Chapter - 34. My Whole Life is For You

83 9 0
                                    

HALO! Akhirnya saya kembali dengan update cerita ini! Duh, kangen nulis di sini.

BEFORE adalah salah satu cerita saya yang sudah tamat di aplikasi Fizzo selama tiga bulan menulis di sana dan menjadi penyebab saya hiatus sebentar dari Wattpad. Jika ada yang tertarik untuk baca, dipersilakan karena bacaannya tidak berbayar, alias gratis dan cukup mendownload aplikasinya. Thank you!

HAPPY READING 📖

----------------------------------------------

Andrea memasuki rumah dan langsung terduduk di sofa karena amat lelah. Ia masih tidak bisa melepaskan bayangan di kepala mengenai Richard dan Amber yang sekarang pasti sedang bersama. Ia ingin menggantikan Amber untuk menjaga Richard. Ia ingin ke rumah Richard dan merawatnya di sana karena tak sudi jika Amber-lah yang mengamati perkembangan kesembuhan Richard. Kenapa, sih, Richard malah bertingkah seolah ia adalah virus dan menghindarinya? Memangnya apa yang ia lakukan sampai pria itu pun tak mau lagi menatapnya?

"Hei, kenapa melamun?"

Andrea menggeleng dan langsung menyandarkan kepalanya di dada Daddy dan memejam, saat sosok yang memang ia perlukan untuk mendapatkan sandaran telah hadir. Rasanya sakit sekali. Tak bisa digambarkan, tak bisa dijelaskan, tak bisa diungkapkan. Ia tidak bisa mendeskripsikan bagaimana hatinya begitu perih karena diabaikan. Ini sudah kesekian kali Richard menjauh. Apa yang  menjadi penyebabnya, ia pun masih belum tahu.

"Banyak pekerjaan, ya?"

"Ya. Ada proyek besar yang mau kami kerjakan," balas Andrea seadanya. Ia tidak mau mencurahkan isi hati karena ia rasa itu terlalu lebay. Entah mengapa ia bisa menjadi gadis yang begitu hancur hanya karena diabaikan pria. Percayalah, diabaikan Matthew ternyata tidak semenyakitkan diabaikan Richard.

"Wow, proyek baru lagi?"

"Hm."

"Sepertinya anak Daddy memang lelah sekali." Rizzo tertawa kecil dan mengelus puncak kepala Andrea lalu kembali berucap, "Mandilah. Daddy akan membantu Mommy dulu. Kita akan makan malam sebentar lagi."

Andrea menarik napas kemudian mengembuskannya kencang, seolah membuang semua kelelahan yang merayapi tubuh, sekaligus mengumpulkan niat. Untuk mandi saja rasanya sudah begitu malas.

"Oke, Daddy," katanya dan mengambil ancang-ancang untuk bangkit.

Rizzo hanya tertawa melihat tingkah Andrea yang begitu jelas tidak berniat untuk bergerak sedikitpun. "Mandilah yang bersih, Sayang."

"Astaga, Daddy!" Andrea berbalik saat hampir menaiki tangga karena tersindir dengan kalimat itu. Apa Daddy pikir ia hanya mandi bebek yang penting basah?

Namun, hanya balasan tawalah yang ia dengar.

***

"Selamat makan!" sambut Kim dengan senyum ceria. Ia melirik Rizzo yang tampak semringah menatap hasil masakannya. Ia mengambilkan porsi untuk Rizzo, tapi dalam beberapa waktu saat ia sudah kembali menoleh, ekspresi Rizzo berubah total. Ia tersenyum kecil karena yang menatapnya dengan gurat serius dan mematikan itu hanya Richi.

Chandra dan Andrea mendapatkan porsinya juga sesuai yang Kim berikan. Ia mulai menyantap  makanan dan membiarkan Richi makan di sebelahnya dengan tenang, tanpa tahu jika Richi menatapnya sebal dari samping.

Richi mendengkus kecil. Bisa-bisanya tiba ia yang mengganti jiwa, Kim malah mengacuhkannya. Saat bersama Rizzo atau Remie, Kim lebih perhatian, sedangkan padanya Kim agak acuh.

Ia makan dengan hati tak senang dan itu diketahui oleh Andrea dan Chandra, tapi tidak dengan Kim. Ibu mereka ini memang tidak peka. Mereka saling bertatapan karena merasakan aura tak baik yang dipancarkan Papa. Saat kembali  menatap makanan, mereka segera menyelesaikan acara makan malam kali ini karena tidak mau melihat emosi yang bisa saja tiba-tiba keluar.

Unexpected Destiny ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang