[CERPEN] TAK DAPAT DIULANG

0 0 0
                                    

Waktu adalah emas lantas kenapa kita membuang-buang emas?

“Ayah… Harusnya, Gea dengerin Ayah” Seorang perempuan 20 tahunan menangis memeluk batu nisan yang bertulis
Sutejo Hardirejo
Bin
Hardirejo Sudiono
Gea salah…
“TIDAK AYAH! AKU MAU MASUK UNIVERSITAS YANG AKU PILIH!!!” bentak Gea mengetahui Ayahnya tidak akan membiayai ia masuk Universitas yang ia pilih “Ayah tidak akan membiayai, Kan kamu tahu disana Ospeknya ketat! Kamu mau meninggal di sana?” tanya Sang Ayah “Yaudah Gea cari sendiri uang! Sejak Ibu gak ada, Ayah berubah!” sergah Gea langsung bergegas pergi dan Ayah hanya bisa geleng-geleng
Gea mengelap peluh sehabis kerja “Capek ya?” tanya Sang Ayah “Iya!” jawab Gea dengan nada tak senang “Makan malam sudah Ayah siapkan, makan lah sendiri Ayah sudah makan” ucap Ayah walaupun sifatnya dingin dan kaku seperti kanebo kering ia tetap perhatian dengan Gea.
Gea mandi dan bersiap makan. Ia makan dengan hening ia hanya terdiam
Sejak kematian Ibunya 10 tahun lalu akibat kecelakaan lalu lintas yang parah, Ayah nya jadi sering marah dan terlihat kikuk jika bertemu Gea, keluarga yang awalnya harmonis dan hangat harus terpecah karena hilang nya satu anggota keluarga mereka
Gea duduk di meja belajar mempersiapkan ujian tes masuk besok, Gea begitu mengantuk, jam dinding menunjuk pukul 00.01 malam, Gea tertidur di meja belajarnya. Sang Ayah yang masuk untuk mengecek keadaan anak semata wayangnya melihat Gea tertidur pulas, Jadi, ia memindahkan Gea ke kasur nya dan mengecup pelan keningnya
Gea terbangun di kasur sekarang jam 06.00 pagi, ujian akan dimulai jam 10.00, Gea mandi dan melakukan aktifitas pagi nya skincare, mandi dan lain-lain. Gea turun dan melihat Ayah sedang makan roti bakar dengan diam sambil menatap foto Ibu yang terpajang di dinding tepat di hadapan Ayah. Seperti yang sudah-sudah mereka kikuk dan kaku seperti dua orang asing dalam satu rumah, Gea hanya mengambil roti lalu cepat memakannya dan minum susu lalu bergegas pergi seolah menghindar dari Sang Ayah “Ranti, aku hanya menjalankan amanah mu” isak Sang Ayah kepada foto Almarhum Istri yang paling ia cinta, separuh jiwa dan raganya
Gea sampai di kampus jam 09.59, dan ia datang tepat waktu ke dalam ruang ujian.
Ujian terlaksana dengan lancar “Baik, peserta yang lolos masuk Universitas Jaya Bangsa akan di umumkan besok!” terang seorang dosen perempuan berumur sekitar 40 tahunan
Gea melepas sepatunya, ia menatap jam dinding sudah jam 10 malam… sehabis ujian tes tadi ia langsung bekerja sebagai kasir di salah satu supermarket. Tidak ada makanan, lagipula Gea tidak lapar ia sudah makan nasi bungkus tadi. Gea tak mandi ia sungguh lelah jadi ia hanya mengganti baju dengan piyama lalu tidur
Ughh! Jam berapa ini? Gea sungguh terusik dengan bunyi berisik di depan rumahnya “Berisik banget! Baru jam 05.30!” gerutu Gea ia mengintip dari hordeng tampak segerombol Ibu-ibu komplek yang marah-marah, Gea bergegas turun karena penasaran. “Pak! Anak bapak itu sudah mencemari nama baik komplek kita!” sahut satu ibu-ibu berbaju hijau terang “Iya! Dia main di club malam kan?! Pulang kok malam sekali!” tambah ibu-ibu memakai baju ungu muda “Tidak Ibu-ibu, dia bekerja jadi kasir saya yang suruh! Biar dia mandiri kalau nanti saya meninggal!” Setelah kericuhan pagi itu bisa diberhentikan, Gea pura-pura tidak tahu dan masuk kamar mandi, “Ibu-ibu tadi kenapa yah? Kok berisik banget?” tanya Gea “Mereka kira kamu kerja tuh di club malam soalnya sering banget pulang malam mana maksa masuk kalau portal ditutup jadi mereka demo deh” jelas Ayah hanya obrolan singkat.
Gea mendekati kerumunan padat di madding kampus itu demi mengetahui mereka lolos masuk kampus bergengsi ini atau tidak. Gea menyalip dan mencari namanya
Geandra Sasa Hardirejo LOLOS
Gea melompat-lompat gembira mengetahui ia lolos ke Universitas impiannya
Gea mencari suatu makam lalu duduk disana sudah lama ia tidak kesana terakhir kali lebaran tahun lalu, Gea mengusap makam yang sudah berdebu itu
“Ibu… aku lolos, doain ya.. apa yang Ayah bilang gak terjadi, Gea kangenn banget sama Ibu kalau dulu andai aja kejadian itu tak terjadi pasti kita masih bareng-bareng” isak Gea mengingat peristiwa 10 tahun lalu
Gea kecil tampak tertidur di jok belakang dengan sabuk pengaman menempel perjalanan dari rumah Oma sangat jauh sekali, “Ranti mau nanti Gea jadi mandiri bisa menentukan hidupnya sendiri, aku takut gak bakal bisa jaga dia sampai dewasa… kamu harus bisa mendidiknya ajarkan dia agama dan mandiri sendiri, terutama penyakit kanker paru-paru kamu yang makin menyebar” jelas Ibu dengan raut serius “Kita bicarain ini nanti ya” tolak Ayah melihat kondisi Gea yang lelap bisa-bisa nanti Gea terbangun, karena mengobrol Ayah jadi tidak fokus ia tidak melihat truk besar di hadapannya “MASSS AWAS!” teriak Ibu dan terjadi tabrakan hebat, bagian depan mobil ringsek parah sementara bagian dimana Gea tertidur masih aman, hari itu Ayah harus kehilangan orang yang paling ia cintai, Ibu meninggal dengan luka yang serius dan inilah kenyataan
Seperti biasa saja, anak dan ayah itu kaku seperti orang asing yang menolak kenal.
“Ayah mau pergi hari ini, jaga rumah baik-baik” Ayah memakai sepatu dan mantel kesayangannya ia berbicara pada Gea yang sedang libur bekerja dan sedang membaca novel “Hmm” jawab Gea seadanya, Ayah pun meninggalkan rumah.
1 jam kemudian
Telepon rumah berbunyi “Halo? Iya saya Gea.. Hah kenapa dengan Ayah saya?” Gea gemetar dan secepat kilat ia pergi
Tubuh Gea gemetar hebat mendapat jasad kaku di hadapannya tangisannya meledak seketika “Ayahhh… kenapa Ayah meninggalkan Gea sendiri, hikssss.. Ayah..” isak Gea sendu
Pemakaman berjalan lancar, Ayah di makamkan tepat di samping makam Ibu, belahan jiwa nya. Namun, Gea bahagia Ayahnya dapat berkumpul lagi dengan Ibu nya
“Iya, Bapak Tejo sudah lama mengidap Kanker Paru-paru ini sudah 11 tahun lamanya namun dia hanya bertahan 11 tahun” jelas Dokter memberikan hasil lab ke Gea, Gea menyesal sekarang ia terlalu tertutup dan cuek ke Ayah padahal Ayah hanya mendidiknya menjadi anak yang mandiri. Namun waktu tak dapat diputar maupun diulang lagi. Nasi sudah jadi bubur, Gea tak perlu larut dalam kesedihan karena sama saja ia menyalahkan Tuhan.
Gea tersenyum, ia berdiri dari makam Ayah nya lalu meninggalkan makam orang tuanya.

Hargai waktu  yang tidak mungkin bisa diulang, hargai setiap momen yang bisa saja tidak dapat kamu ulang maupun kembali lagi.

🦋 Nama: Inayatul Fadhliyah M
🦋 Komunitas: Sahabat Literasi Reborn
🦋 Peserta event

KUMPULAN CERPEN DAN CERMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang