Chapter 07

454 57 3
                                    

Ini aku update yang kemaren aku revisi. Nanti kalo udah beres aku ketik nanti aku langsung up😊





























Arka terbangun di ruangan yang berdebu dengan cahaya yang remang remang.

Ia mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya. Ia merasakan kalau kedua tangannya menggantung. Di ikat.

Arka tersenyum sinis, melihat seorang Ayah yang seharusnya melindungi anak dan istrinya namun ia malah menyakitinya, sedang duduk di kursi dengan menyilang kan kedua tangannya di depan dada dan kaki yang bertumpu ke kaki satunya.

"Ternyata obat biusku hanya berkerja sebentar, tapi tidak apa apa itu lebih bagus" ucap Jaya dengan seringai di bibirnya.

Arka membalas itu dengan senyuman miring nya.

Jaya berjalan kearah Arka, setelah sampai didepan Arka, Jaya menendang kaki Arka hingga sang anak meringis namun tidak lama wajah Arka berubah datar.

"Bereskan Anak tidak tau diri itu, siksa semau kalian." Ucap Jaya, berjalan kearah pintu bermaksud untuk keluar dari ruangan itu.

Namun ia memberhentikan langkahnya saat hampir sampai dengan pintu kayu satu satunya didalam ruangan itu " tapi jangan sampe dia Mati!"

"Baik Boss" jawab ke lima orang tersebut. Anak buah Jaya.

Dilain tempat, Dian sedang menangis sesenggukan. Ia khawatir dengan anak nya, karena terakhir kali Jaya menyiksa Arka sampe Arka harus dirawat di Rumah Sakit. Dan yang membawa Arka ke rumah sakit tidak lain adalah Jaya. Entahlah apa maksud dari Jaya, ia yang menyakiti anaknya namun ia juga yang membawa Arka kerumah sakit untuk di sembuhkan.

"A-arka, maafin mamah" wanita itu memukul dadanya takala rasa sesak yg dia rasakan.

✏✏✏

Disya mendudukan bokongnya saat sudah sampai di kursi nya. Ia melirik ke arah samping tempat duduknya, sudah 2 hari pemilik bangku itu tidak hadir tanpa keterangan. Arka.

Jujur ia khawatir dengan Arka, entah lah yang pasti ia mempunyai firasat buruk tentang Arka. Dan juga Aldi, ia sangat kesal dengan lelaki itu, karna setiap dia menanyakan Arka, Aldi selalu mengalihkan pembicaraan, seolah ia sedang menyembunyikan sesuatu.

Disya menghembuskan nafasnya dengan kasar "Apa gw kerumah nya aja ya?" menggigit ujung kuku, itulah kebiasaan Disya disaat berpikir atau khawatir.

✏✏✏

Arka meringis saat ia membenarkan posisi tidurnya, dikarenakan luka cambukan dipunggungnya yang bergesekan dengan tempat tidurnya membuat sensasi perih.

Arka memejamkan matanya, sungguh ia sebenarnya sudah tidak kuat tinggal dirumah yang bagi Arka adalah neraka. Ia lelah. Sungguh.

Dian keluar dari kamarnya. Tadi saat pembantu dirumah ini akan memberinya makan ia memohon pada pembantu itu untuk membantunya ke kamar sang anak. Ia ingin melihat keadaan anaknya itu.

Dan untungnya pembantu yg bekerja hanya pada saat pagi hingga sore itu membantunya. Pembantu itu bernama Inam, Inam kasihan saat melihat Dian bermohon kepadanya agar membantu untuk menemui anaknya, Inam langsung teringat dengan anak nya yang sudah tiada, bagaimana rasanya ia ingin bertemu dengan anaknya namun tidak bisa, karna memang sudah beda alam, maka dari itu Inam mengangguk.

Clek...

Saat membuka pintu kamar anaknya itu yang pertama ia lihat adalah, Arka yang sedang tidur dengan posisi miring, membelakangin pintu.

Dian berjalan pelan kearah anaknya, ia duduk di pinggiran kasur dan mengelus kepala anaknya. Tanpa disuruh air mata itu turun.

Hatinya seperti tersayat saat ia melihat wajah anaknya. Seluruh wajah Arka dipenuhi dengan luka dan lebam lebam, dan yang paling parah adalah di bagian sudut mata. Dian tidak tau saja ada yang lebih parah dari itu.

"Bi, apa luka-lukanya sudah di obati?" Tanya Dian kepada Bi Inam yang dari tadi menguntit.

Bi Inam mengangguk.

"Terimakasih." Bi Inam menjawabnya dengan anggukan lagi.

Dian tak sengaja melihat makanan yang masih utuh. Bi Inam yang melihat itu langsung berbicara "dari tadi Den Arka gak mau makan Bu "

Dian menghela nafasnya "Arka..." Dian menggoyangkan tubuh Arka dengan lembut.

Arka yang memang dari tadi tidak tidur, hanya memejamkan mata saja, langsung membuka matanya dan bersusah payah untuk bangun dari tidurnya.

"Arka makan yaa?" Tanya Dian. Arka menggeleng.

"Belum laper Mah." Jawab Arka dengan suara serak.

"Mamah, Arka mohon, kita pergi dari sini ya?"

Dian menggeleng, air matanya kembali tumpah "Ga bisa, Ma-mamah masi cinta sama ayah kamu!"

Arka menghela nafas "Tapi Mah, ayah udah keterlaluan!"

"Udahlah Mah kita pergi dari sini aja yaa? Arka udah gakuat" Arka menunduk, untuk menyembunyikan air matanya.

Sedangkan Dian terus menggeleng dan berlari untuk menuju ke arah kamarnya. Gak ia tidak mau untuk meninggalkan rumah ini. ia masi mencintai Jaya. Suaminya.















Egois. Itulah kata kata yang pantas diterima oleh Dian.

📭📬📪📫

Maaf lama banget up nyaa...

Soalnya banyak tugas sekolah jadi gaada waktu untuk nulis. Sebenernya ada sih, cuma yaa, aku nya ingin istirahat. Hehehe

Btw, Nii cerita makin gaje yaa??

Ohhiyaa,, maaf jugaa kalo penulisannya kaya gituu, acak acakan, kata' nya bnyk yg gabenerr atau apalah itu. Mohon di maaf kan karna aku masi pemula.

Jadii kalo menurut kalian kata' itu ga pas bilang aja yaaa.. biar aku perbaiki hehehe.

Makasih udh baca cerita ini....
Dan jangan lupa vote💚

22 Oktober 2021

ARKANA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang