[CERPEN] KU TEMBUS MASA DENGAN LUKISAN IBU

1 0 0
                                    

     Hari ini pagi cerah sekali, aku akan bersiap-siap  pergi ke museum untuk menghibur diri. Setelah kepergian ibuku, hariku seperti suram saja tak semangat rasanya untuk melakukan aktifitas apapun. Tepat jam 08.00 pagi taxi yang aku pesan tadi sudah ada di depan gerbang. Akupun langsung masuk ke dalam taxi dan berangkat. Tak lama kemudian aku sampai di museum. Setelah membayar uang taxi aku langsung beranjak keluar dan segera masuk ke museum. Suasana hening, damai dan sepi menyelimuti museum yang aku kunjungi. Hari ini pengunjung tidaklah ramai, namun hanya 5 sampai 7 orang saja.
     Dalam museum aku berjalan sendiri ke ruang-ruang yang dipenuhi dengan benda-benda kuno disana. Aku harap keadaanku saat ini bisa lebih menenang dari sebelumnya. Ku pandangi setiap sudut ruangan ternyata sudah sepi. Para pengunjung mulai bepergian dari museum itu. Namun tak hiraukan akan hal itu aku tetap berjalan menuju ruang-ruang berikutnya. Sekejap langkahku terhenti tepat di depan sebuah ruangan dengan nampak pintu berdebu dan dipenuhi sarang laba-laba. Entah kenapa ruang tersebut bisa menarik perhatianku. Kulihat sudut kanan kiri, ternya masih nampak sepi. Akupun langsung membuka pintu ruang tersebut dan masuk ke dalam. Gelap, berdebu dan pengap keadaan suatu ruangan. Melihat di atas meja ada sebuah lilin kecil, aku langsung mengambilnya dan menyalakan api dengan korek yang ada di samping lilin itu.
     Ku pegangi lilin sambil berjalan, nampak kosong tak ada benda-benda yang menarik hanya ada satu lemari besar yang sudah tak layak juga di pakai. “burkkkkk.... ”. Suara kakiku menyandung sesuatu di lantai hingga aku jatuh dan mengenai lemari itu. Entah ini mimpi atau bukan, lemari terbuka lebar layaknya pintu. Di seberang lemari ternyata tersembunyi sebuah ruangan rahasia yang dipenuhi dengan benda-benda kuno. Aku langsung berdiri dan masuk ke ruang itu dengan sedikit kaki gemetar. Ku pandangi setiap benda yang ada. Sebuah lukisan besar terpajang di dinding. Lukisan yang berdebu dan mulai mengusam. Setelah ku pandangi lukisan itu nampak sosok perempuan yang sedang menggendong anaknya sambil menyebrangi ombak besar di tengah lautan
     Ku pandangi lukisan itu mendalam, tiba-tiba ada seorang yang menepuk pundakku. “buk” suara tepuk di pundakku. Aku yang merasa terkejut langsung menoleh ke belakang. Nampak seorang nenet tua bertongkat dengan rambut panjang sampai ke kaki. Aku yang melihatnya nampak sedikit takut. “siapa kamu? ”. Tanyaku pada nenek itu. Nenek itu hanya tersenyum dan tak menjawab apapun. Ia mengelus-ngelus pipiku hanya dengan tersenyum aja. “Gadis yang malang, sepertinya kamu tertarik dengan lukisan itu”. Ucap nenek itu. Akupun menjawab, “Lukisan itu mengingatkanku pada sosok ibuku, sosok ibu yang tak pernah aku hiraukan, tak pernah aku bahagiakan”. Nenek itu menatapku sambil mengercitkan bibirnya. Lalu berkata, “Aku tau kisahmu, aku tau perihal kamu dan ibumu”. Mendengar ucapan nenek itu aku terkejut dalam benakku bertanya-tanya siapa dia? Kenapa dia tau segalanya. “Kamu ingin kan berbakti pada ibumu?”. Tanya nenek itu. “Andai ibuku masih ada aku ingin sekali berbuat baik padanya, aku ingin bahagiakan dia, aku akan bersikap seperti yang dia inginkan. Namun sayang keinginan ini hanya ucapan yang tak bisa kulakukan lagi. Sekarang keadaannya sudah beda, ibuku telah pergi meninggalkanku selamanya”. Ucapku dengan penuh kesedihan. Nenek itu hanya tersenyum saja dan mengelus pipiku kembali. “Gadis malang, aku bisa wujudkan keinginanmu“. Bisik nenek ditelingaku. Aku terkejut mendengarnya. “nenek sungguh? Apakah aku bisa bertemu ibuku lagi?”. Tanyaku pada nenek itu. Nenek itu mengercitkan bibirnya kembali seraya berucap, “Tentu bisa, kamu bisa bertemu dengan ibumu kembali. Namun itu hanya sementara setelah kamu penuhi tugasmu terhadap ibumu maka berakhirlah”. Tanpa pikir panjang akupun langsung meng iyakannya.
     Nenek hanya tersenyum melihat aku kegirangan, “Tempelkan saja jari telunjukmu tepat di wajah lukisan seorang ibu itu, lalu bayangkan wajah ibumu dan ingat nanti aku akan datang menemuimu kembali”. Ucap nenek tua di sampingku.
     Di meja makan nampak seorang perempuan yang sibuk menyiapkan sarapan untuk anaknya. “Keyy... sayang ayo turun sarapan dulu”. Teriak mama dari ruang makan. Akupun langsung beranjak dari kamar menuju ruang makan. “hummm... harum sekali mama masak apa sih, menggoda banget tahu, dengerni perut keyy sampek kriuk kriuk hehe”. Ucapku pada mama. Mama tersenyum kekeh melihat tingkahku yang manja. Hatiku berbisik, “Aku janji ma, aku akan nurut sama mama, aku gak akan sia-siain kesempatan ini”. Mamapun langsung mengambilkan nasi dan lauk pauk di piringku. Melihat makanan yang sedap akupun langsung melahapnya. “Pelan-pelan sayang, nanti keselek kamu”. Ucap mama dengan senyum manisnya melihatku makan dengan lahap. Mendengar itu aku hanya menyengir saja dan melanjutkan sarapanku.
     Beberapa menit kemudian, aku duduk di ruang tamu menyaksikan televisi dengan camilan yang lezat kunikmati. Tiba-tiba mama datang menghampiriku. “Keyy sayang, mama bosen nih di rumah pengen hirup udara segar di luar sana”. Gumam mama padaku. “Mama mau kemana? Mau ke mall? Ke  resto? Atau kemana nanti keyy temenin deh”. Jawabku serentak. Melihat responku mama terlihat gembira sekali, ia langsung mengajakku pergi ke mall hari ini. Setelah bersiap-siap kamipun pergi dengan mengendarai mobil.
     Tak lama kemudian kami sampai di mall. Selesai parkir aku dan mamapun langsung masuk ke dalam mall. Suasana yang ramai, banyak pengunjung hari ini. Kami sangat menikmati suasana di mall ini. Membeli baju, tas dan segala macam keprluan wanita selayaknya. Nampak wajah ceriah riang sekali. Aku bahagia melihatnya, ini yang kudambakan akhirnya bisa kuwujudkan. Setelah berbelanja kami juga menikmati makanan di resto sebelah. “Keyy mama seneng banget bisa jalan-jalan sama kamu. Seprtinya kamu sudah berubah yah tidak seperti dulu lagi, mama bangga sama kamu nak”. Ucap mama sambil mengelus-elus rambutku. Mendengar ucapan mama aku hanya tersenyum dan berbisik dalam hati, “Aku juga bahagia ma, tapi sayang moment ini hanya sementara”.
     Selesai makanpun, kami beranjak pulang. Kami sampai di rumah tepat jam 3 sore. Akupun langsunh ke kamar untuk beristirahat karena lelah sekali. Satu jam aku tertidur dan terbangun mendengar suara bising dari dapur. Penasaran dengan bunyi itu, akhirnya aku beranjak dari kamar dan menuju dapur. Tampak seorang perempuan sedang sibuk memasak untuk makan malam. “Eh sayang, udah bangun”. Sapa mama. “iya ma, aku bantuin masak yah”.jawabku sambil membantu mama menyiapkan makan malam.
     Jam menunjukkan pukul 7 malam, aku dan mama sedang asik melahap makan malam di ruang makan. “Sayang, mama seneng banget akhirnya kamu udah ada perubahan sekarang kayaknya udah lebih lembut hehe”. Ledek mama padaku. Mendengar itu aku hanya tertawa saja. Selesai makan malam, kami langsung menuju kamar masing-masing untuk istirahat karena tadi siang seharian kami menikmati suasana luar dan capek sekali.
     Aku duduk di meja belajarku, membolak-balik kalender di atas meja. 16 maret, ternyata besok tanggal 16 maret. Dimana tanggal itu adalah hari ulang tahun mama. Aku bingung, aku harus memberi hadiah apa? Acara apa? Karena sebelum-sebelumnya aku belum pernah merayakan ulang tahun mamaku sendiri. Sedih rasanya mengingat akan hal itu. Berfikir sejenak, lalu aku berencana untuk merayakan ulang tahun mama dan mengundang teman-teman lama mama. Aku beranjak dari kamarku menuju kamar mama dengan tujuan untuk menghubungi teman mama lewat ponselnya untuk diundang ke acara ulang tahun mamanya. Situasi yang tepat sekali mamaku sudah tertidur lelap sekali dan aku mulai mengotak atik ponsel mamaku dan menghubungi teman-temannya.
     Pagi yang cerah tiba kembali, aku dan mama sedang menikmati sarapan di ruang makan. “Sayang, mama hari ini ada urusan kerjaan jadi pulangnya mungkin agak malam, kamu baik-baik yah di rumah”. Ucap mama. “Yes.. rencanaku semakin mantul aja nih kalau mama pergi hari ini”. Bisikku dalam hati dengan riang. Tak lama selesai sarapan, mama langsung berangkat ke lokasi kerjanya. Kini tinggal aku sendiri di rumah. Akupun mulai menghias ruangan dengan hiasan yang sudah aku siapkan sebelumnya. Waktu semakin berjalan, kini menunjukkan pukul 5 sore. “kring... ”. Bunyi bel rumahku. Langsung ku buka pintu ternyata teman-teman mamaku sudah tiba. “Silahkan masuk te, kebetulan hari ini mama juga pergi jadi semakin gampang lah rencana kita hehe”. Ucapku pada teman-teman mama. Sembari menunggu mama pulang kami duduk di ruang tamu dan mengobrol. Jam menunjukkan pukul 7 malam. Terdengar suara mobil dari depan gerbang, kami pun beranjak dari tempat duduk dan memulai aksi kami.
     Selesai memarkirkan mobil di garasi, mama langsung masuk ke rumah. Sunyi dan gelap suasana rumah pada saat itu. “Keyy.. Sayang.. dimana kamu? ”. Teriak mama. Kami mendengar itu hanya tersenyum saja. Dengan hitungan ketiga kami nyalakan lampu dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk mama. Terkejut melihat aksi kami, mama hanya tersenyum malu. “Kalian? Kok bisa ada disini? Dan ini semua? ”. Tanya mama dengan heran. “Tanyakan pada putrimu itu”. Jawab tante Lusi dengan ketawa. “Hehe iya ma, maaf yah ini aku yang rencanain semuanya, aku gak tau harus ngasih apa ke mama”. Jawabku tersipu malu. Mendengar jawabanku mama langsunh mencium keningku dan memelukku. “Mama bahagia nak, moment ini tak akan mama lupakan seumur hidup mama“. Ujar mama terisak menahan tangisnya. Usai pesta ulang tahun ini, teman-teman mamapun berpamitan dan beranjak pulang. Aku dan mama pun juga pergi ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
     Terlelap sebentar, aku dikagetkan dengan kehadiran sosok nenek tepat di hadapanki. Ia nenek itu adalah nenek yang aku temui di museum. Dia datang dengan membawa lukisan itu, tandanya aku harus kembali dan mengakhiri moment bersama mama ini. Sedih rasanya, tak tahan aku membendung air mata harus berpisah lagi dengan orang yang aku sayang. “Tugasmu sudah usai, keinginanmu sudah tercapai sekarang saatnya kamu melanjutkan masa depanmu, tinggalkan masalalumu”. Ucap nenek tua dihadapanku. Aku hanya terdiam saja tak mampu berucap sepatah katapun. “Sentuhlah lukisan ini tepat di wajah seorang ibu dalam lukisan ini, dan pejamkan matamu”. Perintah nenek tua padaku. Dengan berat hati akupun melakukannya.
     Aku berdiri di sebuah ruangan yang sepi. “Maaf mbak, museumnya sudah mau ditutup”. Ucap seorang penjaga museum padaku. Aku yang melihat penjaga itu hanya kebingungan tak paham akan keadaan saat ini. “Maaf mbak, ruangan ini sebenarnya tidak boleh dikunjungi”. Ujar penjaga itu. Tanpa menghiraukan perkataannya aku langsung berlari keluar meninggalkan museum.
     Ku buka pintu, dan berlari ke kamar mama. “mama..mama..”. Teriakku. Namun tak ada jawaban apapun. Aku duduk sejenak dan menatap foto mama di atas meja. Selang berapa menit aku baru sadar, ternyata beberapa waktu lalu aku bertemu mama dan menghabiskan waktu dengan mama itu hanyalah di dunia masalalu. Aku hanya mengulang waktu masalaluku saja. Mama yang aku rindu-rindukan mustahil akan ada kembali. Ornag yang sudah mati tak mungkin hidup kembali. Tapi, aku merasa sedikit lebih bahagia meskipun mamaku tak bisa hidup kembali tapi setidaknya aku sudah bisa membahagiakannya sebentat walaupun hanyak di waktu masalalu yang sementara.

🦋 Nama : Dewi Norfatila
🦋 Komunitas : Literasi Youth Universe
🦋 Peserta event

KUMPULAN CERPEN DAN CERMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang