Chapter - 54. More Than Hurt

74 8 1
                                    

HAPPY READING 📖

-----------------------------------------------

Kedua alis tebal Richard terangkat sempurna dengan kelopak yang ikut membesar.

Adik?

Melihat wajah kebingungan Richard, Andrea menghela napas panjang lalu maju beberapa langkah dengan mata memicing ke arah Chandra.

"Dia adikku. Kau pikir dia siapa? Pacarku? Kenapa pikiranmu harus seburuk itu tentangku? Kau pikir aku akan berselingkuh dari Mathew?"

Mulut Richard bergerak-gerak, tergagu hendak mengucapkan apa karena ia sama sekali tidak tahu. Kalau sejak awal ia tahu bocah cecunguk ini adalah adik Andrea, sudah dipastikan ia tidak akan berpikir sejauh itu. Ia pasti tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk berdebat dan sudah masuk terlebih dahulu untuk menemani Andrea, bukan sebaliknya. Sekarang, Andrea sudah keluar, jadi ia harus memasukkan kembali perempuan itu untuk beristirahat.

"Maaf. Aku tidak tahu kalau dia adikmu. Maafkan aku."

Embusan napas kasar Andrea membuat ia agak canggung karena ia tahu pasti kalau sekarang ini Andrea sedang kesal.

"Aku benar-benar tidak berniat berpikiran buruk. Melihatmu dengan dia membuatku agak tidak senang. Maaf. Aku tahu aku salah." Seulas senyum tipis tertarik di bibir Richard untuk menghibur Andrea, meskipun ia tahu itu tidak akan berhasil. Andrea sudah jelas tidak butuh hiburan darinya. Memangnya dia siapa?

"Kurasa kau sudah membaik, baiklah aku pulang. Maaf kalau mengganggumu." Richard hendak berbalik dengan seluruh rasa malu yang menggerogoti. Malu yang membesar ini lebih kepada mengatakan hal-hal buruk pada adik Andrea dengan menuduhnya yang tidak-tidak. Ia malu sekali. Sampai rasa malu ini sudah tidak bisa dibendung.

Andrea mengepalkan tangan, ia tidak tahu kenapa rasanya begitu sesak ketika dengan mudah Richard berlalu  begitu saja tanpa berbuat apa-apa. Ia sudah susah payah berjalan dengan seluruh tenaga yang ia gunakan hanya untuk melihat Richard, tapi dengan mudah Richard ingin pergi? Lelaki itu mempermainkannya lagi?

Chandra sadar kemarahan teredam Andrea. Ia sadar jika kakaknya hendak memanggil Richard, tapi terhalang oleh kesalahpahaman dari permasalahan mereka. Ia tahu tanpa harus berkata-kata. Tingkah mereka sekarang adalah dua manusia yang dibentengi oleh gengsi.

"Hei, kau ke sini hanya untuk cari gara-gara denganku? Katamu ingin bertemu kakakku?" kata Chandra agak tak senang, berpura-pura seolah Richard memang memiliki masalah dengannya.

Richard mengerutkan dahi dengan tubuh yang berbalik kembali menghadap mereka. "Oh, itu. Aku hanya ingin memastikan kalau kakakmu baik-baik saja. Dan ternyata dia memang baik. Jadi, aku akan pergi sekarang."

Setelah kata terakhir terlepas dari ujung lidah, suara dering ponsel mengalihkan tiga atensi. Richard yang sadar suara itu dari ponselnya, segera melihat sosok pemanggil yang tanpa sadar membebaskannya dalam kecanggungan ini.

"Aku pulang dulu." Ia mengulas senyum dan kembali berkata, "Maaf aku telah menghina keluarga kalian. Maaf aku telah melakukan hal yang seharusnya tidak kulakukan. Aku minta maaf yang sebesar-besarnya."

Setelah itu ia benar-benar berbalik dan akhirnya pergi sembari mengangkat panggilan yang sudah berdering dua kali sejak panggilan pertama tidak ia jawab.

"Halo, Amber?" tanyanya sembari keluar dari rumah Walcott itu dengan rasa lega. Namun, tidak selega itu. Ia belum berkata banyak dengan Andrea dan ia menjelaskan isi hatinya yang kini menginginkan Andrea menjadi pacarnya. Ia ingin meresmikan hubungan mereka, meskipun ia tahu Andrea akan menolak. Ia ingin menjelaskan hati yang meragu ini dengan kepastian.

"Kau sakit, Rich? Kenapa tidak masuk kerja?"

Terdengar kekhawatiran dari Amber, memunculkan gelak tawa Richard.

"Aku sedikit ada masalah."

"Oh, begitu. Kupikir kau sakit." Di kantor, tepatnya di tempat duduk, Amber memanyunkan bibir. Ia ingin tahu masalah yang dihadapi Richard, tapi ia juga tahu itu tidak sopan. Richard akan menganggapnya terlalu ikut campur.

"Tidak. Aku akan selalu sehat. Hatiku saja yang sakit." Richard melontarkan lelucon yang ditangkap berbeda oleh Amber. 

Perempuan itu langsung terduduk tegak dan bertanya, "Memangnya kenapa? Apa masalahmu besar sekali? Kudengar dari suaramu, kau stres. Jujur saja, kau bisa mengatakan banyak hal padaku. Aku akan mendengarmu."

"Tidak-tidak, gadis kecil. Aku tidak mau kau ikut stres sepertiku."

Kalau sudah begitu, artinya Richard tidak mau untuk berbagi masalah dengannya. Itu juga artinya ia tidak memiliki sesuatu yang spesial untuk tahu.

"Baiklah, tetap jaga makanmu dan tetap sehat. Jangan sakit. Ingat, masih banyak tanggungan yang perlu dibayar."

Richard tak tahan untuk tidak tertawa. "Kau benar. Kau juga harus jaga pola makanmu dan jangan sakit. Ingat, masih banyak yang perlu dibayar," kata Richard, menyamakan kata-kata yang dilontarkan Amber sebelumnya.

"Baiklah, kututup teleponnya sekarang."

"Ya, jaga dirimu baik-baik. Kau anak perempuan, jadi harus hati-hati."

Peringatan itu menerbangkan kupu-kupu tak kasat mata di perut Amber. Rasanya seperti diaduk-aduk, tapi menyenangkan. Ia tahu jika cintanya tidak akan terbalas, tapi ia tidak  mau berhenti berusaha. Ia akan terus membuat Richard mencintainya. Tidak peduli jika ia harus mengorbankan banyak hal. Ia hanya ingin bersama Richard karena lelaki itu adalah lelaki terbaik yang pernah ia temui.

Andrea mendengar itu semua. Ia mendengar jelas bagaimana perhatian yang Richard berikan untuk Amber. Ia tahu jika kesalahannya ini sudah terlampau fatal dan ia tahu sekarang tidak ada guna lagi baginya untuk melakukan apa yang ingin ia lakukan. Andrea gagal. Andrea Walcott telah gagal karena kalah hati. Ada sosok yang baik untuk Richard dan itu bukan dirinya.

Sayangnya, kenapa ia tidak bisa melangkah jauh? Kenapa ia tidak bisa pergi seolah kakinya telah terpaku untuk membuat Richard menyadari jika ia mendengar? Kenapa hati kecilnya ingin berkata keras jika ia menginginkan Richard sekarang, padahal isi kepalanya sudah meminta ia pergi? Kenapa ia harus terlihat oleh Richard, seolah ia tahu isi hati itu? Kenapa ia harus dianggap seperti penguntit dan perempuan pencemburu?

Ia benci dirinya yang begitu dungu karena cinta. Ini bukan sekali, tapi dua kali. Hatinya telah patah dengan alasan konyol. Pertama, karena memilih lelaki yang salah. Kedua, karena mengabaikan lelaki yang benar.

Dan pelarian yang berkecamuk telah usai. Richard sepertinya tahu ada penguntit yang mengikutinya, dan akhirnya menangkap jelas jika Andrea Walcott telah berdiri dengan wajah menyeramkan di belakangnya.

"Andrea?"

Tidak ada jawaban.

Andrea tidak memiliki suara untuk menjawab karena ia tahu alasan konyol lainnya ia ingin menangis.

"Kenapa kau ke sini? Kau seharusnya di kamar dan beristirahat. Atau ada yang ingin kau bicarakan denganku?"

Andrea ingin menjawab YA keras-keras. Ia ingin mengatakan jika ia ingin menjalin hubungan yang Richard inginkan sebelumnya. Ia ingin menjelajah kehidupan ini dengan sosok yang dicintai. Ia ingin angan-angan yang ia abaikan sebelumnya menjadi kenyataan. Ia ingin Richard tahu perasaannya sekarang. Dan ia ingin Richard hanya menjadi miliknya.

"Kau tidak mencintaiku lagi?" tanyanya dengan bibir bergetar. Ia sudah menahan ini sekuat tenaga, tapi tidak bisa. Ia tidak bisa untuk terlihat kuat lagi dengan kondisi fisik dan hati yang sudah hancur. Ini sakit sekali.

Lebih sakit dari mengetahui Matthew memutuskan hubungan dengannya.

.

.

.

TO BE CONTINUED

Unexpected Destiny ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang