Chapter 15

94 12 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 12 malam, Arka tidak bisa tidur, pikirannya terus memikirkan kata-kata Disya dan Aldi pada saat waktu itu. Yang mengatakan bahwa mamahnya itu tidak sebaik yang ia kira.

"Gw penasaran tapi gw gamau ketemu lagi sama mereka berdua. Lagi pula mana mungkin mamah kayak gitu."

Prangg

Arka terperanjat kaget saat tiba tiba kaca jendela nya dipecahkan oleh bulatan kertas yang didalamnya ada sebuah batu.

Ia bangun dan mengambil bulatan kertas itu, membukanya dan mengerutkan dahinya ketika membaca tulisan tersebut.

"Ni orang yang neror gw gaada kerjaan banget, ngapain coba pake mecahin kaca jendela segala, eh tulisannya cuma 'haii' doang. Dasar gila."

Arka melangkah aga cepat kedepan jendela, siapa tau masi ada seseorang yang melemparkan kertas itu. Dan ya, tebakan Arka tepat, karna yang melemparkan itu ada didepan rumah nya dengan memakai pakaian serba hitam dan jangan lupakan topi yang membuat Arka tidak bisa melihat wajahnya.

Tapi dilihat dari postur tubuh nya, seperti wanita.

Orang itu melambaikan tangannya, lalu orang itu berlari.

Arka menghembuskan nafas nya kasar. Lalu berbalik untuk kembali ke ranjangnya. Masa bodoh dengan itu semua.

Arka memejamkan matanya berusaha untuk tertidur.

•••

Arka berangkat sekolah seperti biasanya, disekolah pun yang dilakukan Arka sama seperti biasanya. Hanya saja yang berbeda adalah dia tidak lagi bersama Aldi dan Disya.

Dan juga akhir akhir ini ia tidak terlalu melihat Aldi dan Disya saat jam istirahat. Tidak seperti waktu itu yang terus berusaha mengajak Arka mengobrol. Tapi Arka masa bodoh dengan itu. Ia masih tidak terima dengan ucapan Disya dan Aldi.

Karna jamkos, dan juga sepertinya akan jamkos hingga pelajaran selesai karna ada rapat guru, Arka memutuskan untuk ke rooftoof untuk tidur atau menyesap rokok. Itu adalah kebiasaan barunya saat ia, Aldi dan Disya sudah tidak sedekat dulu. Arka selalu menghabiskan waktunya diatas sekolah itu.

Saat Arka keatas, ia seperti mendengar seseorang yang sedang berbicara. Karna ia penasaran ia mendekati suara itu dan bersembunyi dibalik tembok.

Lah ternyata si Aldi toh, dikirain siapa. Batin Arka, Arka mau sudah berbalik dan akan turun saja, karna ia malas juga bertemu dengan Aldi.

Tapi perkataan Aldi dengan seseorang yang ditelpon nya membuat ia penasaran.

"Maaf, saya tidak mau lagi melakukan itu."

"..."

"Bukan begitu, tetapi Arka itu teman saya, tidak mungkin saya mencelakai nya!" Ucap Aldi dengan tegas

"..."

Tutt

"Arghh sialan, kenapa si anjing." Aldi berteriak dan mengacak rambutnya prustasi. Tidak menyadari bahwa Arka yang sedari tadi mendengar kan percakapan Aldi.

Arka terdiam, masih memproses perkataan Aldi. "Gamau nyelakain gw?" Arka membulat kan matanya saat tersadar dengan perkataan itu. Jadi selama ini yang neror dia Aldi?

Arka keluar dari persembunyiannya dan menepuk kedua tangannya, membuat Aldi disana tersentak kaget.

"Arka?"

"Wah wah, ternyata lu yang neror gw selama ini? Ga nyangka gw." Arka melipat tangannya di dada.

"E-engga Ka, gw bisa jelasin. Please jangan marah dulu." Arka menaikan alisnya menunggu ucapan Aldi selanjutnya.

"Gw baru sekali teror lo, jadi yang sebelumnya bukan gw"

"Gw ga percaya."

"Lu harus percaya sama gw, mungkin yang teror lu sebelumnya mamah l-" belum selesai Aldi menyelesaikan perkataannya tetapi Arka sudah lebih dulu memukul Aldi.

Aldi memegangi sudut bibirnya yang ternyata berdarah. "Maaf Ka, gw bener bener terpaksa."

Arka tidak mendengarkan itu karna setelah ia memukul Aldi ia langsung pergi dari rooftoof dan kembali ke kelasnya untuk mengambil tas dan pergi dari sekolah nya.















Jangan lupa vote dan komen yaaa

Paipaii

ARKANA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang