Darah, perkelahian dengan sejumlah pukulan telak bertubi, makian kasar. Dan semua itu melibatkan sosok pria yang ia takuti selama ini—Ramond. Caroline sangat takut berhadapan dengannya tapi beberapa jam yang lalu Tuan Weston menghajar manusia setan itu dihadapannya seolah untuk melindungi Caroline, sebuah emosi tertahan yang ia inginkan sejak dahulu ketika Ramond adalah ancaman besar baginya, ketika di matanya pria itu adalah sosok monster yang tak pernah terkalahkan dan gila. Tapi kenapa harus Tuan Weston yang melakukannya? Sudah jelaskan bahwa di mata Caroline pun Tuan Weston adalah gambaran sebuah kebencian yang meluap-luap, temperamen dan sadis. Kejadian tadi menunjukkan betapa Tuan Weston sangat kuat, itu malah membuat Caroline semakin takut dan shock. Caroline tetap diam memikirkan semua hal yang memberatkan pikirannya selama seharian ini, sejak dalam perjalanan tadi gadis itu sangat pendiam, Tuan Weston tak begitu menyadarinya.
"kita sudah sampai." Ucapnya. Caroline tak menanggapi. Lelaki itu memiringkan kepalanya bingung dan berdehem. "Cara."
"oh. Ya." Sedikit menjumbul ketika tangan Tuan Weston terulur menepuk bahunya. Caroline berkedip, refleks menghindar dan baru menyadari bahwa lelaki itu berada di ambang pintu mobil menunggunya keluar.
"kau baik-baik saja?" Tuan Weston bertanya, Caroline langsung turun dan berjalan menjauhinya menuju pintu rumah besar. "apakah aku terlihat baik-baik saja?" nadanya terdengar semakin berani meski jujur saja gadis itu sangat ketakutan berurusan dengan pria sinting ini. Tuan Weston menggedikkan bahu lantas mengekorinya berjalan menuju rumah besar. Kaki kecil gadis itu terus melangkah dengan pongahnya, Tuan Weston memperhatikannya sedikit geli. Caroline kembali beruntung karena malam ini mood pria itu juga sedang tidak buruk. Marco entah dari mana datangnya memotong langkah Tuan Weston dan menyampaikan sebuah informasi penting, tampak serius. Raut wajah Tuan Weston mendadak membatu, kepalanya mendongak pada tubuh kecil Caroline yang berjalan semakin menjauh.
"baiklah, terimakasih Marco." Ia melanjutkan langkahnya, kali ini lebih besar sehingga keduanya mencapai pintu secara bersamaan. Mereka melesak masuk ke dalam ruangan yang sangat luas itu. Sosok wanita bertubuh ramping bangkit dari duduknya ketika mendengar pintu depan terbuka, senyumnya mengembang menyambut dua orang yang baru saja masuk dan bergabung dengannya.
"hai." Keceriaannya terlihat jelas manipulatif, akan tetapi Tuan Weston tak terpengaruh.
"Nona Mariana." Sapa Caroline pada Janice, canggung.
"Cara, naiklah ke tempat tidurmu." Ucap Zayn, Caroline meliriknya sekilas, benarkah yang ia dengar dari mulut Tuan Weston? Perintah untuk meninggalkannya berdua bersama Janice Mariana setelah tawaran aneh yang baru saja pria itu ajukan di kasino?
"oh tidak usah Zayn, biarkan Caroline tetap disini. Barangkali dia ingin bergabung, bukankah begitu Cara?"
"Janice. Jangan memulai. Cara naiklah ke tempat tidurmu."
"Zayn kau sangat tidak sopan. Bukankah Caroline sudah menjadi penghuni rumah ini? biarkan dia bergabung."
Tuan Weston tidak pernah mengalihkan perhatiannya dari Caroline. Ditatapnya gadis itu lekat-lekat agar dia mengerti, situasi seperti ini tidak baik untuknya terutama untuk keputusan yang harus ia ambil mengenai tawaran itu. Tuan Weston tidak ingin Caroline menolaknya. Gadis itu mendongak sebentar bertemu pandang dengannya lantas menggeleng singkat, ia pergi menjauh dan naik ke lantai atas menuju kamarnya. Baru setelah keadaan menjadi tenang, Tuan Weston menembakkan tatapan coklatnya yang dingin ke mata Janice.
"apa yang kau lakukan disini?" tuduhnya melempar tatapan tak berbelas kasih. Janice menghembuskan nafas ringan untuk meredam sedikit saja emosinya. Ia tahu bagaimana menangani Tuan Weston dengan baik, jangan gunakan amarah atau hasilnya akan selalu sama seperti beberapa hari belakangan ini. Duh, semenjak kedatangan Caroline, api amarah seolah selalu menyulutnya. Wajar saja Janice mulai khawatir karena Tuan Weston menjadi seperti bukan dirinya semenjak Caroline hadir di tengah-tengah hubungan kerja sama mereka—menurut pendapatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE
Romance2014 Indonesian - One Direction Fanfiction, adult story. WARNING: [21+] Jadilah pembaca yang bijak, its an adult content, i swear. Caroline Jane Scott terjebak dalam satu kondisi membingungkan. Bersama Zayn Weston, yang terlahir sebagai seorang peng...