Caroline berusaha fokus menuangkan cairan wine ringan ke dalam gelas kaca di hadapannya, Zayn duduk di sampingnya, di atas kursi bar dan menyesap winenya dengan cepat, Ia tak pernah melepaskan tatapannya dari Caroline, dengan tatapan seekor elang yang seakan terus mengawasinya dari berbagai sudut. Masih segar dalam ingatannya mengenai pengusiran Cameron beberapa saat yang lalu. Cameron yang malang, pria itu pasti sedang bertanya-tanya kenapa Zayn Weston ada di apartemen Caroline, karena jika tidak salah lelaki brengsek itu yang sudah mencampuri minuman Caroline dan menyetubuhinya malam itu, otomatis posisi Caroline sekarang berada dalam bahaya. Tapi oh tidak, gadis itu sama sekali tak menunjukkan adanya tanda bahaya dan meminta Cameron untuk menolongnya, jelas Zayn Weston tidak melakukan apapun yang membuatnya khawatir.
Caroline ingin bertanya bagaimana Zayn bisa datang kemari? Oh data pribadi yang disimpan perusahaan, tapi untuk apa ia kemari? Ingin rasanya ia bertanya tapi entah kenapa Caroline sangat gugup. Jantungnya berpacu begitu cepat hingga ia hanya mampu berdoa semoga Tuan Weston tidak mendengar degup jantungnya itu. Tatapan coklat lelehan karamelnya sangat mengintimidasi, jangankan bertanya, bergerak saja Caroline ragu. Entah perasaan apa ini yang membuatnya menjadi aneh. Takut? Bisa saja Caroline sekarang memang ketakutan mengingat kejadian malam itu serta berbagai usaha gigihnya untuk mencari Caroline dimanapun, dan sekarang tiba-tiba pria itu ada di apartemen miliknya saat dirinya sedang mandi? Suatu kebetulan kah? Atau mungkin Caroline tidak sadar bahwa ia ternyata mengagumi sosok CEO tampan di hadapannya ini namun tak berani mengakui karena rasa benci yang terbakar jauh hari sebelum ia berada begitu dekat. Caroline menggelengkan kepala, keparat selamanya akan menjadi keparat, ingat Caroline demi Tuhan seharian di kantor dia sama sekali tidak mendatangimu lantas apa yang kau harapkan? Seharusnya Caroline sadar bahwa bujangan tampan kaya raya seperti Tuan Weston memang sudah biasa mendatangi klub malam dan meniduri banyak pelacur dengan bayaran mahal. Kau sama sekali tidak berarti, hatinya sedikit nyeri, ups... lagipula berarti atau tidak dirinya dimata sang CEO memangnya penting? Usir pikiran itu jauh-jauh, Caroline.
"aku sudah memasang kunci otomatis di pintu apartemenmu." Zayn mendongak dengan santai setelah mengutak atik ponselnya. Ia memasukannya ke saku celana dan duduk elegan seperti semula di sofa kecil yang berada di tengah ruangan, menghadap dapur dimana Caroline sedang berusaha fokus memasak. Tuhan, pria itu terlihat sangat tidak sepadan dengan sofa kusam jelek yang ia duduki tapi ia tampak nyaman-nyaman saja. Ugh.
"Eh—" Caroline hendak menyela namun sadar bahwa Tuan Weston tidak akan mau menerima bantahannya, seperti masalah piyama sebelum menemui Cameron barusan.
"pintumu secara otomatis akan terkunci apabila tertutup, jadi kau aman karena tidak akan bisa dibuka kecuali dari dalam. Oh ya, satu lagi. Aku sudah mengubah password pintumu. Jangan beritahu siapapun jika kau ingin tetap aman." sambung Zayn. Caroline sempat tercengang beberapa saat memikirkan perkataan Tuan Weston. Lelaki itu telah mengubah password pintu apartemennya dan tidak boleh memberitahukan password tersebut pada siapapun termasuk teman wanita terdekatnya, tapi bagaimana dengan dirinya? Bukankah ia mengetahui password itu? itu artinya Caroline selamanya tidak akan pernah aman—pikrnya. Pandangan matanya menatap Zayn penuh tanda tanya dan terkejut ketika ia akhirnya sadar, Zayn tersenyum miring. Ada niat terselubung yang membuat Caroline bergerak tidak nyaman di atas kakinya. Apakah ini ada kaitannya dengan pertemuan mereka yang tidak terduga?
"bagaimana tumisnya?" Pria itu berjalan mendekati Caroline yang membalikkan badan masih tercengang, tangannya mengaduk tumis di atas wajan. "baunya sangat harum," Zayn melongok ke arah masakan melalui bahu Caroline yang bergetar, tangannya menyentuh ringan di pinggang gadis itu yang membuatnya semakin tidak nyaman. "hmmh, sangat harum." Pujinya lagi, siapapun tahu pujian itu bukan dilayangkan untuk sebuah masakan, hidung dan nafasnya menghirup Caroline begitu dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE
Romance2014 Indonesian - One Direction Fanfiction, adult story. WARNING: [21+] Jadilah pembaca yang bijak, its an adult content, i swear. Caroline Jane Scott terjebak dalam satu kondisi membingungkan. Bersama Zayn Weston, yang terlahir sebagai seorang peng...