Aku terduduk termenung di ruangan bernuansa putih. Sejujur nya bosan berada di ruangan ini. Namun sayang nya kekurangan ku membutuhkan nya, benci akan diri ini namun juga bersyukur selamat dari insiden mengenaskan itu. Kursi roda berdenyit keras kala bergerak ke arah meja. Aku sangat benci akan mendengar suara seberisik ini namun, alat ini lah yang bisa membuat ku bisa bergerak kesasana kemari. Mengambil apa yang ada di atas meja.
"Insiden mengenaskan kan kecelakaan besar kereta api Arya Sewalla pada tahun 1985 menewaskan banyak korban"
Mengapa ada koran-koran yang sudah usang ini disini, sampah ini seharus nya di buang.
Tangan ku bergetar, mengarahkan kursi roda ku ke tempat sampah. Lantas membuangnya."Sampah ini memang lebih pantas disini." Ucap ku. Namun mata ku seperti nya tidak bisa diajak kompromi, tak kuasa membendung tangis berlinang membasahi pipi.
"Ya Tuhan kenapa terlalu cepat kau mengambil nya, bahkan kita belum sempat berbagi cerita."
Terlalu kagum akan ciptaan Tuhan. Sampai lupa yang di ciptakan nya akan selalu kembali kepada-Nya.
Yogyakarta Januari, 1985
Aku menghirup udara di tengah bising nya keramaian, rel berdenyit keras kala roda menggayuh pergi, semburan asap di cerobong.
Mengantri bukan lah hal yang mudah butuh perjuangan hingga sampai lah kereta tujuan.
Berdesakan sungguh menyebalkan bagi ku, tapi tidak apa demi mengunjungi keluarga pikir ku. Aku hanyalah gadis perantau yang ingin kembali akibat rindu yang mendalam terhadap keluarga.
Mata ku bergilir kesana-kemari sekiranya mencari tempat duduk yang nyaman. Dan itu dia, mata ku langsung berbinar.
"Hey, tuan bisa kah kau menyingkir aku duluan yang mendapatkannya," Ucap ku menggebu-gebu namun ia terlihat acuh
"Siapa bilang." Ucap nya tak mau tau.
"Hey!-" ucapan ku terpotong kala ada seorang pemuda berbicara.
"Duduk disini saja nona," ucap nya seraya bergeser memberikan ku ruang untuk duduk.
"Terimakasih tuan." Ucap ku kala terduduk.
Hening menjalar, menoleh kesamping kala melihatnya sedang sibuk membaca buku.
"Hmm...siapa nama mu tuan?,"
"Sastra." Ucap nya singkat.
Nama yang bagus menurut ku.
"Kau?," Tanya nya.
"Ohh nama ku Kanna tuan."
"Jangan panggil aku tuan aku sudah memberi tahu nama ku kan." Ucap nya penuh penekanan namun mata nya sibuk melihat buku, aku jadi penasara buku apa yang dia baca.
"Iya,baiklah sastra."
"Buku apa yang kau sedang baca?," Tanya ku penasaran
"Hanya buku religi." Jawab nya singkat.
"Kau senang membaca buku religi?."
"Iya menurutku, ini bisa membawakan ketenangan, sama seperti angin kita bisa merasakannya kan namun tak bisa melihat nya, itu lah sebab nya sama seperti kisah-kisah yang ada di buku religi ini kita bisa merasakan ketenangan ketika membaca nya." Jawab nya panjang lebar mata nya indah ketika menerangkan. Sampai aku tidak sadar termenung kala melihatnya. Ia melambaikan tangan nya di depan ku membuat ku tersadar kembali. Berdehem canggung, sebenar nya aku tidak mengerti aku memang jarang membaca buku-buku seperti itu.
"Sebenar nya tujuan mu itu mau kemana kanna?," Tanya nya
"Surabaya aku inggin menemui keluarga ku Karna sudah lama aku tak pulang." Jawab ku sambil mengedar kan pandangan, entah kenapa jantung ku terus berdebar semenjak aku bertemu pemuda ini. Tampan paras nya bisa membuat semua orang terpana, bahkan diri ku sendiri.
"Perantau"
"Iya"
"Susah memang kalo kita menjadi perantau apalagi di usia mu yang masih muda benar kan, berapa usia mu kanna?,"
"17 tahun."
"Wah masih sangat belia rupanya." Jawab nya sambil menutup buku, lalu memandang ku arah ku. Itu membuat ku sangat gugup.
"Di usia mu yang sekarang ini masih sangat rentan akan sesuatu masalah, jadi jangan gegabah dalam mengambil keputusan." Ucap nya penuh penekanan lalu mengarahkan pandangannya ke jendela.
"Lurus kan pandangan mu, lafal kan lah doa kepada Tuhan dan tolong aku ingin kau selamat." Ucap nya sembari matanya terpejam mulut nya berkomat-kamit melafal kan dia. Aku binggung apa maksud nya. Tapi suara Prama berkumandang mengumumkan bahwa rem kereta sedang blong. Itu membuat ku takut. Semua penumpang panik, bahkan ada juga yang sudah pasrah.
Mataku pun ikut terpejam melafal kan doa seperti titah sastra. Aku terkejut ada tangan yang menyelinap di sela jari-jari ku. Aku pun menoleh ia menatap ku lekat.
"Tenang kan lah diri mu, aku pun sudah meminta pada Tuhan agar Tuhan menyelamat kan mu." Ucap nya santai sembari menyelinap kan anak rambut ku ke telinga ku.
"Mengapa kau mengucap kan ku ke dalam doa mu?." Tanya ku heran harus nya dia lebih memilih diri nya sendiri ketimbang orang asing seperti ku.
"Karna aku menyukai mu Kanna." Ucap nya. Tatapannya lurus ke depan. Ini membuat ku gila, denyut jantung sudah mulai tak terkontrol. Senang sekaligus takut karna diantara kita pasti tidak akan selamat.
"Aku juga-" Ucapan ku terpotong kala kereta melaju kencang tak tentu arah.Semua Penumpang panik. Tapi tidak dengan nya ia menggenggam tanganku ku erat. Menyeret ku beranjak dari tempat duduk menuju pintu lantas mendorong ku. Sebelum akhir nya kereta itu menabrak batu besar lantas meledak api pun membakar kereta. Aku terkejut
Sakit kala tubuh ku terhantam ke tanah. Tapi lebih sesak dada ku air mata pun terus mengalir bersama darah merah ke tanah.
"Sa-stra." Ucap ku tersendat kala mata ku tertutup. Tak kuat akan rasa sakit ini."Sayang kenapa kau menangis?." Ucap seorang pemuda memeluk ku dari belakang.
"Tidak apa-apa," Ucap ku sembari tersenyum.
"Kau bohong lihat lah mata mu sembab."
"Karna kakak ku?,"
Aku mengangguk, ia memeluk ku mengelus kepala ku. Menangis sejadi-jadi di dekapannya. Aku merasa bersalah pada pemuda ini. Bagaimana persaan mu ketika orang yang kau sayang masih mengingat cinta pertama nya Pasti sungguh sakit. Namun bagaimana juga dengan ku, memang hubungan kita ini hanya sebatas perjodohan tidak lebih. Tapi kasih sayang yang di berikan pemuda ini sangat besar terhadap ku. Satria nama nya yang mencintai tulus kekurangan ku ini. Mengapa ku tidak sadar diri sekali dengan masih memiliki perasaan kepada kakaknya.
"Maaf." Hanya kata itu yang bisa ku ucap kan.
"Tidak apa-apa sayang aku tahu bagaimana perasaan mu, semua telah berlalu ku harap kau bisa melupakan kakak ku. Maaf juga karna aku tidak bisa menggantikan posisi kakak untuk mu." Ucap nya seraya tertunduk
"Satria dengar kan aku, kau tak salah aku yang salah disini dengar. Jangan menyalahkan diri mu sendiri hmm."
"Sekarang dimana putri kecil ku aku sudah merindukannya,"
"Disini Mama." Ucap gadis kecil seraya berlari ke pangkuan ku.
"Astaga tuan putri hati-hati mama tidak akan pergi." Ucap Satria menasehati.
"Lihat putri mu ini nakal sekali."
"Dia juga putri mu Kanna."
"Hahaha iya jadi mari kita berpelukan."
Saling menebarkan kehangatan di sela-sela pelukan.
Ini adalah keluarga ku. Yang bisa membuat ku tersenyum bahagia dan melupakannya.Aku sadar akhir yang indah pasti selalu ada. Meski cinta pertama ku tak seindah di drama, namun akhir nya sangat lah luar biasa.
🦋 Nama : Kadek Lestariani
🦋 Komunitas : Aula Wattpad Support
🦋 Peserta event
KAMU SEDANG MEMBACA
KUMPULAN CERPEN DAN CERMIN
Short StoryPoject rutin dari member & admin komunitas Incredible Pen Literacy. Kumpulan cermin dan cerpen menarik, serta beragam tema. [Jangan lupa dukungannya dengan vote dan comment]