But I don't really care how bad it hurts
( You Broke Me First - Tate McRae )
***
Mading sekolah saat ini nampak begitu ramai yang diisi gerombolan para murid. Mereka yang mengelilingi mading menciptakan kebisingan yang sangat kentara. Bahkan ada juga yang melompat-lompat tidak jelas setelah membaca apa yang tertera pada papan informasi tersebut.
Mars, seseorang yang baru saja bertugas menempelkan sebuah kertas besar pada mading tersebut memijit pangkal hidungnya sembari bersandar di dinding. Setelah beberapa hari kemarin menyelesaikan lomba debatnya, kini ia harus dihadapkan dengan tugas yang lain.
Para sahabatnya juga sedang sibuk untuk mengurusi lomba masing-masing. Hanya dirinya dan Javran lah yang sudah free untuk minggu ini. Namun, dirinya kembali berkutat pusing setelah kemarin sang pembina osis memberikan sebuah tugas padanya. Hanya helaan nafas yang terus keluar dari mulutnya mengingat ia akan sibuk menjalani hari kedepannya.
"Mars?" Tanya seseorang membuat lamunan sang ketua osis itu buyar.
"Eh, Ji? Kenapa?"
Gadis itu tertawa pelan sebelum ikut menyandarkan tubuhnya melihat bagaimana kerumunan orang itu masih memenuhi mading.
"Capek ya udah kerja keras sejauh ini?" Jingga—gadis yang membuat Mars merasa tak sendiri lagi itu bertanya. Memang benar adanya jika Jingga adalah gadis yang gampang akrab dengan siapapun.
Laki-laki itu melihat ke arah langit-langit koridor dengan senyuman tipis di wajahnya. "Udah biasa. Bagi gue tugas berat begini udah menjadi makanan sehari-hari."
Jingga menoleh, memperhatikan Mars dengan kantung mata yang besar. "Hell, lo gak tidur berapa hari?"
Pertanyaan itu membuat Mars kembali tertawa. "Mata lo yang jeli apa emang sekentara itu?"
Jingga tak tau lagi harus berkomentar seperti apa terhadap kondisi Mars. Memang benar otak laki-laki itu tidak perlu diragukan, tenaganya juga lumayan untuk bertahan sejauh ini. Tapi, Jingga bisa menangkap, dari kehebatan Mars dan apapun yang dimiliki laki-laki itu, kodratnya dia hanyalah manusia biasa yang bisa merasakan lelah.
"Lo udah makan belum, Mars?" Jingga membalikkan badannya menghadap lurus ke arah Mars. Bibirnya tersenyum lebar sampai matanya menghilang membuat Mars mengingat salah satu sahabatnya.
"Wah, kalau lo senyum begini gue jadi ngeliat Rajendra." Celetuknya membuat Jingga langsung menghilangkan senyuman itu. "Kalian cocok loh, pasangan mata ilang."
Suara tawa itu mengudara membuat Jingga hanya terdiam dengan tatapan yang sinis. Selera humor Mars memang begitu rendah sampai hal yang menurutnya biasa saja pun di tertawa kan sampai seperti ini.
"Mau makan gak lo? Mumpung istirahat masih lama."
"Bilang aja lo gak ada temen ke kantin kan?" Sesuai dugaan Mars, Jingga mengangguk dengan lesu.
"Samudera lagi tanding ke luar kota, Aya lagi di perpus gak mau makan. Jadinya gue sendirian gak ada temen yang bisa diajak ngantin. Nah, pas banget ketemu sama lo yang ngenes di pojokan."
"Gak ngenes juga lah."
Obrolan ringan yang terus berlanjut itu menuntun mereka untuk ke tempat dimana semua orang mengisi perutnya. Kondisi kantin kali ini lumayan sepi entah karena apa. Hal itu justru membuat Jingga semangat untuk memesankan ayam geprek untuk dirinya dan juga Mars.
Setelah makanan tersebut diantarkan, Jingga langsung melahapnya membuat Mars menyunggingkan senyuman. "Sesuka itu sama ayam geprek?"
"Of course! Gue bisa makan ayam geprek sepuluh kali dalam seminggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
STRAWBERRY AND CIGARETTE
FanficKetika orang yang memiliki ambisi kuat bertemu dengan seseorang yang memiliki masa kelam dari masa lalunya. Saling membantu mewujudkan tujuan yang sama-sama mereka inginkan. Tak sengaja bertemu dengan keadaan yang saling menunjukkan bahwa mereka ha...