Aldrian menyandarkan punggungnya di sandaran kursi yang terdapat dalam ruangan kecil di kedainya. Ruangan yang hanya berukuran 3x3 meter itu ia gunakan sebagai kantor. Dari sana ia bisa mengamati aktivitas karyawan dan tamu kedainya karena pintu dan sebagian dindingnya terbuat dari kaca riben. Tampak dari dalam namun gelap dari luar.
Kedainya sudah tidak begitu ramai saat ini makanya ia bisa duduk bersandar di kantor. Biasanya ia ikut melayani tamu saat ramai. Karyawannya hanya dua orang. Satu sebagai koki dan satunya sebagai kasir sekaligus pelayan. Jadi kadang dia sendiri ikut turun tangan.
Kedainya baru berdiri dua tahun. Sebelumnya hanya berupa warung tenda yang menjual mie ayam bakso. Namun karena terlalu mainstream ia mencoba menjual berbagai jenis olahan mie dan bakso organik. Bahan yang digunakan adalah sayuran organik. Ayamnya pun ayam kampung. Sedangkan mie nya ia memesan sendiri ke pembuat mie kenalannya. Mie nya diberi campuran sayuran sehingga berwarna. Inovasi ini baru pertama di area itu, ditambah rasa yang menggoyang lidah dan harga yang terjangkau semua kalangan, warungnya menjadi favorit banyak orang. Akhirnya dia memberanikan diri menyewa sebuah lahan dan membangun kedai di sana. Tidak terlalu luas karena modalnya juga belum banyak. Tapi ia bersyukur dengan apa yang diraihnya sampai saat ini setelah ia merasakan jungkir balik dunia bisnis.
Keadaan sepertinya mulai membaik, setelah ia berhasil merangkak mengembangkan bisnisnya, lamarannya untuk menjadi dosen diterima. Kemudian dia merekrut dua orang karyawan untuk membantunya.
"Pemisi Pak." Seorang karyawan mengetuk pintu ruangannya, membuat Aldrian tersadar dari lamunan. "Ada beberapa orang datang, mereka mengaku sebagai mahasiswa anda. Mereka ingin bertemu anda."
Aldrian mengangguk kemudian keluar menemui kumpulan mahasiswa yang dimaksud. Ada sekitar sepuluh orang mahasiswa yang duduk mengelilingi dua meja. Mereka mahasiswa di kelas Khansa. Ada Thomas yang bisa langsung dikenali karena kehebohannya. Namun ia tak melihat Khansa. Sepertinya Khansa sedang bekerja di toko buku Bu Rafika.
"Selamat sore Pak Aldrian..." Sapa salah satu dari mereka begitu melihat Aldrian berjalan mendekat, dan diikuti oleh lainnya.
"Selamat sore. Kalian baru pulang?" Tanya Aldrian berbasa-basi.
"Iya, Pak. Kami ingat tempat ini dan memutuskan singgah di sini. Kalau boleh kami ingin belajar bisnie juga dari anda. Bagaimana bisa sesukses ini." Thomas berbicara pertama. Aldrian tersenyum. Ia menarik kursi dan duduk di antara mereka. Dia sama sekali tak keberatan jika ada yang bertanya rahasia suksesnya. Ia pikir kesuksesannya layak dibagi dengan orang lain. Ia juga senang jika ada mahasiswa yang tertarik dengan bisnis. Artinya ada potensi bagi mereka untuk membuka lapangan pekerjaan.
Setengah jam Aldrian menemani mahasiswanya makan dan bertukar pengalaman. Bertepatan dengan kepergian mereka, datang seorang wanita bertubuh proporsional berambut bergelombang sebahu. Ia tersenyum lembut saat melihat Aldrian. Aldrian balas tersenyum dan mempersilakannya duduk. Kemudian tanpa diminta, Aldrian menyuruh salah satu karyawannya untuk membuatkan segelas jus jeruk dan semangkuk mie brokoli untuk wanita itu. Karyawannya tak protes juga tak penasaran.
Wanita itu adalah pacar boss mereka. Mungkin belum sampai pacaran sih, tapi boss mereka sepertinya sangat menyukai wanita itu. Tapi siapa pula yang tak suka dengan wanita cantik, lembut dan penuh pengertian seperti dia. Bahkan kalau tidak ingat pada bossnya, kedua karyawan yang merupakan laki-laki lajang itu sempat mencuri pandang pada wanita itu jika dia berkunjung.
Wanita itu bernama Luna. Teman Aldrian saat SMA dulu dan sampai sekarang mereka masih berhubungan baik. Luna adalah seorang model. Jadi wajar jika penampilannya sangat memesona.
"Kamu dari mana?" Tanya Aldrian seraya menyodorkan segelas jus jeruk ke depan Luna.
"Dari rumah. Aku sedang tidak ada jadwal hari ini makanya aku memutuskan untuk jalan-jalan. Sangat membosankan di rumah sendirian." Jawab Luna seraya menyeruput jus jeruknya. "Bagaimana kedai? Ramai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Tapi Pura-Pura
General FictionTerkadang cinta tak bisa disadari karena ia tak bisa disentuh, dilihat maupun didengar. Dia hanya bisa dirasakan walaupun halus sekali getarannya. (Khansa Avicenna) ### Khansa terkejut saat tiba-tiba seorang laki-laki tak dikenal mengaku sebagai sua...