Chapter - 39. The Changes

95 15 2
                                    

HAPPY READING 📖

---------------------------------------------

"Apa yang terjadi, Rich? Kenapa kau menghinanya?" cecar Christian setelah acara jumpa temu mereka selesai. Sejak penghinaan Richard yang dapat didengar siapa saja, bahkan di telinganya, ia melihat perubahan raut Andrea semakin buruk seperti ingin menangis. Ia tentu saja tidak akan tahan melihat itu karena Andrea tak pantas untuk dihina. Apalagi hinaan itu menyangkut keluarga.

"Dia pantas untuk itu." Richard menjawab acuh yang menyebabkan tubuhnya terdorong karena reaksi Christian.

"Kau gila, bung! Kau menghina keluarganya di depan orang lain dan kau sama sekali tidak bersalah?" Christian menatap jelas ke raut Richard yang amat acuh. Sebelumnya ia mengira Richard menyukai Andrea, tapi ia sama sekali tidak menduga Richard akan melakukan hal sekeji itu.

Richard menjauhkan tubuhnya yang disentuh karena tak mau masalah ini semakin diketahui Christian. Ia memang membenci Andrea, tapi tidak seperti yang mereka pikirkan. Ia tidak terlalu tega melakukannya, jadi ia pikir itu hanya gertakan biasa karena ia juga tidak bisa menyakiti Andrea sebegitu parah. Tak dipungkiri, perasaannya terhadap gadis itu sudah membesar dan ia melakukannya atas dasar kekecewaan.

"Sudah kubilang dia pantas menerimanya," balas Richard dengan tatapan tajamnya. Meskipun Christian adalah teman dekatnya, tapi Christian masih tidak ada hak untuk melarang apa yang patut ia lakukan atau tidak.

"Kau memang gila, Richard! Kau pikir dengan melakukannya, kau sudah puas? Kuyakin kau akan menyesal. Entah karena alasan apa, seharusnya kau tahu untuk tidak membawa keluarganya kalau ada masalah personal dengannya! Kau menyukainya, tapi menghinanya sekeji itu!"

Richard berdecih. "Memangnya kau tahu apa? Kau hanya tahu dia adalah orang baik, huh? Dia tidak sebaik itu. Ayahnya pembunuh! Ayahnya pembunuh ibuku!" Richard mendorong bahu Christian sebagai luapan emosi. Jika mengingat itu, ia pasti akan terus-menerus berada di kobaran api tertinggi.

Christian terkesiap sejenak untuk mencerna baik-baik. Ia tidak tuli, bahkan bodoh. Hanya saja ia bingung mengapa hal itu bisa terjadi. Ia merasa tidak yakin. Ia merasa ada yang janggal, tapi ia masih tidak mau menerka banyak.

"Kau tahu rasanya saat mencintai, tapi ternyata keluarganya menjadi musuh ibuku? Kau tahu rasanya, Christian?! Selama ini aku menganggap itu hanya omong kosong! Tapi selama itu pula aku mendapat bukti ayahnya telah membunuh ibuku! Kau pikir aku mudah menerima kenyataan itu, hah?! Kau pikir aku masih bisa tidur nyenyak selama ini? Aku bahkan tidak sanggup menatap matanya karena akan semakin melukai hatiku! Aku mencintainya, tapi aku harus merelakan cintaku! Aku sudah kehilangan ibuku dan aku juga harus kehilangan lagi. Kau pikir itu mudah untukku?"

Christian mengalihkan tatapan sembari meneguk ludah. Ia tidak paham situasi itu, jadi ia tidak mau terlalu banyak bicara. Namun, ia menyayangkan sikap Richard yang terlalu berlebihan untuk menutupi sakit hatinya. Tindakan itu sama sekali tidak patut dilakukan. Ia ingin memberi saran, tapi ia sama sekali tidak bisa membicarakannya saat ia pun tidak pernah merasakan hal-hal semacam itu. Bukankah sama saja dengan beromong kosong?

Ia menarik napas dan berkata pelan, "Menghina bukanlah pembenaran atas kebencianmu. Kalau kau melakukannya, bukankah kau sama saja seperti ayahnya? Ayahnya membunuh ibumu secara langsung, tapi kau membunuhnya perlahan. Kau menyakiti hatinya dan membuat dia terluka dalam." Mata birunya melayangkan sirat pada Richard yang memandangnya sayu. Ia tidak menduga cinta mereka tidaklah mulus. Jika benci di awal dan akhirnya saling mencintai, itu klise. Namun, cinta mereka dimulai di awal dan diakhiri dengan benci. Ia tidak tahu apakah Andrea memiliki perasaan yang sama seperti Richard, tapi ia berharap yang terbaik untuk mereka ke depannya.

Unexpected Destiny ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang