"Ini cerita kami, yang banyak sakitnya."
***
Suara dentuman musik club mengiringi mereka yang bergerak bebas di lantai dansa. Bau alkohol yang menguar dalam ruangan menjadi penanda bahwa tempat ini bukanlah tempat biasa. Tak hanya itu, asap rokok serta pemandangan tak senonoh juga ada di dalam tempat ini.
Tempat di mana banyak orang yang memujanya hanya untuk mendapatkan kesenangan. Tempat yang entah mengapa tak sedikit membuat mereka yang kacau menjadi lebih tenang. Padahal banyak sekali pengaruh buruk dari tempat ini untuk mereka yang datang.
Terdapat empat laki-laki yang terduduk manis dalam club tersebut. Mereka datang untuk sekedar menghibur diri dari penatnya kegiatan hari ini. Keempatnya memiliki cara tersendiri untuk menikmati pelayanan di club tersebut.
Satu laki-laki berkemeja hitam sedang memangku wanita yang mana telah di sediakan di club ini. Tidak sampai bercumbu, karena laki-laki itu sibuk menikmati minuman beralkohol yang ada di tangannya. Wanita tersebut hanya menyentuhnya dan ia hanya diam tak mau membalas.
Di sisi lain, pemuda dengan kemeja kotak-kotak berdalamkan kaos hitam tersenyum manis sembari memperhatikan ponselnya. Tak lupa segelas minuman beralkohol tersaji di depan mata. Ia tampak manis dengan kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya. Tidak terkesan culun, justru laki-laki itu sangat mempesona jika dilihat.
Selanjutnya, laki-laki berkaos hitam pendek dengan jaket yang sudah ia lepas sedang duduk bersila. Badannya bergerak seiringan dengan lagu yang di putar dalam club. Kepalanya mengangguk ke sana kemari memperlihatkan jika laki-laki itu sedang asik sendiri. Tak menghiraukan teman-temannya yang lain juga minuman berwarna kuning yang ada di depannya.
Terakhir, laki-laki berjaket kulit hitam duduk bersandar dengan santai sembari membawa benda nikotin di antara jemarinya. Menyesapnya berulang kali sembari menatap lantai dansa yang penuh dengan manusia pencari kenikmatan. Matanya tajam beserta rahang yang tegas membuatnya banyak sekali di lirik wanita.
"Tolong pergi dulu ya beautiful lady, terima kasih sudah menemani. Sampai jumpa." Laki-laki berkemeja hitam bernama Javran Mahatma, atau yang lebih akrab di sapa Jaja itu melambai pada wanita berpakaian minim yang baru saja duduk di pangkuannya.
Pria tampan itu, si paling buaya di antara mereka. Jika kalian tanya siapa yang paling pintar merebut perhatian wanita? Maka Javran lah jawabannya.
Pandangan menjijikkan dilayangkan oleh laki-laki dengan kemeja kotak-kotak, Chandra Kahlafi pada Javran. "Gak sekalian di sewa? Percuma kalau lo biarkan lepas gitu aja. Terlihat lo juga sangat menikmati."
Javran tertawa miris sembari meneguk minumannya, ia melirik tajam ke arah Chandra. "Sorry, my body belongs to my wife later." Setelah itu tak ada lagi sahutan dari Chandra.
Berbeda dengan dua orang ini, sosok paling kalem di antara mereka menatap ke arah objek yang ada di depannya. Dengan mata yang menelisik pada seorang gadis yang berjoget ria bersama seorang pria. Dahinya mengkerut seiringan dengan helaan nafas yang terdengar jengah. "Zaman sekarang, cari uang gak mandang halal haramnya."
Mars Cakrawala, menyugar rambutnya ke belakang setelah melihat seorang gadis yang sedang digerayangi oleh laki-laki berumur lebih tua darinya. Melihat hal tersebut membuat gejolak dalam dirinya ingin menyeret mereka berdua untuk berhenti melakukan hal tersebut. Tapi apa boleh buat, tanpa mereka dunia tampaknya tak begitu menyenangkan.
"Uang, membuat orang jadi gila." Celetukan laki-laki berwajah sangar yang entah mengapa membuat ketiga laki-laki yang lain itu menoleh dengan cepat. Diiringi dengan anggukan serentak yang mana merupakan tanda setuju untuk kalimat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRAWBERRY AND CIGARETTE
FanfictionKetika orang yang memiliki ambisi kuat bertemu dengan seseorang yang memiliki masa kelam dari masa lalunya. Saling membantu mewujudkan tujuan yang sama-sama mereka inginkan. Tak sengaja bertemu dengan keadaan yang saling menunjukkan bahwa mereka ha...