☆ eighteen ☆

300 50 16
                                    

long time no see, bubs!

***

Entah setan apa yang telah merasuki Jingga, pagi-pagi gadis itu sudah rapi dengan pakaian olahraganya yang serba abu-abu. Ia sudah bersiap membuka gerbang dengan muka yang nampak ceria. Jehan sampai heran ketika kakaknya itu menggedor pintu kamarnya pagi-pagi guna mengajaknya jogging.

Kali ini Jingga berlari sendirian, Jehan yang terlalu malas, ayah dan bundanya sedang berada di luar kota menemui rekan bisnis sang ayah, juga pacarnya yang masih tertidur pulas itu tak dapat menemaninya. Pagi ini semua orang terkejut dengan kelakuan Jingga yang tiba-tiba berubah menjadi makhluk produktif di pagi hari. Setiap minggu, Jingga akan selalu bermalas-malasan dan bangun siang. Menurutnya, hari minggu itu waktunya untuk merebahkan diri dan tak melakukan apapun.

Meski kali ini ia berubah pikiran, mempersiapkan diri dengan niat untuk pergi berlari. Sepertinya mood gadis itu sedang baik di tambah kondisi cuaca yang hari nampak menunjukkan cahaya cerahnya. Jingga mulai stretching di depan rumahnya sembari menatap pada seorang gadis di depannya yang sedang menyirami tanaman.

"Mbak Jingga? Tumben banget deh lari di hari Minggu?" Kata gadis itu memulai obrolan sembari menatap Jingga sedikit terheran-heran.

Jingga tertawa dengan keadaan sedang menekuk kaki kirinya ke atas. "Manusia bisa berubah kali, Mei. Lagian hari ini cuacanya bagus, sayang dong kalo gue cuma tidur. Lo juga tumben deh pagi-pagi nyiram tanaman."

Gadis bernama Meira itu terkekeh pelan. "Mau cerah, hujan badai berpetir, gempa, sampai gunung meletus kayanya lo juga bakalan milih tidur. Btw, ini gue kepaksa tau mbak, mama lagi ke rumah nenek habis subuh tadi."

"Kalo ada bencana ya gue bangun lah, masa mau tidur aja."

"Lo kan emang si paling snow white, suka tidur mbak."

Jingga berkacak pinggang melihat Meira, "Snow white itu bukan suka tidur, tapi emang kena racun makanya tidur. Kelihatan banget pas gue kemarin tampil lo gak lihat."

Meira menggeleng cepat, "Gue mah lihat sampai habis ya. Sempet gue fotoin tuh waktu mbak di cium sama mas Rajendra."

"Kenapa yang lo foto waktu itu doang deh? Adegan yang lain kan ada." Meski cara bicaranya datar, sebenarnya Jingga ingin tahu bagaimana hasil jepretan Meira tersebut. Kapan lagi ia dapat mengabadikan momen yang hanya akan terjadi sekali itu.

"Bagus tau posisinya. Itu emang di cium beneran ya?"

Demi apapun, Jingga langsung terdiam.

"Gue mau lari dulu deh keburu siang. Oh iya Mei, sekalian bersihin rumah lo tuh buat bantuin tante. For your information, Jeje seneng banget sama cewek yang rajin bersih-bersih walau dia sendiri mageran." Goda Jingga, sebelum gadis itu melangkahkan kakinya berlari kecil meninggalkan Meira mengerang kesal padanya dengan wajah yang memerah.

Jingga berlari kecil tak lupa menggunakan earphone-nya untuk mendengarkan musik. Apalagi musik kali ini ia putar dari playlist yang dibuatkan Rajendra untuknya. Sebenarnya ini playlist mereka jika akan melakukan night drive bersama. Mungkin karena sosok laki-laki itu tak ada di sini, maka Jingga memutarnya agar ia bisa merasakan Rajendra kini bersamanya.

Gadis itu terus berlari, sesekali menyapa tetangganya yang juga banyak sekali melakukan olahraga pagi. Mungkin setiap minggu saatnya Jingga untuk terus produktif seperti ini agar terus bisa merasakan suasana pagi hari yang menyenangkan. Bebannya serasa terangkat meski kini peluh mulai membanjiri kepalanya. Jingga memutuskan untuk pergi ke taman yang berada di ujung kompleks perumahannya. Ia terus berlari, mengitari taman sembari menatap pada orang-orang yang kini juga berlari bersamanya.

STRAWBERRY AND CIGARETTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang