☆ five ☆

434 70 12
                                    

"Just know that you don't have to do this alone. Promise I'll never let you down."

( Treat You Better - Shawn Mendes)

***

Jingga berlarian di sepanjang koridor setelah mendapat kabar tak mengenakkan dari salah satu teman sekelasnya. Dibelakangnya terdapat Samudera yang ikut berlarian kecil mengikuti kemana Jingga akan pergi. Air mimik wajah gadis itu nampak tak tenang hingga membuat Samudera menjadi khawatir.

Beberapa saat, Jingga sampai terlebih dahulu di depan ruangan yang bertuliskan "counseling guidance". Samudera meliriknya perlahan sebelum merangkul Jingga pelan.

"Santai dulu, atur nafasnya baik-baik. Everything will be okay." Tenangnya pada sahabat yang sudah lama bersamanya itu. Jingga pun menurut dan mencoba menetralkan nafas yang tersengal.

Perlahan gadis itu mendorong pintu ruangan dingin tersebut yang disambut oleh beberapa orang di dalamnya. Baik Jingga maupun Samudera, rasanya mereka tak ingin masuk ke tempat yang dianggap neraka oleh semua murid.

"Ada urusan apa ya kalian datang kesini?" Sebelum Jingga dipersilahkan masuk, sang guru perempuan dengan kacamatanya menatap bingung ke arah Jingga. Wajahnya memang cantik dengan badan yang terbilang ideal, namun aura guru itu sangat mencengkam.

"Maaf bu Aina. Saya Jingga dan ini teman saya Samudera, kami dari kelas ipa 2." Jelas Jingga dengan suara yang bergetar.

"Lantas?"

Jingga menatap ke arah satu anak laki-laki yang duduk dengan santai sembari memainkan dasinya yang duduk di depan bu Aina. "Dia adik saya, bu. Ada masalah apa ya kok Jehan sampai di seret kemari?"

Bu Aina menganggukkan kepalanya, "Adik kamu bertengkar dengan anak ketua komite sekolah."

"Karena jabatan bapak dia yang tinggi, makanya saya aja kan yang dihakimi? Ayo lah, negara saya udah gak beres masa sekolah ini juga."

"Jehan Atalarik!"

Jingga tersenyum canggung melihat adik semata wayangnya yang berani sekali pada bu Aina. Guru itu sangat menakutkan dengan tatapan yang selalu mengintimidasi.  Ruangan ini juga begitu dingin dengan hawa-hawa tak mengenakkan disekitarnya. Jingga tak ingin lagi masuk ke dalam sini kembali.

"Kalau boleh tau, Jehan bertengkar karena apa ya bu?" Samudera ikut menimbrung pada obrolan yang tak seharusnya menjadi haknya itu. Namun apa boleh buat, rasa penasarannya sangat mendominasi ketika anak paling tidak mau tau seperti Jehan terlibat perkelahian.

"Ini yang sedang saya coba bicarakan dengan Jehan. Dia tidak mau mengaku dan menjelaskan pada—"

"Enak aja si ibu. Saya tadi udah bicara panjang lebar secara jujur apa namanya kalau bukan menjelaskan? Bu Aina aja yang gak percaya sama saya kan?"

Jingga memelototi adiknya yang memiliki mulut tak terkontrol. Bisa berat hukuman Jehan jika laki-laki itu melawan ataupun berbicara tidak sopan pada bu Aina.

"Buset, adek lo mulutnya minta ke celupin di rawa-rawa." Bisik Samudera pada Jingga yang ada di sampingnya.

Terlihat bu Aina melepaskan kacamata kebanggaannya. "Saya bukannya mau meragukan kamu. Tapi bukti sudah ada kalau memang kamu yang menyerang terlebih dahulu anak ketua komite."

"Ibu percaya sama omongan anak-anak yang cuma tau puncak konfliknya doang?" Jehan mendekat ke arah bu Aina dengan tatapan yang tak kalah tajam.

"Saya juga sudah melihat cctv, tangan kamu yang terangkat duluan. Kamu ini Jehan, saya pusing sama kelakuan kamu."

STRAWBERRY AND CIGARETTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang