☆ six ☆

448 80 33
                                    

"This is gonna be the best day of my life"

(American Authors)

***

Jehan memutar bola matanya malas dengan tangan yang penuh dengan makanan. Agaknya ia menyesal menerima ajakan sang kakak untuk keluar malam ini. Dirinya di sini kesusahan membawa banyak barang, sedangkan kedua tangan Jingga bebas lepas layaknya burung merpati yang terbang di angkasa.

Gadis itu bahkan berlarian kecil meninggalkan Jehan di belakang hanya untuk mencoba satu persatu wahana permainan yang telah disediakan. Jehan mencoba untuk sabar dan tidak meninggalkan kakaknya itu walau sebenarnya di dalam hati sangat ingin. Bando stroberi yang tengah dikenakan gadis itu menjadi penanda bagi Jehan agar ia tak kehilangan jejak sang kakak.

"Je lempar! Siapa tau kita dapet boneka itu." Jehan menggeram kesal. Apakah kakaknya tidak tahu jika tangannya sedang penuh?

"Kok lo diem aja deh gue mintai tolong?"

Jehan mengumpat dalam hatinya. "Lo pikir tangan gue ada lima? Coba lihat mana yang bisa gue pake buat lempar bola ini?"

Jingga meringis kecil mengingat banyak sekali barangnya yang ia titipkan pada Jehan. Bukan dititipkan, lebih tepatnya Jingga menyuruh Jehan secara paksa untuk membawakan barangnya. Tangan cantiknya ini ingin bermain, jadi harus dibiarkan tidak membawa apa-apa.

Catat prinsip Jingga tersebut.

"Yaudah taruh aja dulu di bawah. Bantuin gue buat menangin tuh boneka stroberi."

Jehan tak menurut. Bagaimana ia mau menaruh di bawah jika barang yang ia bawa adalah makanan. Tidak baik jika makanan ditaruh begitu saja di jalan. Jehan memasukkan semua wadah jajanan yang tadi dibeli pada satu kantung besar. Lalu ia memberikannya pada Jingga secara kasar.

"Bawa dulu, mbak. Gue mau main."

"Astaga, Je. Ini makanannya bisa tumpah. Gimana kalau baju gue ko—"

"Diem dulu, mau boneka stroberi nggak?" Jingga mengangguk dengan sumringah atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Jehan.

Adiknya itu kini mulai memfokuskan diri pada beberapa tumpuk kaleng di depannya. Kata penjaga stan, Jehan harus bisa merobohkan beberapa tumpukan kaleng dengan kesempatan tiga kali maka boneka sapi bisa menjadi miliknya. Ralat—milik kakaknya.

Percobaan pertama berhasil karena Jehan teramat sangat fokus untuk bisa mendapatkan boneka itu demi kakaknya. Katakanlah Jehan adalah adik paling durhaka, jujur di lubuk terdalam hatinya Jingga adalah orang yang se—spesial itu dalam hidupnya.

Begitupula dengan percobaan kedua, Jingga rasa Jehan akan segera mendapatkan boneka itu. Dirinya bisa mendapatkan koleksi boneka baru jika Jehan berhasil menembak pada bola yang ketiga.

Namun tak sesuai harapan, tembakan Jehan meleset hingga tertinggal hanya satu kaleng yang masih berdiri kokoh. Raut wajah Jingga sedikit meredup, namun ia tetap menepuk punggung Jehan beberapa kali.

"Udah gakpapa, makasih udah usaha. Kita ke stan lain yuk?"

"Sini, gue bawain aja makanannya."

Jingga menyerahkan kantung tersebut pada Jehan. Lagaknya memang tidak mau membawakan barang milik Jingga, tapi nyatanya Jehan merasa harus melakukannya. Jingga itu seolah malaikat yang dilahirkan oleh bundanya sebelum dirinya yang lahir. Meski ia terlahir sebagai adik, tapi apapun yang berhubungan dengan kebahagiaan sang kakak, Jehan berusaha mengutamakannya.

"Gue usahain di stan berikutnya kita bisa bawa pulang boneka yang lo mau."

Jingga menoleh dengan seutas senyuman, "Gak dapet juga gakpapa, karena boneka di rumah kan udah banyak."

STRAWBERRY AND CIGARETTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang