"but you didn't believe me when I told you that I loved you until death."
(Crying in the rain - Ali Gatie)
***
Rajendra baru saja keluar kelas bersama tiga sahabatnya dengan penampilan yang berbeda-beda. Seragam Mars yang masih rapi karena setelah kelas ia akan rapat bersama anggota osis. Begitupula dengan Chandra yang masih tergolong rapi padahal hari sudah siang, walaupun dasinya sudah hilang entah kemana.
Javran, penampilannya lebih rapi dan wangi. Katanya ada janjian bersama salah satu gebetannya dari kelas lain nanti sepulang sekolah. Berbeda dengan Rajendra yang sudah mengeluarkan semua baju serta menanggalkan atribut yang ia kenakan.
"Rapihin baju lo, Jen." Mars menunjuk seragam Rajendra dengan malas. Selalu saja berpenampilan seperti anak berandalan ketimbang anak sekolahan.
"Gak, males."
Chandra memasang dasinya yang sempat ia lepas sembari melirik ke arah Rajendra. "Benerin, Jen. Habis ini ada kelas tambahan kalau lo lupa."
Mereka berempat berjalan bersamaan menuju kantin untuk menunggu jam kelas tambahan. Daripada langsung masuk ke kelas tambahan tersebut. Memang ada jeda tiga puluh menit dari kelas intensif menuju kelas tambahan.
"Nanti kalau mau masuk aja. Gue masih gerah."
"Nanti izinin kalau gue gak ikut kelas tambahan, ada rapat osis." Ucap Mars dan diangguki oleh ketiganya.
"Sibuk osis mulu lo." Javran menyisir rambutnya dengan kamera ponsel yang ia pegang di tangan sebelah kiri. Ia terus merapikan penampilannya yang sudah tampan itu.
Selanjutnya ia beralih pada ratusan pesan yang masuk. Senyumannya mengembang melihat antusias pacar-pacarnya yang mengabarinya lewat pesan. Mengabaikan ketiga sahabatnya yang berbincang mengenai banyak hal.
"Yaudah, nanti malam aja."
"Apanya yang nanti malam?" Barulah Javran menyahut dengan tangan yang masih sibuk mengetik pada ponsel.
"Mau ngubur lo hidup-hidup." Jawab Rajendra dalam keadaan mata yang menatap Javran datar. Selalu saja begini jika mereka mengobrolkan sesuatu, Javran akan sibuk sendiri dengan wanita-wanitanya.
Anak gila.
"Seriusan. Kalian bahas apa?"
Mars melirik dan berdehem sebentar sebelum melonggarkan dasinya sedikit. "Nanti mau balapan. Tangan gue gatel banget pengen adu motor tapi dari kemarin gak terealisasikan."
Javran mengangguk, "Cari mangsa di arena sirkuit emang paling seru. Gue bakal cari gandengan baru deh."
"Buset. Gue tau muka lo cakep banget, tapi bajingan lo bisa dikurangin dikit gak? Makin ke sini kok lo makin gila." Gemas Chandra. Setelahnya, laki-laki itu berdiri ingin membeli minuman untuknya dan ketiga sahabatnya ini.
"Bener kata Chandra, lo bajingan banget."
"Udahlah, Mars. Kita semua bajingan disini, cuma beda kasus aja."
"Semerdeka Javran Mahatma ajalah."
Javran mengangkat alisnya sambil tersenyum manis. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh kantin. Siapa tau mata elangnya ini bisa menangkap sosok-sosok perempuan cantik yang bisa ia gaet menjadi miliknya. Apalagi kedua bola matanya ini sangat peka terhadap keberadaan si perempuan cantik.
Seperti sekarang, ia berhenti menatap pada satu objek yang sedang bercekcok dengan temannya di depan penjual bakso. Javran hanya tersenyum sembari mendengarkan apa yang tengah mereka bicarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRAWBERRY AND CIGARETTE
FanfictionKetika orang yang memiliki ambisi kuat bertemu dengan seseorang yang memiliki masa kelam dari masa lalunya. Saling membantu mewujudkan tujuan yang sama-sama mereka inginkan. Tak sengaja bertemu dengan keadaan yang saling menunjukkan bahwa mereka ha...