Air mata bahagia

1.7K 290 51
                                    

Halo... berhubung Lebaran 1443 H 12 hari lagi, buthor agak ngebut garap ini ya, takut gak keburu selesai karena mau masak hahaha... (gaya banget sumpah) dan ada judul baru yang mau naik, seperti biasa, banyak waiting list, tapi tetap mana yang moodnya bagus, itu yang buthor munculkan.

________

Sudah empat hari, pengantin baru itu berada di rumah sakit. Dan benar, Amira terpaksa harua keluar dari pekerjaannya karena terikat kontrak jika ia tak boleh menikah dulu sebelum masa kontrak habis enam bulan lagi. Ia juga terpaksa tak digaji bulan itu karena dianggap menyalahi kontrak kerja. Tak masalah bagi Madhan, ia memang siap menafkahi istrinya.

"Mas Madhan, tadi dokter bilang, lusa kamu boleh pulang, kita mau ke rumah Bunda atau ke rumah... sendiri?" Mira masih malu-malu. Hal itu membuat Madhan yang menyandarkan kepala pada ranjang, tersenyum mengagumi cantiknya Amira.

"Ke rumah kita aja. Kak Asya sama Mas Iksan, udah bantu awasi yang kerja beresin rumah sama pasang AC di kamar. Tinggal pagar aja yang masih ayah pesan." Madhan masih menatap. "Mira, sini," panggilnya lembut. Mira mendekat, duduk di tepi ranjang sambil terus menatap suaminya.

"Maaf ya, kita nikah tapi kamu malah urusin aku sakit. Bukannya kita--" ucapan Madhan terhenti. Mira tersenyum.

"Pikiran kamu ke mana-mana, udah, deh, Mas, sembuh dulu. Nggak enak juga sama orang kantor kalau kamu kelamaan recoverynya." Mira tersenyum.

"Emang kamu nggak ma-- aduh... duh... kok aku dicubit," keluh Madhan mengusap lengannya.

"Lagian kamu bahas hal itu terus, malu aku, Mas ...."

Madhan tertawa karena wajah Mira merah merona. "Ngapain masih malu, dari kemarin kamu juga udah, seka badan aku, kan, kamu--"

"Mas Madhan!" geram Mira sambil menutup wajahnya. Madhan tertawa terbahak-bahak. Keduanya memang seperti sepasang kekasih yang mulai kasmaran tapi, karena ini sudah menikah, jadi bisa melakukan hal lain walau belum sampai buka gawang.

Mereka saling terbuka, Madhan mulai tau jika Mira tak sependiam biasanya, justru cukup bawel dan begitu telaten mengurusnya. Lalu Mira, ia juga tau jika Madhan suka bercanda dan jail. Membuat dirinya kesal namun kemudian bersikap manis kepada istrinya.

"Mira ...." panggilnya.

"Hm?" jawab Mira sambil merapikan rambut Madhan.

"Sedih juga, ya, kemarin kita nggak hadir diresepsi Kak Asya," desah Madhan.

"Kata kamu nggak masalah," balas Mira.

"Iya, sih... tapi tetap aja, agak sedih rasanya. Eh, iya, apa kita bikin sesi foto keluarga, ya?" kedua mata Madhan membulat sempurna.

"Iya, boleh kayak gitu. Aku pribadi nggak pernah punya foto keluarga lengkap. Bahkan foto mendiang Bapak dan Ibu juga nggak ada. Ini jadi pengalaman pertama aku foto keluarga yang ada orang tua, juga... suami," cengirnya. Madhan menjadi sendu, ia mengusap wajah istrinya lembut.

"Kamu akan bahagia, aku janji. Akan merasakan keluarga yang utuh dan baik, saling sayang juga menjaga. Aku janji, Mira."

"Insyaa allah, Mas, jangan pernah janji, manusia nggak tau apa bisa menepati atau nggak. Cukup niat dalam hati."

Ramadhan datang, Ramadhan pulang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang