#28 (30 April 2022) : Hujan

3 1 0
                                    

QS. Al-A'raf [7] : 57

وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ ۚ كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.

QS. Az-Zukhruf [43] :11
وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَنْشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا ۚ كَذَٰلِكَ تُخْرَجُونَ

Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).

QS. An-Naba' [78] : 14

وَأَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاءً ثَجَّاجًا

dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah,

QS. Ar-Ra'd [13] : 12

هُوَ الَّذِي يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنْشِئُ السَّحَابَ الثِّقَالَ

Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.

****

Aku bahas soal hujan, bukan berarti lagi hujan. Justru malah aku berharap turun hujan, biar cuaca agak adem dikit. Bagi aku hujan itu rahmat. Aku nyaris tidak terganggu oleh hujan, apalagi sampai tersiksa sama kenangan yang muncul saat hujan---eh!. Selain bikin udara tambah segar, suara hujan yang amat deras itu kadang buat aku nyaman dan nggak perlu mengkhawatirkan hal-hal yang sebenarnya cuma buatan kepala aja.

Aku juga sering merhatiin kalau momen hujan itu biasa dijadikan sebagai momen adanya perubahan. Entah apa itu simbol atau memang filosofi. Dalam Al-Qur'an, ada sejumlah kisah tentang umat-umat terdahulu yang ingkar, lalu Allah azza wa jalla mengazab mereka dengan turun hujan. Hujan badai, hujan batu, atau hujan petir. Ada juga kisah tentang penderitaan umat-umat terdahulu yang kemudian diberi rahmat turun hujan. Dapat disimpulkan, hujan seperti sebuah transisi dari satu fase ke fase yang sama sekali berbeda. Hujan yang turun, membasahi bumi, membasuhnya dan menumbuhkan definisi baru dari tanah yang disiram. Satu hal yang jelas, hujan selalu mengandung harapan kebaikan. Langsung ataupun tidak.

Hujan itu satu komponen yang sangat vital-- ya ampun, bahasa ku! . Air yang jadi kebutuhan mendasar bagi manusia. Tanpa hujan, air yang tercurah, bumi tidak akan pernah bisa ditinggali. Selain air, hujan kan juga mengandung udara. Udara itu yang menstabilkan suhu di langit. Karena kalau cuma gerah doang, sama aja. Kehidupan tidak akan terbentuk.

Seperti analogi yang dideskripsikan dalam novel Hujan karya Tere Liye. Jika umat manusia dihadapkan pada dua iklim ekstrem : musim dingin yang berkepanjangan atau musim panas berkepanjangan, yang mana kemungkinan manusia bisa bertahan hidup? Sederhananya, kita pasti nggak mau dua-duanya dong, sama aja sengsara, antara dingin menggigit sama panas membakar. Tetapi mau tak mau, dipikir juga. Dan jawabannya adalah manusia akan lebih mungkin bertahan pada musim dingin berkepanjangan daripada sebaliknya. Jatuh korban pasti. Namun kemungkinan masih meninggalkan populasi yang tersisa itu ada. Sedangkan musim panas berkepanjangan, manusia cuma menyaksikan satu persatu korban jatuh dan pada akhirnya habis. Entah benar atau salah ya. Hanya saja kalau di-logika secara singkat memang hanya di musim dingin ketersediaan air masih ada, meski berupa es. Musim panas karena sifatnya membakar, air itu pasti habis pada akhirnya.

Ada pendapat lain?

Yah, bahas secara ilmiah memang terdengar berat ya. Yang ingin ku sampaikan adalah aku suka hujan. Secara pribadi. Terlepas dari keuntungan praktis maupun klinis, aku akan sangat bersyukur jika turun hujan. Aku juga paling tidak respek kalau ada orang yang bisa-bisanya mengeluhkan bahkan mencaci maki hujan. Hanya gara-gara urusan jadi terhambat. Ya, namanya juga kerja alam. Biasanya akan berjalan sesuai siklus. Namun di zaman sekarang, siklus itu ada tapi mulai tidak terasa pasti. Kenapa bisa? Tanyakan pada diri sendiri. Bisa jadi, alam juga kayak manusia, mainnya pakai mood.

🕌

Catatan Ramadhan 1443 HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang