Jam 8 malam Arka baru saja sampai ke rumahnya, setelah memarkir kan motornya Arka langsung menuju pintu garasi yang terhubung dengan dapurnya.
Arka memegangi perutnya yang terasa sakit akibat tadi sore diserang oleh dua orang. Mengingat tadi, Arka teringat dengan tatapan salah satu dari orang itu, ia seperti mengenal tatapan itu, tapi entah siapa. Arka mengacak rambutnya prustasi.
Ah, ia baru sadar ternyata tidak ada Jaya, Ayahnya. Tapi Arka menghela nafas lega, karna jika ada Jaya ia yakin pasti ia akan babak belur.
Arka masuk kedalam kamarnya, lalu melepas baju seragam nya yang aga kotor, Arka melihat pantulan dirinya di kaca, badannya benar benar buruk. Terdapat banyak lebam di beberapa bagian, Arka yakin dipunggung nya lebih parah, karna Jaya sangat sering mencambuknya daripada memukulnya hingga babak belur.
•••
Seperti biasa, Arka dikelas hanya menelungkup kan kepalanya. Sekarang Arka menjadi pendiam, bahkan mengobrol dengan Aldi dan Disya pun tidak. Mereka seperti tidak pernah mengenal satu sama lain sebelumnya. Aldi pun sekarang sama seperti Arka, bahkan Disya. Hingga beberapa teman sekelasnya menatap mereka aneh.
Selama pelajaran Arka tetap menelungkup kan kepalanya, akhir akhir ini ia sering memikirkan sesuatu, tentang yang menerornya. Karna sebelumnya Arka pikir itu hanyalah sebuah keisengan tapi, sepertinya tidak. Karna nyatanya seringkali ia mendapatkan teror yang lain, bahkan ia juga yakin bahwa kemarin dua orang yang menyerangnya adalah suruhan dari si peneror.
Arka terus memikirkan itu hingga ia tidak sadar bahwa waktu istirahat sudah tiba, hingga seseorang menepuk pundaknya membuat Arka sedikit terkejut. Kepalanya menoleh, dan ternyata yang menepuk pundaknya adalah Aldi.
Arka berdecak kesal, ia sedang tidak ingin diganggu oleh siapa siapa. Maka dari itu Arka tanpa bicara apapun meninggalkan kelas, membuat Aldi disana menundukkan kepalanya. Sedangkan Disya yang memang belum keluar kelas hanya menyaksikan itu dengan diam.
Aldi berjalan kearah Disya, dan duduk disamping Disya.
"Sya, gw mau ngomong sesuatu sama lo."
Arka berjalan menuju rooftoof sekolahnya. Membuka pintu yang terbuat dari besi itu, hingga menimbulkan decitan yang lumayan keras.
Arka melihat kearah langit yang sangat cerah, sangat panas. Baru saja ia menginjakkan kakinya keatas, tapi ia sudah merasakan panas.
"Huh, tau gini tadi gw beli minum dulu."
Tapi meskipun begitu, Arka terlalu malas untuk kembali kebawah dan kekantin untuk membeli minuman, karna jarak yang lumayan jauh juga.
Arka duduk di bangku yang memang tersedia disana, atasnya terdapat atap jadi tidak terlalu panas.
Arka menidurkan tubuhnya, sepertinya ia akan tidur disini hingga jam pulang tiba. Karna ia tidak mau bertemu dengan Disya dan Aldi.
Sementara itu, Aldi dan Disya sedang berada di taman belakang sekolah.
"Lo gila? Kenapa lu turutin kemauan dia?"
"Gw juga gamau, tapi kalo gw nolak bokap gw jadi taruhannya." Aldi menunduk merasa prustasi dengan semua ini.
Disya menghela nafas kasar, bingung dengan semua yang telah terjadi. Ia kira masalah ini mudah, tapi ternyata tidak. Apalagi dengan sikap Arka yang sepertinya tidak mau tau itu.
"Kalo Arka tau, gw yakin dia bener bener marah sama lo, bahkan sama gw juga. Dan juga bakal makin sulit buat nyelesain masalah ini."
Aldi mengangguk, membenarkan perkataan Disya. Ia juga bingung, dan juga masih tidak percaya dengan semua yang ia baru tau dari Disya.
Tapi, apakah ia harus percaya?
Karena Aldi pun pernah melihat Disya didepan rumah Arka seperti sedang mengawasi.
Makin aneh ya hshshsh.
Maaf ya kalo makin aneh, dan juga jika ada kesalahan kata🙏🤧
Dan makasih yang masi mau nunggu cerita ini update dan vote☺️
Jangan lupa juga mampir ke cerita aku yang lain hehehhe
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANA [Completed]
Teen FictionBagaimana saat seseorang yang sangat kau sayangi ternyata penyebab semua yang telah terjadi? Bukan cerita bl. Udah di revisi tapi maaf kalo Masi berantakan. [Cerita ini untuk dibaca bukan untuk ditulis ulang.] WALAU SUDAH END TETEP WAJIB VOTE!! #2 a...