CHAPTER 11

54K 1.3K 21
                                    

Ada senyum miring yang licik melintas di bibir tipis Zayn, inilah yang ia inginkan sudah sejak lama. Malam ini rasa penasaran gila itu akan segera terjawab kenapa pikirannya selalu terarah pada tubuh mungil Caroline Jane Scott-pelayan klub keluarga yang membuat pikirannya kacau pada malam itu dan kebetulan juga adalah salah satu karyawan di Weston Inc. Zayn memang seorang pria penggemar tubuh wanita, tak terhitung berapa gadis yang sudah ia setubuhi tapi semenjak kehadiran Janice Mariana dengan sekelumit perjanjian saling menguntungkan antar keduanya, Zayn tidak lagi sembarangan memilih gadis untuk partner seksnya-selain untuk menjaga kesehatan juga terutama guna melindungi privasi seorang pengusaha muda terkaya di Amerika. Senyumnya mengembang dan daya tarik primitif yang bersarang dalam tubuhnya semakin meningkat merasakan Caroline menggeliat di bawah sentuhannya. Brengsek! Demi apapun yang ada di dunia ini, gadis ini begitu responsif dan menggoda.

"berbalik." Bisiknya lembut di telinga Caroline, gadis itu mengerjap dan Zayn memutar bahunya ringan memaksa Caroline berbalik. Ada kobaran api di mata Zayn, tatapannya menyapu pada pemandangan indah di depan matanya, sementara itu Caroline terangah-engah dengan kemeja tipis seluruh kancing terbuka, jeans diturunkan sepinggang, nafas pendek-pendek. Damn! Bagaimana bisa seorang gadis membuat Zayn begitu tak dapat menahan diri? Bahkan Caroline belum mengeluarkan jurus merayu seperti yang dilakukan oleh Janice. Zayn menggeram dan langsung memagut bibir mungil yang membuka di hadapannya, direngkuhnya wajah Caroline dan ia nyaris membuatnya terjungkal ke lantai dengan ciumannya yang panas dan mendesak. Tangannya tak dapat berhenti bergerak, mengupas pakaian yang dikenakan Caroline dengan langkah cepat menyisakan bra berenda dan celana dalam hitam. Caroline merasa lumpuh ketika Zayn turun di kakinya dan menghentakkan jeansnya dalam satu tarikan kasar memaksa Caroline melangkah dari jeansnya. Sesaat, Zayn mundur ke belakang memandangi sebuah karya erotis yang sangat panas, sementara itu Caroline merasa rentan di bawah tatapan Zayn Weston sang penguasa. Tatapannya seolah membakar tiap inci kulitnya.

"sangat cantik." Zayn mendesah bangga penuh apresiasi. Caroline menuduk merasakan rona merah menjalar di pipinya seperti tanaman merambat. Zayn kembali mendekat, dan menyentuh dagu Caroline mengangkatnya agar gadis itu mendongak.

"sekarang, bantu lepas pakaianku." Itu perintah terpanas yang pernah ia dapatkan dari siapapun. Sialan. Caroline berkedip lagi, ragu tapi mengikuti perintah sang CEO. Dilepasnya kancing kemeja Zayn dengan tangan gemetar, ia tidak tahu jika pekerjaan membuka pakaian seseorang menjadi satu hal yang mendebarkan, kemejanya meluncur melalui bahunya yang lebar. Terpampanglah wujud remaja nakal dengan ukiran tato yang tersembunyi dibalik kemeja dan setelan jas pengusaha muda terkaya. Zayn Weston tanpa pakaian adalah sosok lain dari Zayn Weston sang pemilik perusahaan besar. Mereka adalah pribadi yang berbeda. Mata coklatnya melebar penuh gairah melihat Caroline terdiam mengagumi tubuhnya. "jeans." Bisiknya parau. Masih ragu, Caroline meraih ban pinggang celana jeansnya yang menggantung di pinggang ramping bos besar-yang sekarang bergairah, amat sangat menginginkan. Jemarinya gemetar dan nafas Zayn berhembus berkali lipat lebih cepat bebarengan dengan suara geraman tertahan.

"Brengsek!" dengan gerakan tidak sabar, Zayn menyingkirkan tangan Caroline di pinggangnya dan mendorong gadis itu ke tempat tidur, permukaannya menyembul saat gadis itu terjatuh disana-terkejut. Mata pria itu berkobar dialiri nafsu yang tak bisa lagi ditahan, diturunkannya celana dalam hitam milik Caroline dengan sekali sentakan keras, tersenyum lagi ia merogoh saku jeansnya dan merobek bungkus kondom dengan giginya namun begitu tatapannya tidak pernah meninggalkan Caroline walau sedetik. Zayn turun dari tempat tidur dan membuka resleting jeansnya-anggun namun berbahaya-seperti seekor cheetah mengincar buruan. Kejantanannya menyumbul siap beraksi dan ia menggulung kondom sambil menjilat bibirnya menggoda, Caroline meneguk ludah susah payah. Zayn naik kembali ke tempat tidur, memisahkan lutut Caroline terpisah dan memposisikan kejantananya di pintu masuk yang menjadi favoritnya, tatapan matanya membakar Caroline yang terbaring rentan dibawah belas kasihannya.

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang