Matahari awal musim penghujan malu-malu menampakkan wajahnya. Dia bersembunyi di balik awan kelabu yang menggantung hampir di seluruh lapisan langit. Sisa-sisa hujan semalam masih tampak menggenang di bumi. Namun tampaknya langit masih ingin menumpahkan airnya.
Beberapa orang yang berlalu lalang sudah siap sedia dengan payung di tangan. Yang bermotor juga siap mengenakan mantol. Sepertinya akan deras. Khansa menunggu Rani di depan gedung FKIP kampusnya. Dia sendirian. Rencananya mereka akan bertemu kawan-kawan lain membahas laporan KKN di perpustakaan.
"Khansa?" Panggilan dari Fachri yang tiba-tiba muncul membuat Khansa terkejut. "Eh, ngagetin ya? Nungguin siapa?"
"Rani. Dia masih ngumpulin tugas ke ruang dosen."
"Sepertinya akan hujan." Ucap Fachri. Dia berdiri di samping Khansa, ikut memandang langit kelabu.
"Iya. Musim hujan telah datang. Untungnya KKN kita sudah selesai. Aku ngga bisa bayangin gimana jalanan di sana saat hujan. Akses jalannya pasti sangat sulit."
"Iya. Emm, Sa. Aku boleh bertanya hal pribadi? Tapi kalau kamu tak mau jawab, ya tak usah dijawab?"
Khansa sedikit heran dengan sikap Fachri yang agak formal. Tapi ia tak berani menatapnya dan hanya melirik sekilas. Ia mengangguk sebagai jawaban pertanyaan Fachri.
"Kamu pernah jatuh cinta?" Untuk sesaat pertanyaan aneh itu membuat Khansa terdiam. Dia menatap lurus ke depan namun tentu saja pikirannya entah kemana. Melihat respon Khansa, Fachri buru-buru menambahkan, "Kalau pertanyaan itu lancang dan kamu ngga mau jawab, tidak usah dijawab. Aku hanya penasaran saja."
"Kenapa? Maksudku kenapa kamu tanya begitu?" Tanpa diduga, Khansa tersenyum walau tak memandang ke arah lawan bicaranya. Fachri menghela napas lega. Ia pikir Khansa tersinggung.
"Yah, aku penasaran saja. Orang-orang sepertimu ini apa jatuh cinta juga atau tidak. Kalian kan tidak pacaran."
"Kalau kujawab tidak pernah, nanti dipikir aku ngga normal ya kan? Hehehe... Pernah."
"Oh, iya? Kapan?" Fachri semakin tertarik.
"Emm, dulu sewaktu SMA."
"Sama siapa?"
"Kok pengen tahu banget sih?"
"Yah, penasaran aja."
"Sama....kakak kelas." Jawab Khansa. Dia tidak menampakkan wajah tersipu. Dia hanya sedikit malu. Mungkinkah perasaannya itu hanya sebentar saja? Hanya cinta monyet yang sejenak kemudian lupa? Fachri merasa ada sedikit celah untuk ia masuki.
"Tapi cuma sekedar suka saja kok. Ngga lebih." Khansa buru-buru meralat ucapannya sebelum terjadi kesalahpahaman.
"Sekarang?"
"Ngga. Ngga dibolehin sama bapak." Aslinya memang ngga dibolehin tapi alasannya berbeda. Karena sekarang dia istri orang.
"Kalau sudah lulus, boleh?"
"Entahlah. Mungkin sudah dijodohin oleh bapak." Khansa mencoba berkelakar. Ia tak nyaman membahas itu bersama lelaki lain. Ia merasa Fachri sedang menyudutkannya.
"Khansa?!" Kemunculan Rani yang tiba-tiba membuat Khansa diam-diam menghembuskan napas lega. Akhirnya ada pihak ketiga untuk menghindari fitnah. "Kamu tahu tidak? Pacarnya Pak Al datang. Dia di ruang dosen sekarang. Wah...dia cantik banget. Kehadirannya langsung jadi pusat perhatian. Tuh, para cowok matanya langsung ijo lihat yang bening."
"Kamu ngga ikutan, Ri?" Tanya Rani pada Fachri yang tak merespon.
"Hehehehe...aku tak tertarik dengan wanita yang lebih dewasa dariku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Tapi Pura-Pura
General FictionTerkadang cinta tak bisa disadari karena ia tak bisa disentuh, dilihat maupun didengar. Dia hanya bisa dirasakan walaupun halus sekali getarannya. (Khansa Avicenna) ### Khansa terkejut saat tiba-tiba seorang laki-laki tak dikenal mengaku sebagai sua...