Angin hari ini, aku sangat menyukainya. Awan yang cerah dan burung yang bernyanyi membawaku pada dunia penuh dengan senyuman. Langkah demi langkah yang ku ketukpun terdengar berirama dengan senandung yang ku gumamkan. Secara singkat, aku bahagia.
Saat aku berlari kecil melewati pepohonan rindang di tengah taman, aku mendengar suara seorang pria yang menarik perhatianku. Terdengar ia mengungkapkan kata-kata curahan yang bernada dibalik pohon disampingku.
"Waktu, aku kembali kesini untuk mengutarakan kembali kisahku, yang juga merupakan ulahmu. Huh ...."
Em, sepertinya dia seorang pria puitis yang sedang menghadapi masalah. 'Waktu' pun sampai ia gunakan untuk mengutarakan keluhan kehidupannya.
"Aku tidak tau lagi apa maumu, dan aku tidak tau bagaimana aku harus bertahan dengan semua yang perlu untuk dilalu. Waktu, kamu kembali memberi serta mengunci rasa cinta dan benci untukku," dan lagi terdengar keluhannya yang sendu.
Jantungku berdetak dengan cepat, menghilangkan rasa sukaku menjadi rindu akan kehidupan baru, keinginan untuk pergi jika kembali pada note cerita lalu, tenggelam pada suara itu. Hanya, teringat sesuatu yang membuat hati terasa kelu, fakta akan tidak adanya yang dapat dibuat selain menunggu.
"Siapakah yang mengerti diriku selain dirimu dengannya, yang terus membuat konspirasi pada banyaknya kata dalam cerita ikatanku dengan dia. Aku, hanya dapat berakhir untuk membenci diri. Waktu ...." Nada lirih tercurahkan pada keheningan hati yang kurasa.
"Waktu, cukup sampai sini, aku merasa sudah saatnya untukku pergi dengan lingkup baru, menyisakan cerita lalu dariku. Sudah cukup untukku merasakan lelah dengan semua yang tertera itu, yang terus menjatuhkan rasa sakit dari hasil konpirasimu dengan takdir yang merupakan sahabatmu itu, padaku.
Aku hanya ingin satu hal sebelum tiba saat berlalu, ceritakanlah keluhku ini pada dia yang dapat mengerti rasa sepiku, dan paham akan kerinduanku. Mungkin, dialah yang sebenarnya aku butuhkan dalam perjalananku yang tak terlanjutkan."
Tidak! Apakah dia akan pergi dengan mengakhiri diri? Berlari dari cerita yang seharusnya dilalui itu?
Aku segera berlari menuju suara dibalik pohon disampingku itu. Pikiranku terisi banyak kemungkinan yang akan aku lihat setelah bertemu, namun fakta tidak memberikan kesempatan untuk menyetujui itu.
Aku melihat punggung seorang pria berjaket hitam dan jeans hitam. Ia menggerakkan jari tangannya pada langit seolah menciptakan garis baru. Pria itu bersenandung membangun dinding sepi pada sekeliling dirinya.
"Hei!" Seseorang menepuk pundakku hingga aku mengerjap terkejut. Seorang pria asing melambaikan tangan dihadapanku lalu berkata, "Apakah anda baik-baik saja?"
"Eh, oh ya, saya baik-baik saja."
"Baiklah, Hati-hati ya, jangan berdiam diri dibawah pohon tua, takutnya tertimpa dahan yang jatuh."
"Iya Kak, terimakasih sudah mengingatkan."
"Baik. Saya permisi ya."
"Iya kak."
Aku termenung diam memandang kejauhan di depan. Ternyata aku melihat dari apa yang ingin disampaikan oleh dia yang tak terlihat. Dan aku masih merasakan sisa rasa tenggelamnya akan sendu yang dirasakan dirinya. Aku tau, dan aku sadar akan itu, bahwa waktu terus berkonspirasi dengan takdir sepanjang cerita untuk dunia yang tiada tau sampai kapan akan berlalu. Waktu, dia adalah pengenal terbaik hingga melebihi diri sendiri.Bogor, 15 April 2022
🦋 Nama : Khaerunisa
🦋 Komunitas : Rococo Civitas
🦋 Peserta event

KAMU SEDANG MEMBACA
KUMPULAN CERPEN DAN CERMIN
Historia CortaPoject rutin dari member & admin komunitas Incredible Pen Literacy. Kumpulan cermin dan cerpen menarik, serta beragam tema. [Jangan lupa dukungannya dengan vote dan comment]