Mendadak Senja

228 41 2
                                    


Changmin sedang duduk santai di beranda rumah. Gabut dia di jam-jam segini. Sekitar pukul 11. Di kos juga cuma ada dia dan Hyunjae. Hyunjae sendiri lagi rajin, makanya ia kini sedang mencuci motornya.

"Bosaannnn" keluh Changmin sambil menurunkan badannya dari kursi.

Tangan Hyunjae masih memegang selang, "Nih biar nggak bosan." ia cipratkan sedikit air ke Changmin.

"Aduh! Bang Hyunjaeee!!" Changmin bangkit berdiri.

Hyunjae tertawa, "Lo ngapain kek biar nggak gabut."  ia lanjut mengarahkan selang pada motornya.

"Ya ngapain?"

"Mencuci baju?" Changmin jawab menggeleng. "Bebersih kamar? lipet baju? setrika baju? masak? makan?"

"Puasa Bang! kenapa jadi makan? lapar kan lo?" Changmin mendekati Hyunjae. "Gue cuci motor lo aja, Bang." ia siap mengambil selang dari Hyunjae.

Hyunjae mengelak, "Nggak nggak, kalau lo cuci motor gue, gue ngapain?"

Akhirnya Changmin duduk di dekat keran air, menumpu dagunya. "Gue liatin lo lagi aja deh Bang."

"Haduh terserah lo deh" Hyunjae kembali sibuk pada motornya.

Tak lama, terdengar suara mobil datang. Mereka mengenali suara ini. Si pemilik mobil keluar untuk membuka pagar.

"Wahai saudaraku!" Ia memanggil Hyunjae dan Changmin. "Lihatlah, aku tiba!" kemudian masuk ke dalam mobil dan memarkirkan mobilnya di halaman rumah.

Changmin dan Hyunjae saling tatap dan melirik Haknyeon. "Kenapa tu anak?" tanya Hyunjae. Changmin menggeleng.

"Selamat pagi menjelang siang Abang Hyunjae dan Abang Changmin." Haknyeon menundukkan badannya memberi salam. "Ada apakah gerangan yang sedang kalian lakukan?"

Kedua orang yang ditanya menatap bingung. "Nyeon? kepala lo kepentok apa?" Changmin berjalan mendekati Haknyeon.

Kepala Haknyeon menengadah ke langit, "Lihatlah sinar terang mentari, menerangi setiap penjuru bumimu. Tidak seperti diri ini, selalu gelap tertutup bayang-bayang semu." lalu ia menghela napas.

"Lah? galau lo?" Changmin menepuk pundak Haknyeon.

"Rasanya kini semesta tak berpihak padaku. Dengan teganya meninggalkanku. Apa kau tahu, diri ini sangat membutuhkanmu" Haknyeon balas menepuk pundak Changmin.

Kening Changmin berkerut, "Butuh apa lo?"

Haknyeon berjalan ke arah pintu masuk dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. "Lelah sudah langkah ini tertatih, tanpa ada dirimu oh sang kekasih. Yang kubutuhkan saat ini, memang secangkir teh dan sepiring nasi. Namun, percayalah hal yang paling kubutuhkan adalah dirimu oh pujaan hati."

"Heh! jatoh dimana lo tadi? kepala lo jadi aneh gini isinya!" Hyunjae menjitak kepala Haknyeon. Yang dijitak meringis sebentar.

"Jatuh, jatuh dan jatuh. Apa kau sadar sekarang jika dirimu berhasil membuatku terluka. Luka, luka dan luka. Tidakkah cukup kau goreskan di hatiku?"

"Wah galau sih ini anak. Cepet bilang siapa yang lo galauin?" Changmin menahan Haknyeon yang hendak masuk kos.

Sebelum Haknyeon hendak berkata-kata, Hyunjae menutup mulutnya. "Nggak galau dia Min. Ini anak lagi kena virus senja!"

"Virus senja?"

"Itu loh anak indie" jelas Hyunjae.

"Indie? Indigo maksudnya?"

"Aduh bukan! lo coba searching aja" Hyunjae membawa Haknyeon masuk. "Sana ke kamar aja, pusing gue denger kata-kata lo."

Sebelum masuk kamar Haknyeon berucap lagi, "Kemarin diriku pergi ke rumah sakit, memeriksakan sakit pusing yang melanda kepala. Sakit pusing itu tak seberapa, dibanding sakit ketika melihatmu bersanding dengan dirinya."

Ramadhannya The Boyz ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang