29

795 83 83
                                    

*Kenma POV.

Jika aku tak salah hitung, ini yang ketiga kalinya aku hampir kehilangan Shoyo.

Pertama saat dia main ke rumahku ketika kami masih SMA.

Kedua saat dia hampir keguguran beberapa bulan yang lalu.

Dan sekarang, dia benar-benar hampir kehilangan nyawa.

Jika saat itu aku terlambat semenit saja, yang terburuk pasti telah terjadi.

Aku ingat bagaimana tubuh Shoyo ambruk karena hantaman demi hantaman yang diberikan Oikawa. Tubuhnya bergelimang darah dan penuh luka dimana-mana. Bahkan hingga saat terakhir dia masih memeluk erat perutnya.

Melindungi sang buah hati.

Setelah meninggalkan kapal, aku dan Miya bersaudara masuk duluan ke kapal Oikawa. Membersihkan hama di atas kapal dan mencari tempat Shoyo disekap.

Hanya bertiga, kami berhasil mengalahkan puluhan tentara bayaran milik si bangsat itu. Namun ketika menemukan tempat Shoyo, kami terlambat.

Shoyo sudah tumbang dan Oikawa mengarahkan pistol ke kepalanya.

"Wah, wah, wah. Ternyata anak manja sepertimu bisa menemukan ku juga, ya?" Ujar Oikawa sambil menudingkan pistol pada Shoyo yang terbaring di lantai.

"Menyerahlah, bangsat! Kau sudah terkepung," geram ku.

"Ung? Menyerah? Maksudmu, begini?"

Dor!

Oikawa menembakkan peluru yang bersarang dua senti dari kepala Shoyo. Tembakan mulus yang tidak menghancurkan sekitarnya. Melubangi lantai kapal dengan sangat rapi. Tak terbayangkan bagaimana itu akan menembus kepala Shoyo.

"Ups," ucap Oikawa sambil tersenyum manis, menutup mulut, tertawa geli.

"Sial!" Aku tidak bisa bergerak maju. Orang sinting ini tidak main-main. Dia bahkan tidak sayang membunuh Shoyo jika aku salah langkah.

"Hebat juga kau bisa kemari. Apa kau lagi-lagi mengadu pada kakakmu yang serba bisa itu?"

"Bukan urusanmu!"

Aku masih harus meladeni si bangsat ini hingga sinyal dari Miya muncul. Hanya aku sendiri yang menghadapi Oikawa karena Miya bersaudara sedang menyiapkan rute kabur di tempat lain.

Tersisa satu senjata.

Kerambit pemberian Tenma-nii tadi masih terselip di pinggang. Pistol di tanganku sudah tidak memiliki amunisi lagi. Aku membawa ini hanya untuk menggertak Oikawa. Jika sempat dia menyadarinya, selesai sudah.

"Beres!"

Ah, ini dia sinyal yang aku tunggu.

"Tiga."

Hitungan mundur telah dimulai.

Dengan sedikit menunduk, aku berlari ke arah Oikawa. Berlari zig-zag dengan harapan tembakan Oikawa meleset. Namun aku salah, Oikawa menjadi agen di usia muda bukan candaan. Tidak peduli bagaimana aku menghindar, dua peluru telah bersarang di tubuhku.

Paha kiri dan lengan kanan.

Sial. Awalnya tidak begitu sakit. Namun ketika darah mulai mengucur, kegelisahan dan kepanikan mulai menyerang ku. Pahaku mati rasa, lenganku juga. Tapi aku hanya punya dua detik.

"Bodoh! Kau mau mati!?"

Dor.
Dor.

Dua tembakan lagi. Satu meleset dan satunya hanya mengiris perut kiri ku.

I Need You [Kenma X Hinata](END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang