Author's Point Of View
Cara –sapaan akrab gadis bertubuh mungil bernama Caroline— gemetar, rasa kebasnya masih terasa hingga sekarang. Ia membasuh wajahnya dengan air dingin di toilet wanita, pertemuan singkatnya dengan Tuan Weston tadi berhasil membuat jantungnya nyaris copot. Lima belas menit, hanya lima belas menit Ia berada dalam satu ruangan dengan lelaki itu meski tidak sepenuhnya berdua karena ada Harriot dan Reign yang juga berada di sana. Anehnya Caroline langsung bisa merasakan aura panas dari Weston yang seolah-olah ingin menelannya hidup-hidup, mata pria itu tak pernah lepas darinya, lirikannya seperti seekor singa yang dengan anggun namun berbahaya memperhatikan rusa buruannya hanya untuk menerkam sewaktu-waktu.
Pria itu memiliki aura yang aneh, seperti hidangan mewah menggiurkan namun setelah dinikmati, kau akan mati. Jika kau dihidupkan kembali, kau akan tetap memilih untuk menikmati hidangan itu. Kombinasi yang membahayakan. Caroline berani bersumpah, hanya dengan tatapan mata itu, siapapun akan takluk dan berlutut di hadapannya.
Tuan Weston memiliki magis tersendiri untuk menyihir lawan jenisnya. Itu adalah sesuatu yang dapat Caroline simpulkan dalam kali kedua pertemuannya dengan Mr. Dangerous-Weston.
Caroline sangat bersyukur ketika pertemuan singkat itu berakhir dan sesegera mungkin berlari mencari toilet. Demi Tuhan dia adalah pria brengsek itu, Tuan Westonlah pria yang membeli harga dirinya. Tapi benarkah dia adalah pria itu? pria yang sama yang menaklukkannya tanpa henti untuk memuaskan hasrat bercinta yang seolah-olah tak pernah redup? Caroline masih bisa mengingat desah napas pria itu, dan juga geraman kejamnya ketika pria itu menghujam dirinya dalam-dalam. Ya Tuhan. Dunia ini begitu sempit. Terdengar ketukan di pintu toilet dan Caroline menjumbul waspada. Ia bergegas mencipratkan air ke wajahnya, Ia lantas menggeleng untuk mengusir pikirannya. Ia mungkin tak mengingat banyak detail kejadian malam itu, tapi Ia bisa merasakannya. Tangannya yang ahli, dan... sialan Cara, bisakah kau berpikir jernih?
"kenapa lama sekali? aku ingin bicara denganmu." Caroline menghembuskan napas lega mendengar suara Harriot, entah kenapa pikirannya selalu tertuju pada kejadian malam itu. Zayn atau Weston adalah pemilik perusahaan luar biasa besar ini ini, sosok pria berbahaya yang karismanya selalu dieluh-eluhkan seluruh wanita di negara ini. Caroline bertanya-tanya, apakah ini keputusan yang tepat untuknya meneruskan pekerjaan di sini? Kemudian Ia mulai menghubungkannya dengan kematian pegawai lama itu. Oh tidak, tidak. Agaknya terlalu berlebihan.
"lima menit, aku akan ke ruanganmu segera." Jawab Caroline sembari membuka kran dan menatap bayangannya di cermin. Hening, tak terdengar jawaban apapun dari Harriot. "kau baik-baik saja—kan, Cara?" tanyanya mulai sedikit khawatir, walau bagaimanapun Harriot adalah satu-satunya teman terdekat Caroline.
"hanya sedikir pusing, mungkin karena gugup. Kau tahu lah... pengalaman pertamaku bertemu langsung dengan CEO untuk sebuah pekerjaan." Caroline berbohong dengan tatapan ragu pada refleksi dirinya di cermin, tidak sepenuhnya percaya dengan ucapan kebohongan yang mengalir lembut dari kedua belah bibirnya, gadis itu memejamkan mata. Zayn. Ya Tuhan... Ia masih belum percaya. Harriot masih tak berbicara, Caroline benar, ini memang pengalaman pertamanya. Seharusnya pertemuan ini tidak mendadak. Seharusnya masih ada waktu dua bulan lagi. Seharusnya... seharusnya, selalu ada seharusnya. Kasihan Cara –renung Harriot. Harriot berdehem.
"Aku percaya kau pasti bisa melalui ini semua, Cara." Caroline pikir Harriot sudah berlalu namun nyatanya suara gadis itu masih terdengar dari balik pintu.
"terimakasih, Harriot." jawabnya. Gadis berdarah inggris itu pasti sangat mengkhawatirkannya sekarang.
"ruanganku, ya?" tanyanya lagi. Caroline menjawab penuh semangat agar Harriot puas dan meninggalkannya tanpa khawatir Caroline tidak akan menepati janji untuk datang ke ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE
Romance2014 Indonesian - One Direction Fanfiction, adult story. WARNING: [21+] Jadilah pembaca yang bijak, its an adult content, i swear. Caroline Jane Scott terjebak dalam satu kondisi membingungkan. Bersama Zayn Weston, yang terlahir sebagai seorang peng...