-- iya juga sih. Rasa-rasanya terlihat impossible, terlalu ketinggian. Tinggian mimpi dia dari pada aku. Apa pun pandangan yang mengemuka, akan lebih baik kalau aku bahas cukup sampai sini. Takut kalau dipanjangin lagi, yang keluar malah jadi fitnah.

Baik orang yang sedang bermimpi atau yang sudah mencapai mimpi, pasti ada satu hal yang diyakini betul ada pada diri yaitu yakin kalau bisa, yakin akan tercapai. Tidak ada motivasi yang lebih baik dari pada tekad kuat dari dalam diri. Saat sudah diraih, diri pasti bangga dan puas dong. Karena satu kelebihan sudah bertambah dalam diri ini.

Masalah yang mengintai setelahnya adalah godaan untuk jadi sombong. Terus terang, kesombongan itu muncul pada orang-orang yang setiap hari mengenang kesenangan yang baru dicapai. Aku pernah merasakannya. Ketika keangkuhan itu datang, bentuknya nggak langsung kayak merasa diri lebih baik, tapi ketika aku mulai menjaga jarak dengan seseorang dengan alasan dia sudah tidak terasa asyik lagi kalau diajak ngobrol. Besar kecilnya pertumbuhan sifat angkuh tergantung iman. Iman kuat, nggak lama langsung sadar. Kalau turun naik, ada satu titik trans di mana aku berpikir betapa tidak pantas aku seperti itu tapi di menit kemudian lupa atau sengaja dilupakan.

Kesimpulannya, itu bahaya. Kalau masih dalam taraf mengejar mimpi, keangkuhan itu muncul dalam bentuk ambisius dan antipati. Dalam mengejar mimpi ambisi itu boleh. Yang tidak boleh adalah kalau sampai lupa sama sekitar. Nggak mau dengar saran dari orang lain.

Arogansi itu ada ketika segalanya dirasa tercapai semua dan untuk memelihara pencapaian itu, hanya boleh dilakukan oleh aturan ketat yang dibuat sendiri. Di sinilah titik di mana jika kesombongan itu sudah menguasai hati, telinga akan tuli, mata akan buta, pikiran malah jadi tak karuan karena overthinking sendiri. Takut saingan, takut komentar jelek. Sedapat mungkin orang yang arogan ini berusaha mendominasi dan mengintimidasi agar dia tidak beranjak sejengkal pun dari predikat yang melambungkan namanya.

Kesombongan juga timbul ketika tanggapan yang diterima selalu berupa pujian. Menyenangkan memang dipuji-puji, hanya saja sudah kuat belum iman ini agar tidak menjadikan pujian itu sebagai asupan. Sesuatu yang harus ada jika tidak maka akan kelaparan--iri, dengki, dan memusuhi.

🕌

Catatan Ramadhan 1443 HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang