QS. Al-Hujurat [49] : 6
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.
***
Hal menyebalkan saat aku baca berita--terutama di discovery google--adalah baca headline yang terkesan lebay. Penulis berita di situ kreatif banget menarik perhatian pembaca. Aku itu kadang ketawa, kadang mengernyitkan kening. Sampai ku pikir ini judul berita atau judul cerita gitu. Terlepas dari hal yang bikin terganggu itu, aku tetap apresiasi sama jurnalis online. Kalian hebat lho, bisa menarik perhatian pembaca kayak aku hanya lewat headline.
Mengapa di awal tadi aku bilang menyebalkan, karena saat aku klik untuk baca keseluruhan isi yang ternyata nggak sedramatis headline. Contoh nih : Survei Menunjukkan, Makan Mi Instan Dapat Menyebabkan Kehamilan. Nah lho! Panik dong aku. Gila aja, diakui atau tidak mi instan kan udah jadi makanan seribu umat di segala kelas sosial. Aku juga termasuk yang suka mi instan. Lihat headline begini kan jadi syok. Headline atau kepala berita itu kan menggambarkan keseluruhan isi berita, jadi apa yang dapat disimpulkan dari judul kayak gitu? Pasti ku pikir, ternyata ada kandungan tertentu di dalam mi instan itu yang akan menyebabkan kehamilan, dan selama ini kita nggak tahu. Ya, masuk akal apa nggak kan belum tahu, karena keburu syok dulu. Ketika ku buka dan ku baca semuanya, ternyata tentang suatu fenomena mahalnya mi instan di sebuah daerah di Afrika yang menyebabkan para perempuan di sana--mohon maaf nih-- menjual diri demi bisa makan mi instan. Karena meningkatnya praktek ini, angka kehamilan di luar nikah jadi naik di sana.
Ampun...!
Berita ini memprihatinkan sih, karena kita tahu keadaan di sana itu sering terjadi kelaparan. Harga makanan mahal termasuk barang sesimpel mi instan. Tema berita ini masalah sosial yang memberikan fakta. Tetapi karena termakan headline menggemparkan tadi, aku rada kesel sama yang nulis. Kreatif amat nih orang. Hiperbola sekali gitu. Mau ketawa tapi isinya miris. Yah, itulah dunia berita kan? Perlu sering memaklumi sama gaya penulisan judul berita yang sengaja dibuat menggugah. Atau jangan-jangan bukan si jurnalis kali yang ngasi judul begitu.
Meski kesal sama judul berita yang tiap hari ada-ada aja, ada sedikit hikmah yang aku dapat. Selain menggugah calon pembaca, bisa jadi kanal berita itu memaksudkan penggunaan lebay pada bahasa judul berita sebagai bentuk cara edukasi literasi. Masa sih? Sederhananya, kita kalau ketemu hal-hal aneh apa yang kita sering lakukan? Cuek atau kepo? Pasti kepo lah. Sama dengan logika headline, dengan mereka mencantumkan judul yang "Hah?" sebagian calon pembaca mau tak mau akan batal scrolling lagi ke bawah dan memilih untuk mencari tahu isi berita tersebut. Selain mereka dapat rating website, kita juga akan dibiasakan membaca.
Minat baca di Indonesia itu masih rendah. Berbanding terbalik sama partisipasi dalam dunia maya. Bukannya aku endorse tentang gerakan membaca, tapi kenyataannya dengan membaca wawasan kita akan luas dan pendeknya, nggak akan gampang tertipu sama suatu isu. Seperti yang kita tahu kalau dunia kita sekarang tidak semua isu-isu itu valid. Jika kebanyakan orang malas membaca, ya itu, baru baca judul berita udah heboh duluan dan belum apa-apa udah disebarkan. Viral deh jadinya dan semua orang pasti akan berasumsi seharfiah judul berita yang bersangkutan.
Zaman sekarang, baik narasi, rekaman, maupun ucapan lisan itu bisa dipotong, dipeleset, dan dibumbui. Dunia maya itu lebih mirip percakapan tapi pakai jari. Jadi peran mulut untuk bicara udah diambil alih sama jempol ini. Pernah nggak kita pengen tahu kenapa sih cerita rakyat zaman dulu yang kita pelajari di sekolah itu, satu judul tapi banyak versi? Itu karena cerita rakyat dulu disampaikan secara lisan. Tahu kan lisan tiap orang kan beda-beda. Makin berkembang, makin banyak bumbunya. Kurang lebih kayak sekarang, kalau nggak dikontrol, nggak di cek ulang, ya sama. Judul yang udah heboh makin tambah luar biasa tuh. Yang parah adalah persepsi masyarakat akan berubah seiring seberapa jauh berita itu dibelokkan tanpa ada yang mengklarifikasi.
Perkara headline hiperbola ini juga kadang buat aku "lebih baik nggak perlu dibaca" . Biasanya kayak berita infotainment. Jujur aja, aku memang tidak tertarik infotainment, gosip karena aku pikir kok lebih banyak memberitakan hal skandal gitu. Giliran yang baik malah, dilebih-lebihkan, terlalu banyak sensasi. Bukan sok suci. Berita artis yang kubaca biasanya tentang album atau single baru penyanyi favorit dan seputar rilisan itu.
Headline menggugah bagi aku adalah dua hal. Satu, prestasi dari pembuat berita yang berhasil menarik pembaca. Dua, pilihan kata yang mengagetkan seringkali memicu ambiguitas. Apapun yang ku perhatikan dari itu semua, intinya biasakan untuk membaca berita secara keseluruhan dan bandingkan dengan sumber kanal berita yang lain. Jika hanya mengandalkan judul berita sebagai dasar asumsi, sebaiknya teliti lagi pada fakta yang tertulis di dalam paparan berita tersebut sebelum jadi heboh sendiri.
🕌
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Ramadhan 1443 H
NonfiksiRamadhan, bulan suci yang selalu dinanti. Udah mau nyiapin apa nih buat ngisi bulan penuh keberkahan? Ramadhan jadi media untuk pelatihan keimanan, penambah kuantitas dan kualitas ibadah, serta media introspeksi diri. Ramadhan adalah waktu saat seti...