CHAPTER 15

44K 1.1K 34
                                    

Voments-nya ya...

Ini di dedikasikan buat @ulyahorrranxD semoga bisa menggugah hati pembaca lain buat komen/kasih vote! thank you!





Caroline mengerjap-ngerjapkan bulu matanya yang lentik dan panjang. Ketika itu juga ia disambut oleh rasa pening di kepala membuatnya harus memijit bagian pelipis guna meredakan gelenyar aneh disana. Kali ini ia tidak mengalami disorientasi karena merasa sudah mengenal betul ruangan yang seperti bertahun-tahun telah ia huni. Baru saja Caroline hendak mengangkat satu tangan untuk memijit pelipisnya, ia sadar bahwa kedua tangannya diikat di kepala tempat tidur. Apa-apaan?! Gadis itu menendang kedua kaki di bawah dan ternyata mereka bebas dari ikatan tapi sialan kedua tangannya benar-benar terikat. Langit diluar tampak mendung, gelap dan ada rintik hujan, ia tidak menemukan Zayn di kamar ini, kemana dia? Sebelum gadis itu sempat berteriak, seorang wanita berpakaian pelayan dengan cepol kecil di atas tengkuk menelusup masuk dan mengangguk tersenyum penuh simpati pada Caroline. Di belakang wanita itu berdiri dua pria berbadan besar dan tegap, keduanya seperti kembar identik tapi nyatanya hanya pakaian mereka saja yang sama persis-serba hitam dan formal. Serena mengangguk, ia mendorong meja kecil menimbulkan rodanya bersuara, diatasnya diletakkan segelas orange juice dan botol berisikan advil, tak lupa juga air putih. Caroline mengerutkan kening bingung. Sudah berapa lama ia tertidur? Satu? Dua jam? Kenapa kepalanya begitu pening? Dua pria bertubuh besar tak beranjak dari ambang pintu namun matanya meneliti secara menyeluruh pada seisi ruangan terutama gadis kecil yang kini terikat di atas tempat tidur-sama-sama keheranan. Serena mengambil tempat di samping ranjang dan mengatur orange juice di atas meja nakas.

"orange juice nona, anda pasti sangat haus setelah tidur selama kurang lebih delapan belas jam." Delapan belas jam? Caroline melirik pada jam kecil di atas meja yang jarumnya menunjukkan pukul sembilan malam. Ia ingat terakhir kali ketika dirinya sadar, ia berada di halaman rumah dan... seseorang membawanya masuk. Saat rasa nyeri menghujam kepalanya, Caroline merasakan dorongan kuat untuk mengerang kesakitan. Serena mengangguk sopan, ekspresinya tak dapat diukur karena tidak ada apapun disana kecuali rasa iba. Wanita itu mungkin merasa kasihan melihat kondisi Caroline, tapi ia bisa apa? "dan ini advil anda nona. Untuk menghilangkan sakit kepala." Kemudian Serena berdehem dan dua pria yang sedari tadi berdiri di ambang pintu melesak ke dalam kamar, bergegas membuka ikatan di kepala tempat tidur.

"kenapa tanganku diikat?" Caroline bertanya cepat ketika satu tangannya terlepas dari kekangan. Salah satu pria itu-yakni yang memiliki kulit lebih terang meliriknya waspada. Seolah mengeluarkan suara adalah sesuatu yang ilegal keduanya tetap bungkam. Caroline semakin tak mengerti, rasa marahnya tertuju telak pada sang pemilik semua ini siapa lagi kalau bukan Zayn Weston. Caroline masih marah karena pria itu telah menyakiti sahabat baiknya ditambah lagi dengan memenjarakannya seperti ini.

"dimana Tuan Weston?" sekali lagi pertanyaan itu hanya sebuah angin lalu dan dilihatnya Serena menunggu dengan tidak sabar hingga pada akhirnya menyerahkan dua butir advil dan segelas orange juice untuk diterima oleh Caroline. Dengan segenap rasa syukur, diletakannya kembali gelas itu di atas meja, merasa tidak perlu lagi menjuruskan pertanyaan karena toh pada akhirnya ia tidak akan mendapatkan jawaban yang diinginkan. Dibawah tatapan tiga manusia yang mengelilinginya, Caroline menghembuskan nafas kesal dan melirik sekitar mencari-cari sesuatu.

"ponsel anda, nona." Serena mengulurkan ponsel milik Caroline dari dalam saku celemek pelayan, entah bagaimana bisa benda itu ada bersamanya. Ia meraih dan memeriksa beberapa panggilan dan pesan masuk, ada beberapa pesan dari Harriot dan itu semua menanyakan kenapa ia tak datang ke rumah sakit dan ketidakhadirannya di kantor. Ya, bagaimana Caroline harus menjelaskan bahwa dirinya dikurung dan diikat di dalam kamar mewah juga tidak diperbolehkan keluar kemanapun. Itu akan terdengar seperti dirinya adalah gadis lemah yang tak mempunyai banyak pilihan, meski memang begitu adanya. Caroline berdecak kemudian melirik kembali pada tiga pasang mata yang masih memperhatikannya dengan seksama. Sial kenapa semua orang jadi menyebalkan? Termasuk Serena yang sebelumnya bersikap sangat ramah sekarang menjadi seorang robot yang kaku. Ia mengetik dengan cepat membalas pesan untuk Harriot tapi disana tertera ikon menunggu lantas ia menekan panggilan pada nomor yang sama. Ponsel Harriot juga tidak aktif. Tuhan!

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang