☆ nine ☆

379 74 24
                                    

"but no one's ever left me quite this sore."

( Stitches - Shawn Mendes )

***

Sekolah mulai sibuk dengan latihan dalam memperingati hari ulang tahun Laksamana. Ada banyak ruangan yang para murid gunakan untuk menunjukkan partisipasi mereka dalam acara tersebut. Meski begitu, pembelajaran intensif terus berlangsung. Hanya kelas tambahan saja yang diliburkan untuk sementara waktu.

Saat ini, Rajendra tengah duduk santai di depan kelas karena kelasnya sedang free. Ia melihat ke arah Chandra yang terus menerus tersenyum sendiri di depan ponselnya. Setelah beberapa hari tak berjumpa dengan kawannya ini, Rajendra malah mendapati Chandra dengan sifat yang sangat aneh.

Rajendra beralih pada Javran yang kini sedang membaca sebuah kertas dengan kerutan di dahinya. Tak lama, laki-laki dengan banyak perempuan itu mulai tertawa sendiri. Rajendra rasa, semua sahabatnya ini memang sedang bermasalah.

Hanya Mars, satu-satunya orang paling waras di antara kedua sahabatnya ini. Namun, saat ini laki-laki itu sedang mengipasi wajahnya sendiri di depan ruang osis. Rajendra tersenyum tipis melihat bagaimana Mars sangat bekerja keras untuk sekolahnya ini.

"Kamu kenapa?"

Rajendra menolehkan kepala setelah mendengar suara Chandra yang begitu lirih. Laki-laki itu ternyata sedang memegang ponselnya di dekat telinga. Pantas saja, ia kira Chandra sudah gila karena berbicara sendiri.

"Kamu kan tau aku banyak kerjaan, sayang."

Ada yang janggal. Sayang?

Sejak kapan Chandra memiliki kekasih? Apakah Rajendra melewatkan banyak hal selama ia fokus untuk lomba?

Tak hanya Rajendra, Javran pun akhirnya menaruh selembar kertas yang ia pegang dan mulai memperhatikan Chandra dengan kerutan di dahinya.

"Apa?!"

Rajendra dan Javran semakin mendekatkan badannya ke arah Chandra yang sedikit berteriak tersebut. Pasti ada sesuatu buruk yang terjadi sampai wajah laki-laki itu terlihat keruh.

"Berapa lama?" Wajah sendu Chandra tadi, kini berubah menjadi wajah yang cukup mengerikan.

"Oh, berarti gak salah dong kalau gue manggil lo cewek murahan? Gue baru sadar kalau pacaran sama lo ternyata se najis ini."

Rajendra menaikkan alisnya bertatapan dengan Javran setelah mendengar ucapan Chandra yang cukup kasar pada lawan telfonnya. Javran menutup mulutnya tak percaya pada sahabatnya itu.

"Enggak, gue gak nuntut lo untuk mengembalikan semua barang yang pernah gue kasih. Kalau gak mau menyimpan, jual aja sekalian jual diri lo juga. Kita selesai, jangan pernah muncul di hadapan gue dan anggap kita gak pernah kenal. Dasar anjing."

Setelah itu, Chandra hanya memandangi ponselnya dengan wajah yang mengeras. Tangan yang digunakan untuk menggenggam ponsel itu juga memerah. Rajendra dan Javran semakin speechless melihat kata-kata yang kasar keluar dari mulut Chandra.

"Kenapa?" Rajendra memberanikan diri untuk bertanya. Meski suaranya terdengar ragu-ragu, namun Rajendra harus memastikan sesuatu yang telah terjadi pada sahabatnya itu. Siapa tau ia bisa membantu.

Chandra memanglah orang paling tidak bisa diam diantara mereka berempat. Bisa dikatakan, laki-laki itu adalah mood booster dalam sirkel pertemanan mereka. Namun, saat Chandra marah, maka auranya begitu kelam. Laki-laki itu bahkan bisa lebih menyeramkan dari pada Rajendra yang biasanya paling horor saat berkelahi.

STRAWBERRY AND CIGARETTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang