Chapter - 42. Obsessed

123 13 1
                                    

HAPPY READING 📖

----------------------------------------------

"Kim," panggil Rizzo sembari memeluk istri mungilnya dari belakang yang sedang berdiri di balkon sembari menatapi ikan-ikan yang berenang di kolam dengan sweater rajut buatan sendiri.

"Hm?" Kim menoleh sebentar, kemudian kembali menatap ke ikan-ikan yang sedang makan hasil dari lemparannya.

"I'm sorry."

Kim menghentikan kegiatannya kemudian menghadapkan seluruh tubuh untuk menaruh seluruh perhatian pada suaminya yang kini memasang wajah sendu.

"Kenapa meminta maaf?" Kim meletakkan telapak tangan di rahang yang mulai ditumbuhi rambut-rambut putih. Bahkan, kini rambut Rizzo pun sudah beberapa ditumbuhi uban.

Rizzo tak membalas. Ia membungkam bibir Kim dengan bibirnya, menyapu lembut permukaan itu, sekaligus mencari kedamaian yang akan selalu ia dapatkan saat bersama istri kesayangannya. Tidak akan ada yang bisa menggantikan istrinya oleh apa pun. Ia akan ikut mati apabila Kim mati. Ia tak peduli banyak hal. Ia hanya ingin Kim tetap bersamanya  dalam hidup atau mati.

Kim menyentuhkan jemarinya yang dingin ke leher Rizzo, memperdalam ciuman yang semakin menghangat di tiap detik. Terasa tubuhnya diangkat, ia melingkarkan paha ke pinggang itu dan melepas ciuman mereka sementara.

"Kenapa dilepas?" gerutu Rizzo yang malah mendapat kekehan.

"Kau masih kuat menggendongku ternyata." Kim tertawa saat bibir Rizzo menyapu lehernya hingga ia harus merasa geli karena rambut-rambut di rahang itu menusuk. Ia akan selalu geli jika Rizzo melakukannya. Di tubuh mana pun, ia akan kegelian karena amat sensitif.

Setelah merasakan tubuhnya direbahkan di ranjang, ia menatap Rizzo yang semula menatapnya dalam.

"Kenapa, hm? Kau ada masalah di kantor?" Kim bertanya lembut. Ia menyugar rambut Rizzo dan memainkannya perlahan.

Rizzo menghela napas dan memejam. Bagaimana ia akan memberitahu Kim? Bagaimana ia menjelaskan semuanya? Ia terlalu takut Kim akan terluka. Sudah cukup luka ada di masa lalu. Kenapa sekarang pun harus terjadi lagi?

"Aku tidak pernah memberitahumu karena aku takut akan menyakitimu, Sayang," lirih pria itu sembari membenamkan kepalanya dalam-dalam ke ceruk leher Kim.

Kim mengerutkan dahi, tapi tidak ada balasan yang keluar dari bibirnya.

"Andrea menyukai Richard."

Tanpa jeda, Kim langsung berdecak. "Hanya itu?!" pekiknya histeris.

Rizzo tertawa terbahak-bahak karena berhasil mengelabui Kim. Perutnya bahkan terguncang karena kelebihan tertawa, apalagi jari Kim amat iseng menggelitikinya.

"Kau memang menyebalkan sekali, Rizzo! Kupikir ada masalah apa tadi!" kesal Kim. Ia memang berpikir ada masalah berat di perusahaan yang menyebabkan Rizzo begitu lesu, meskipun ia sedikit tidak yakin. Pasalnya, Rizzo tidak akan lesu begitu saja hanya dari  masalah-masalah seperti itu. Rizzo tetap bisa menanganinya dengan baik, seolah itu hanya masalah kecil.

Rizzo tetap tertawa dan berbaring di sebelah Kim kemudian merengkuh tubuh mungil itu untuk masuk ke pelukannya. "Mengerjaimu itu menyenangkan, Kim."

"Dan kau akan selalu menyebalkan! Ingat, umurmu tidak muda lagi!"

"Karena aku tidak muda, makanya aku ingin kembali muda. Agar ...." Rizzo menjeda ucapannya lalu melanjutkan dengan nada sensual, "Aku terus mencintaimu."

Kim menggeleng tak percaya. "Aku selalu heran kenapa kau bertingkah semakin tak karuan. Sudah tua, malah tak ingat umur."

Rizzo membalas dengan tawa yang tak sebesar tadi. Ia membekap tubuh mungil Kim kemudian mengatur selimut. "Sudah-sudah. Tidur. Kau juga, semakin tua malah semakin cerewet!"

Unexpected Destiny ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang