10

55 4 0
                                    

Khansa tiba di rumah sakit bertepatan dengan adzan maghrib berkumandang. Ia mengajak Zaky untuk sholat maghrib di mushola terlebih dahulu sebelum menemui keluarganya. Usai sholat, baru mereka menuju ruang IGD tempat Bu Lathifah dirawat.

Di luar, ia bertemu dengan Pak Darmawan, Bu Rafika dan Aldrian. Mereka menunggu dengan cemas.

"Assalamu'alaikum." Sapa Khansa dan Zaky secara bersamaan. Ketiga orang itu menoleh dan menjawab salamnya.

"Bagaimana kondisi Bu Lathifah?" Tanya Khansa tanpa menyembunyikan kekhawatiran.

"Dokter masih memeriksanya." Jawab Bu Rafika. Ia segera menghampiri Khansa dan mengajaknya duduk. Tangannya menggenggam erat tangan Khansa hingga gadis itu merasakan kekalutan dalam diri Bossnya.

"Maafkan karena telah merepotkanmu, kami terpaksa meminta Zaky menjemputmu karena di perjalanan, istriku sempat memanggil namamu."

"Sama sekali tidak merepotkan, Pak. Saya akan senang jika kehadiran saya bisa membantu kesembuhan Bu Lathifah." Sahut Khansa.

Sementara itu, Aldrian hanya duduk diam di kursi depan Khansa. Ia sama sekali tak menanyai Khansa. Untungnya Khansa bukan orang yang terlalu sensitif sehingga ia tak peduli jika keberadaannya diabaikan oleh Aldrian.

Selang seperempat jam mereka menunggu, dokter yang menangani Bu Lathifah keluar ruangan.

"Bu Lathifah sudah sadar. Dia tadi menyebut nama Khansa. Jika ada yang bernama Khansa, bisa menemuinya di dalam." Ucap dokter, "Pak Darmawan, bisa bicara di ruangan saya?"

Pak Darmawan mengangguk dan mengekor langkah sang Dokter menuju ruangannya. Sedangkan Khansa menatap ragu Bu Rafika dan kedua anak Bu Lathifah. Bu Rafika mengangguk.

"Tak apa. Rian, bisakah kamu menemani Khansa ke dalam?" Pinta Bu Rafika. Aldrian tak berkata-kata. Ia hanya mengangguk. Entah firasat Khansa saja atau memang benar, tapi ada perasaan bersalah tergambar di wajah Aldrian. Sedari tadi dia diam sambil menunduk. Sesekali menatap pintu ruang IGD dengan tatapan hampa. Dalam hati Khansa bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi? Jika sesuai dengan cerita Zaky, apa yang mereka bicarakan sebelum Bu Lathifah terjatuh?

Kedua orang itu beriringan masuk ke bilik Bu Lathifah. Kedua netra Bu Lathifah tertutup rapat membuat Khansa menggigit bibir bawahnya agar tidak terisak. Entah kenapa, melihat Bu Lathifah tergolek lemah di ranjang rumah sakit membuatnya ikut sakit. Air matanya sudah mengambang di pelupuk mata. Ia menyekanya sebentar sebelum bertatapan dengan Bu Lathifah.

"Ibu, ini Rian. Rian datang bersama Khansa." Bisik Aldrian dengan lembut di telinga ibunya. Bulu mata ibunya tampak bergerak-gerak. Perlahan kelopaknya terbuka. Tatapannya lemah dan sayu namun sudut bibir kanannya tertarik tipis membentuk senyuman.

"Khan....sa." desis Bu lathifah lemah. Suaranya terdengar berat jauh di dalam. Ada yang berbeda dengan wajah cantik Bu Lathifah. Wajahnya sedikit tertarik ke kanan menyebabkan gerakan bibirnya tidak jelas. Khansa nyaris menangis jika saja ia ingat bahwa tujuannya kemari adalah untuk menguatkan Bu Lathifah.

"Iya, Bu. Ini Khansa." Ucap Khansa lirih dengan senyum tulus. Ia bergerak maju ke sisi kanan ranjang. Ia lalu meraih telapak tangan Bu Lathifah yang dingin. Menggenggamnya untuk memberi kehangatan dan dukungan. "Ibu cepat sembuh ya..."

Tak banyak yang diucapkan Bu Lathifah. Ia hanya mendengarkan Khansa yang bercerita tentang apa yang ia alami sepulangnya dari rumah tadi. Juga tentang Zaky yang tiba-tiba menjemputnya hingga menimbulkan kecurigaan dari teman sekosnya. Termasuk dirinya karena ia tak pernah sekalipun menerima tamu laki-laki. Juga tentang dirinya yang berbohong pada temannya mengenai status Zaky yang ia sebut sebagai sepupu karena tak mau temannya berpikir macam-macam.

Menikah Tapi Pura-PuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang