☆ two ☆

568 89 7
                                    

"When the world is on your shoulders.

And the weight of your own heart is to much to bear. "

(bad life - Sigrid, Bring Me The Horizon.)

***

"Loh kamu yang sibuk sana-sini gak ngerti sama keluarga!"

"Kamu pikir aku kerja buat siapa? Keluarga!"

"Apa sih arti keluarga di mata kamu? Kita gak butuh uang, kita butuh kamu jadi kepala keluarga yang baik!"

"Munafik! Tanpa uang, kalian gak bisa hidup sampai sekarang."

"Aku capek—"

"Aku lebih capek! Kamu yang harusnya paham. Jangan mentang-mentang udah punya pekerjaan sendiri kamu mau nyalahin aku yang gak becus jaga keluarga!"

Rajendra berhenti. Mulutnya terasa kaku melihat perdebatan tak mengenakkan di depannya. Malam ini kedua orang tuanya sedang adu argumen seolah tak mengenal waktu. Entah apa yang diperdebatkan tersebut sukses membuat Rajendra rasanya menyesal kembali ke rumah ini. Rumah yang ia sebut sebagai neraka dunia.

"Ini juga salah kamu. Harusnya kamu bisa didik mereka dengan—"

"Bisa berhenti gak sih?!" Suara bentakan itu, berasal dari kakak laki-laki Rajendra yang memang sudah menyaksikan pertengkaran itu sebelumnya. Berbeda dengan Rajendra yang mengepalkan tangannya erat di depan pintu.

"Setiap saya pulang ke rumah ini kenapa gak bisa tenang?! Kalian boleh debat, tapi setidaknya jangan di depan saya!"

"Kak, maaf—"

"Gak usah dilanjut." Kakaknya itu mengangkat dagunya acuh. Selalu saja sang mama akan meminta maaf setelah menunjukkan aksi silat lidah bersama sang papa. "Mama bakal selalu minta maaf, dan selalu mengulang lagi. Saya muak."

"Kamu jangan kurang ajar." Peringat papa pada sang kakak. Rajendra memperhatikan hal tersebut hanya bisa menghela nafas. Kakaknya itu pemberontak, sedangkan ia hanya akan diam sampai pertengkaran itu selesai.

"Loh saya berhak buat ini karena saya anak kalian. Seharusnya kalian beri contoh yang baik kan?"

Rajendra tak mau mendengar lagi apa yang mereka ributkan. Laki-laki itu melangkah cepat menuju anak tangga untuk segera berbaring di kamarnya. Ia mengabaikan tatapan tiga orang yang terdiam melihatnya berjalan. Tangannya mengepal kuat ingin melampiaskan pada sesuatu. Namun, aungan yang tak diinginkan itu terdengar keras di telinganya.

"Rajendra!"

Otomatis Rajendra menghela nafasnya kasar. Ia berhenti ketika panggilan dari orang yang sialnya adalah papanya itu menggema. Rajendra tak menoleh sama sekali, sampai teriakan itu kembali terdengar.

"Sopan kah kamu mengabaikan panggilan papa?!"

Terdengar sang kakak tertawa keras. "Holy shit, papa bertanya tentang kesopanan? Lalu disebut apa bertengkar malam-malam sampai mengganggu jam tidur orang lain? Masih sopan?"

"Kakak?!"

"Apa? Saya benar kan?"

Rajendra berputar menghadap tiga orang yang mana merupakan anggota keluarganya. Sang papa dengan wajah garangnya menatap nyalang anak sulungnya. Lalu ada mama yang menundukkan kepala sembari memijit keningnya sendiri. Dan yang terakhir adalah sang kakak, yang masih mengangkat dagunya ketika berbicara dengan papa.

"Bagus. Rajendra akui ini keluarga idaman semua orang karena hartanya yang berlimpah. Tapi Rajendra gak merasakan itu sama sekali. Keluarga ini seperti neraka yang dihuni banyak iblis di dalamnya."

STRAWBERRY AND CIGARETTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang