☆ sixteen ☆

434 79 36
                                    

"Kamu gakpapa nemenin aku?"

"Iya sayang."

"Kamu nanti capek. Biasanya kalau sabtu, kamu self time selagi aku latihan."

"Lebih seru quality time sama kamu lah. Gila aja aku milih buat sendirian di saat aku bisa bareng sama kamu kaya gini."

Lili tersenyum gemas tak lupa tangannya yang mencubit pelan lengan milik Varrez. Kekasihnya itu terlihat begitu antusias mengikutinya ke sekolah di hari sabtu yang harusnya libur ini. Padahal setiap libur akhir pekan, Varrez akan sibuk main futsal atau melakukan hal-hal lain jika tidak bersamanya.

Pintu ruang teater terbuka menampilkan banyak talent yang siap bersama naskahnya. Terdapat beberapa gerombolan yang masing-masing dari mereka sedang berlatih dan saling menilai satu sama lain.

Lili yang baru saja duduk di salah satu kursi bersama Varrez, kini tersenyum puas pada talent tahun ini yang tanpa diminta mereka sudah bisa menempatkan dirinya masing-masing. Teringat akan suatu hal, mata Lili mulai menelisik ke seluruh ruangan untuk menemukan seorang gadis dan laki-laki yang menjadi pemeran utama.

"Rez?" Tanya Lili mengganti atensinya ke arah Varrez yang saat ini tengah di tatap terang-terangan oleh beberapa gadis di ruangan ini.

"Apa sayang?"

"Adik kamu tadi masih di rumah?" Bisiknya pelan takut jika informasi mengenai Rajendra dan Varrez yang merupakan saudara kandung itu akan menyebar.

Varrez mengerutkan keningnya mencoba untuk mengingat apakah adiknya itu masih di rumah atau tidak. "Aku gak tau dia kemana, yang jelas tadi sempat baku hantam sama Semesta terus pergi gitu aja."

"Damn. Rajendra gak bisa nahan emosinya, please buat Semesta berhenti gangguin dia."

"Aku gak ada hak untuk itu." Kata Varrez mengalihkan pandangannya. Ia selalu saja lemah jika menyangkut pacarnya yang cantik ini saat membahas Rajendra. Apalagi tatapannya yang lembut itu cukup membuat Varrez kelimpungan sendiri.

"Liat aku." Varrez masih saja diam tanpa mau menolehkan kepala. Sang gadis berdecak pelan sebelum meraih pundak Varrez. "Babe, look at me." Barulah laki-laki itu memutar tubuh sepenuhnya ke arah Lili.

"Dia adik kamu, adik kandung. Tentu kamu ada hak atas dia, sayang. I know, aku gak bisa maksa kamu buat damai sama masa lalu. Tapi setidaknya biarkan dia hidup dengan tenang. Meski dia kuasa kamu sama Semesta, Rajendra bagi aku tetap adik kecil yang harus di sayangi."

Varrez hanya diam dengan tatapan yang terkunci pada manik gadis di depannya. Sedangkan Lili, ia hanya bisa menghela nafas ketika ia sadar Varrez terlalu keras kepala. Apapun yang terjadi, ia akan terus berpegang teguh pada pendiriannya sendiri.

Dan untuk yang kesekian kalinya, Lili memilih untuk mengalah pada lelaki yang sulit sekali untuk ditaklukkan ini. "I'm sorry, aku hanya ingat sama Haga kalau menyangkut Rajendra."

"It's okay." Hanya dua kata dari Varrez sebagai penutup perbincangan keduanya mengenai Rajendra. "Mau minum atau makan apa gitu sayang?"

"Nanti aja, aku mau sapa mereka dulu." Setelah menjawab pertanyaan Varrez, Lili berdiri dan berseru kepada para talent untuk mendengarnya.

Decakan kagum keluar dari mulut Varrez. Pacarnya itu terlihat sangat keren ketika wajah cantiknya kini berganti dengan raut yang serius. Gadis itu juga memiliki wibawa dimana semua orang akan merasa segan terhadapnya.

"Fuck, pacar gue." Gumamnya masih terpesona terhadap Lili yang begitu memukau menjadi tentor bagi para talent. Rasanya Varrez ingin sekali menikahi gadis itu sesegera mungkin karena Ia bisa gila jika begini terus.

STRAWBERRY AND CIGARETTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang