☆ thirteen ☆

406 69 30
                                    

Don't worry, I'll always be by your side.

***

Seperti hari-hari biasanya, Lili selalu menyempatkan diri untuk menemui Varrez setelah ia seharian penuh berada di aula. Gadis itu tak pernah meminta Varrez yang terlebih dahulu menemuinya. Selagi dia yang bisa menemui Varrez terlebih dahulu, maka dengan senang hati akan dilakukannya.

Saat ini Varrez berada di rumah besarnya. Laki-laki itu tengah tertidur pulas di kamar yang lumayan gelap karena tirai-tirainya tertutup serta lampunya yang sengaja dipadamkan. Lili menghembuskan nafasnya pelan mengingat Varrez juga memiliki banyak kegiatan di sekolah.

Seorang perempuan paruh baya mengetuk pintu kamar Varrez sebanyak tiga kali, membuat Lili menolehkan kepala. "Eh, bi Tari? Masuk aja."

Bi Tari tersenyum lebar menatap pacar majikannya yang cantik tersebut. "Tadi aden pulang langsung tidur. Sebelum tidur, aden minta saya telfon nona supaya datang ke rumah. Katanya den Ar kangen sama nona Lili."

Lili tertawa pelan begitu mendengar jika kekasihnya ini rindu padanya. Varrez itu terlampau cuek, tak bisa mengekspresikan perasaannya secara terang-terangan. Pastilah Lili yang pertama kali memancing laki-laki itu untuk berkata jujur.

"Tadi aden juga sempet menggerutu lucu gitu, non."

"Gimana tuh bi?"

"Katanya nona gak mau ditungguin, makanya aden pulang sendiri. Bibirnya lucu mirip ikan koi waktu tadi ngoceh-ngoceh."

Betapa gemasnya Lili membayangkan semua kearoganan Varrez berubah menjadi kelucuan laki-laki itu. "Kasian bi kalau dia nungguin. Makanya Lili suruh duluan supaya dia nggak capek."

"Yaudah, sok atuh di minum dulu. Bibi mau ke bawah, den Semesta sama den Rajendra belum pulang soalnya."

"Ah iya, bi. Terima kasih banyak." Lili mengelus pelan lengan wanita paruh baya itu sebelum bi Tari melangkah keluar kamar Varrez.

Setelah melihat pintu kamar yang terbuka sedikit itu, Lili kembali melihat Varrez yang masih tidur tenang menghadap ke arahnya.

"Rez, kamu tau gak si kalau kamu lagi tidur tuh mirip bayi? Aku jadi pengen gigit pipi kamu sangking gemasnya." Lili bermonolog sembari mengusap pelan pipi kekasihnya.

"Bayi yang bisa bikin bayi maksud kamu?"

Liki sontak menjauhkan tangannya ketika mata dengan bulu mata lentik itu terbuka. Varrez mengerjap pelan dengan senyuman yang mengembang. Suara seraknya berhasil membuat Lili terpesona.

Siapa sih yang tidak terpesona dengan suara berat Varrez? Meski ia sering mendengarnya, tapi tak terelakkan setiap suara itu terdengar selalu saja membuat hati Lili tidak karuan.

"Kok udah bangun sih?"

"Ada kamu."

"Emang kenapa kalau ada aku, Rez?" Lili mengacak surai Varrez dengan gerakan yang cepat.

"Sini." Ajak Varrez membuat Lili membelalakkan matanya. Bagaimana tidak kaget jika laki-laki itu dengan senyum yang lebar menyuruhnya untuk ikut berbaring.

Meski bukan kali pertama Varrez selalu meminta di peluk saat tidur, tapi bagi Lili rasanya masih seperti pertama kali. Jantungnya berdetak lebih cepat, juga gugup itu tiba-tiba melanda dirinya.

"Sayang? Aku gak bakal macam-macam sama kamu. Aku cuma—"

"Iya. Aku percaya sama kamu kok. Kamu gak tau ya kalau jantung aku gak aman setiap meluk kamu gini?" Lili menerobos masuk ke dalam dekapan hangat kekasihnya. "Tuh kan deg deg banget. Kedengaran gak?"

STRAWBERRY AND CIGARETTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang