But when you smile at the ground, it ain't hard to tell
You don't know,
You don't know you're beautiful(What makes You Beautiful - One Direction)
***
"Ga Haga! Ke sini dulu lo!"
Laki-laki bernama Haga itu menoleh dengan decakan sebal yang keluar dari mulutnya. Haga membenarkan letak tasnya yang berada di pundak sebelah kanan. Ia menghampiri seseorang yang telah memanggilnya tadi dengan gerakan yang malas.
"Apasih? Teriak-teriak mulu lo!"
Seseorang yang memanggil itu memutarkan bola matanya malas. Kalau bukan urusan kelas, ia juga tak sudi sekali memanggil Haga seperti ini. Ia menyodorkan setumpukan kertas pada Haga yang bingung ditempatnya.
"Buat apaan?" Haga membolak-balikan tumpukan kertas dengan dahi yang berkerut.
Seseorang itu berdecak memperhatikan Haga yang terus membolak-balikkan tumpukan kertas tersebut. "Lo gak bisa baca itu apa? Balik ke sd sana lo."
"Si anjing, biasa aja dong. Maksudnya buat apa lo kasih ke gue?"
"Nanti lo sebarin ke anak-anak kelas kalau udah jam pelajarannya."
"Kenapa gak lo aja? Kita kan dari kelas yang sama." Haga memicingkan matanya menatap pada sang lawan bicara. Seperti tidak ada yang beres dengan orang tersebut membuat Haga terus menatapnya lekat.
Orang itu berdecak lagi karena tatapan intimidasi Haga. "Kepo banget. Pokoknya lo kasih aja sih, nanti gue gak masuk."
"Kemarin lo mukulin anak ketua komite dan sekarang bolos? Mau kena amuk lagi lo, Je."
Jehan—ia tersenyum secara paksa melihat teman sekelasnya itu yang kelewat batas kebodohannya. "Gue di skors tolol!"
"Lo yang tolol, salah sendiri temen gue lo pukuli. Lagian kalo di skors ya di rumah aja gak usah masuk." Haga menatap Jehan dengan penuh kebencian. Akibat ulahnya, temannya itu harus dirawat di rumah sakit.
"Harusnya lo berterima kasih sama gue, karena gue kasih pelajaran sama mereka yang mau rebut lapangan padahal kita duluan yang datang. Dan kenapa gue bisa ada di sini karena gue males di rumah."
Haga tetap menajamkan penglihatannya. "Terima kasih? Dengar, gue gak suka lo semena-mena di sekolah ini. Bisa dong lo gak perlu pake tenaga buat menyelesaikan masalah. Lagian lo sok jagoan banget."
Jehan tersenyum miring, "oh lo belain si anak komite? Gak kaget sih, lo juga termasuk jajaran anak petinggi. Orang-orang seperti kalian emang harus diberi pelajaran supaya gak ngelunjak. Dan gue gak bakal main tangan, kalau seandainya lawan gue gak buat gue marah."
Setelah itu, Jehan berjalan menjauh ke arah selatan untuk pergi ke uks mengistirahatkan badannya. Tak mau lagi berdebat dengan Haga yang mana merupakan musuhnya jika di dalam kelas. Intinya, Jehan sangat menjauhi lingkup pertemanan dengan anak petinggi maupun jajaran komite di sekolah ini. Mereka terlalu memuakkan dan penuh kesombongan.
Haga mengepalkan tangannya di bawah melihat punggung Jehan yang semakin lama semakin menjauh dengan cepat. Perkataan Jehan terlalu melukai hatinya seolah semua anak jajaran petinggi di sekolah ini memiliki sifat yang sama. Haga tak bermaksud untuk membela si anak ketua komite, tapi Jehan terlalu berlebihan.
"Haga, kok belum masuk kelas?"
Haga segera menolehkan kepala melihat kakaknya yang berdiri sembari menenteng tas laptop ditangannya. Ia tersenyum tipis lalu menunjukkan setumpuk kertas yang ia bawa. "Tadi Haga ambil ini, kak Lili sendiri kok belum masuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STRAWBERRY AND CIGARETTE
FanfictionKetika orang yang memiliki ambisi kuat bertemu dengan seseorang yang memiliki masa kelam dari masa lalunya. Saling membantu mewujudkan tujuan yang sama-sama mereka inginkan. Tak sengaja bertemu dengan keadaan yang saling menunjukkan bahwa mereka ha...