Chapter 10

136 14 2
                                    

Hari ini Disya, seseorang yang kemaren sedang marah(?) Itu sudah seperti sebelumnya. Cewek bar bar nan banyak omong itu, sekarang seperti tidak ada masalah yang sudah terjadi kemarin. Sebenernya bagi Arka tidak ada masalah antara ia dan Disya. Maka saat Disya kembali sifatnya seperti sebelumnya ia menjadi lega.

Sekarang Arka, Aldi dan Disya sedang berada di kantin. Mereka sibuk dengan makanannya masing masing, tidak ada pembicaraan. Hingga suara Disya memecah keheningan,

"Ouh iya Di, kemaren lu ngapain ada didepan rumahnya Arka?"

Arka yang mendengar itu langsung menoleh kearah Aldi. Aldi didepan rumahnya? Kemarin? Bukan kah kemarin itu adalah saat ia menemukan bangkai burung didepan rumahnya?

"O-ouh itu gw kemaren mau ke Arka cuma pas liat depan rumahnya kayaknya gaada siapa-siapa jadi yaa gw balik lagi" ucap Aldi cepat.

Disya menganggukkan kepalanya tanda mengerti, setelahnya tersenyum, ah tidak, lebih tepatnya smirk?

Sedangkan Arka yang sedari tadi menyimak mengerutkan keningnya. Kenapa Arka menjadi curiga dengan sahabatnya, apakah yang sebenarnya menerornya adalah sahabatnya? Ah, tapi tidak mungkin. Pikir Arka.

•••

"Gw balik duluan."

Arka mengangguk, tanda jawaban untuk Aldi yang tadi berbicara. Sedangkan Disya hanya menatap punggung Aldi hingga punggung itu tidak terlihat lagi dikarenakan orang itu sudah berbelok.

"Em, Ka gw juga duluan yaaa, byee Arkaa muach."

Arka menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Disya, benar benar seperti bukan Disya kemarin. Arka keluar dari kelas lalu menuju motor yang ia parkir.

Setelah sampai di rumah, Arka membuka pintu belakang nya dengan pelan, lalu mengintip apakah ayahnya ada di rumah atau tidak. Namun setelah ia amati sepertinya tidak ada siapa siapa.

Arka tersenyum lega lalu ia segera menuju kearah kamar mamahnya, setelahnya ia mengetuk pelan pintu kamar itu, namun setelah beberapa kali ia ketuk mamahnya tidak menjawab.

Sudah cukup lama ia menunggu dan beberapa kali mengetuk pintu, akhirnya Arka balik ke kamar nya untuk mandi, karena ia berpikir bahwa mamah nya mungkin saja sedang beristirahat.

Setelah mandi, ia langsung menuju ke balkon kamarnya karena sekarang sudah mulai sore dan langit pun sudah berubah warna membuat kesan yang indah untuknya di pandang. Akhir-akhir ini ia sering melakukan kegiatan ini.

Sedang asik dengan melihat langit sambil melamun, ia merasakan getaran disaku nya. Arka merogoh sakunya untuk mengambil handphone.

+62 854 67** ***

Hai, bagaimana kabarmu?

Oh yah, saya hanya ingin mengatakan bahwa seseorang yang berada didekat mu sudah mengkhianati mu hahaha.

Berhati-hatilah...

Arka mengerutkan keningnya saat ia membaca sederet pesan dari nomor tidak dikenal. Seseorang yang berada didekat mu sudah mengkhianati mu?

Entah kenapa namun ia langsung tertuju kepada sahabatnya yaitu Aldi, tapi tidak mungkin karena ia sangat mengenal Aldi, tidak mungkin kan ia berlaku seperti itu?

Brak!

Arka terperanjat kaget saat pintu kamarnya dibuka dengan kasar, huh itu pasti ayahnya.

Jaya menyeret Arka kedalam kamar lalu menendang tubuh Arka hingga Arka tersungkur. Arka yang mendapatkan perlakuan yang memang sudah biasa ia rasakan hanya diam tidak ada niatan untuk kembali berdiri.

"BANGUN KAMU!"

Arka berdiri, tak ada suara ia hanya menuruti apa yang dikatakan oleh ayahnya. Sungguh Arka benar benar lelah dengan semua ini. Apalagi dengan teroran yang akhir akhir ini selalu ia dapatkan. Kenapa masalah di hidupnya selalu bertambah?

Setelah Arka berdiri, Jaya langsung memukul Arka lagi, dan lagi. Seperti sebelumnya ia selalu menyiksa Arka hingga Arka tidak sadarkan diri.

Entah masalah apa lagi yang dihadapi oleh ayahnya hingga ia selalu dijadikan samsak oleh pria paruh baya itu.





Vote!
Saran dan kritik sangat membantu aku agar cerita ini makin berkembang.

Maaf juga jika kata katanya kurang tepat, jika ada yg salah tolong kasi tau agar aku memperbaikinya.

Makasii yang masi mau baca dan vote TwT

ARKANA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang